Selama beberapa tahun terakhir, ramainya tren childfree di sosial media masih menjadi topik hangat yang menuai pro-kontra dari berbagai generasi. Sebagian menganggap childfree erat kaitannya dengan kebahagiaan diri dan pilihan hidup, sementara lainnya menyatakan bahwa aspek agama menjadi salah satu pertimbangan kuat.
Namun, di tengah mencuatnya isu childfree, tak sedikit pula Gen Z dan Milenial yang memilih menjadi orang tua dengan membawa nilai-nilai baru dalam pola pengasuhan. Gaya parenting mereka pun menarik untuk disorot karena dianggap lebih fleksibel, komunikatif, dan akrab dengan teknologi.
Parenting Ala Gen Z dan Milenial di Era Digital
Bicara soal teknologi, era serba modern yang identik dengan ritme perubahan cepat tanpa sadar memberikan pergeseran pada pola hubungan keluarga menjadi lebih cair dan adaptif. Meskipun begitu, tetap saja, istilah “pedang bermata dua” melekat pada teknologi. Sebanyak apapun dampak positif yang diberikan, jika tanpa pengendalian diri, dampak negatifnya akan selalu mengikuti.
Dalam hal ini, para orang tua, terutama mereka yang berasal dari kalangan muda-mudi memiliki cara tersendiri dalam menyikapi singgungan teknologi dalam mendidik anak. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute pada 17-29 Mei 2024 kepada Gen Z dan Milenial dengan responden dari masing-masing generasi sebanyak 750 orang.
Data menunjukkan mayoritas responden (57%) dari kedua generasi memilih untuk membatasi akses anak terhadap perangkat teknologi tertentu, dengan Milenial cenderung lebih protektif (60%) dibanding Gen Z (53%). Hal ini dapat disebabkan karena Milenial mengalami langsung transisi dari era analog ke digital.
Pendekatan lain yang diambil adalah memilih aplikasi dan konten edukatif yang sesuai nilai budaya sebagai bentuk penyeimbangan antara teknologi dan pelestarian kebudayaan. Gen Z lebih aktif untuk pendekatan ini, (29%) sementara Milenial (24%).
Hanya sebagian kecil orang tua dari kedua generasi (9%) yang benar-benar menjauhkan teknologi dari proses belajar anak. Begitu juga dengan pilihan untuk membebaskan anak menggunakan teknologi tanpa aturan, yang hanya diambil oleh 7% Milenial dan 8% Gen Z. Hal ini mengindikasikan sebagian besar orang tua masa kini sepakat bahwa teknologi memang bermanfaat, tapi tetap perlu pengawasan dan batasan agar tidak berdampak negatif pada tumbuh kembang anak.
Melihat bagaimana responden Gen Z dan Milenial menavigasi peran mereka sebagai orang tua di era digital, terlihat jelas bahwa dibandingkan menolak sepenuhnya perkembangan zaman, kedua generasi justru berusaha menyesuaikannya dengan nilai-nilai yang mereka anggap penting.
Menjadi orang tua bukan hanya sekadar melanjutkan garis keturunan, tetapi juga soal proses pembelajaran seumur hidup. Dan dalam proses ini, setiap orang tua pastinya ingin mencoba yang terbaik, mengasihi dengan hati, membimbing dengan logika dan menanamkan nilai-nilai budaya agar tidak larut dalam dunia yang terus berubah.
Penulis: Dilla Agustin Nurul Ashfiya
Editor: Editor