Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan rilis bertajuk Statistik Pemuda Indonesia 2023. Dalam rilis tersebut, terdapat beberapa data mengenai riwayat kesehatan pemuda di tanah air.
Disebutkan bahwa persentase pemuda yang menjalani rawat inap di rumah sakit mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi di segala jenis rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta.
Naik 2 Tahun Berturut-Turut
Dalam data dari Badan Pusat Statistik, disebut bahwa persentase pemuda yang menjalani rawat inap terbanyak datang dari rumah sakit swasta (39,69%) pada tahun 2023. Angka tersebut alami peningkatan dibanding tahun 2022 (37,21%).
Sementara itu, jumlah pemuda rawat inap di rumah sakit pemerintah lebih rendah. Angkanya berada di 33,39% di tahun 2023, naik tipis dibanding tahun 2022 (32,72%).
Rumah sakit sendiri menjadi pilihan terbanyak pemuda ketika menjalani rawat inap, dibandingkan tempat lainnya seperti puskesmas (13,97%), praktik bidan (7,16%), klinik atau praktik dokter bersama (6,31%), bahkan pengobatan tradisional (0,31%).
"Hal tersebut didukung dengan lengkapnya ketersediaan peralatan kesehatan dan juga tenaga medis yang lebih banyak dibandingkan fasilitas kesehatan lain," tulis rilis BPS.
Dilihat dari lokasinya, masyarakat desa lebih memilih rumah sakit pemerintah (36,67%) dibanding rumah sakit swasta (27,58%). Sebaliknya, masyarakat kota lebih memilih rumah sakit swasta (47,47%) dibanding rumah sakit pemerintah (31,28%).
22,6% Masih Belum Pakai Jaminan Kesehatan
Ternyata tidak semua pemuda rawat inap menggunakan jaminan kesehatannya. Diketahui bahwa sebanyak 77,38% pemuda rawat inap memakai berbagai jaminan kesehatan untuk menunjang perawatan. Itu berarti, sebanyak 22,62% masih tidak menggunakannya.
"Perlunya edukasi pentingnya pemanfaatan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang dimiliki dalam melakukan rawatan ketika sakit atau mengalami keluhan kesehatan, agar JKN yang dimiliki dapat teroptimalkan dengan baik," tulis BPS dalam rilisnya.
Adapun jaminan kesehatan yang digunakan secara rinci yaitu BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 43,43%, disusul BPJS Non PBI sebanyak 28,89%.
Selain BPJS, terdapat jaminan kesehatan lain yang dipakai seperti Jaminan Kesehatan Daerah yang mencakup 1,57%. Sisanya, pemuda yang memakai jaminan kesehatan memilih asuransi swasta serta asuransi lain yang telah difasilitasi oleh perusahaan atau kantornya.
Di tingkat nasional, pemerintah melalui BPJS Kesehatan terus mengupayakan agar Indonesia mencapai Universal health Coverage (UHC). UHC adalah konsep sistem yang memungkinkan seluruh warga di wilayah tersebut memiliki jaminan kesehatan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyebutkan bahwa cakupan UHC di tanah air telah menyentuh 98,19% dari penduduk Indonesia. Hal tersebut terlihat dari angka JKN yang pesertanya sudah sebanyak 276,52 juta.
"Pencapaian UHC ini bukan sekadar angka statistik, melainkan juga merupakan wujud nyata dari tanggung jawab negara dalam memastikan setiap individu mendapatkan layanan kesehatan yang layak," papar Ali mengutip Antara.
Baca Juga: Kelas 1,2,3 BPJS Dihapus, ini Penggantinya!
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor