Women’s Empowerment Index (WEI) 2022 menempatkan Indonesia pada kategori low women’s empowerment atau pemberdayaan perempuan yang rendah. Indonesia baru mendapat skor 0,568 dari skor sempurna 1.
Baru ada 34,6% perempuan Indonesia berusia 25 tahun ke atas yang mampu menempuh pendidikan sekunder atau pendidikan tinggi.
WEI 2022 mempertimbangkan beberapa aspek, seperti kehidupan dan kesehatan yang layak, pendidikan, pembentukan keahlian dan pengetahuan, inklusivitas bidang pekerjaan dan keuangan, partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, dan kebebasan dari kekerasan.
Dalam laporan tersebut, baru ada 6 negara yang tergolong tinggi indeks pemberdayaan perempuannya, yaitu Australia, Belgia, Denmark, Islandia, Norwegia, dan Swedia.
Secara nasional, pada 2023 indeks pemberdayaan gender Indonesia mencapai rata-rata 76,90. Sedikit meningkat dari tahun 2022 yang mencapai angka 76,59. Meskipun demikian, beberapa daerah masih mencatat skor pemberdayaan gender di angka 50, bahkan di bawahnya.
Keterlibatan perempuan Indonesia dalam parlemen masih memperoleh nilai yang sangat rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada aspek tersebut, Indonesia baru mencapai skor 22,14. Bahkan, sejumlah daerah hanya mendapat skor 10 ke bawah.
Aspek tersebut juga termasuk pertimbangan dalam WEI 2022, yaitu perihal partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.
Sementara itu, perempuan sebagai tenaga profesional hampir mencapai 50%, tepatnya berada di angka 49,53%. Terjadi kenaikkan dari tahun sebelumnya yang memperoleh skor 48,65%.
Persentase paling banyak di antaranya terdapat di Provinsi Aceh dengan 55,77%, Sumatera Barat dengan 61,04%, Kep. Bangka Belitung dengan 57,84%, Sumatera Selatan dengan 54,24%, Sulawesi Selatan dengan 55,03%, dan Gorontalo dengan 58,23%.
Sebagian besar provinsi di Sumatera dan Sulawesi telah mencapai 50%. Sementara itu, di Pulau Jawa yang sering kali dianggap pusat pendidikan dan ekonomi, keterlibatan perempuan sebagai tenaga profesional rata-rata masih di angka 40%. Paling tinggi diperoleh DI Yogyakarta dengan 53,4% dan Jawa Tengah 51%.
Di daerah lain, seperti Papua, perempuan sebagai tenaga profesional jauh lebih rendah, yaitu baru mencapai 35,77%.
Selain dari ketenagakerjaan, perempuan juga berperan dalam perputaran ekonomi. BPS mencatat, partisipasi penghasilan perempuan mencapai 37,09% pada 2023. Akan tetapi, angka ini sedikit menurun dari 2022 yang mencapai 37,17%.
Dua aspek tersebut juga termasuk dalam penilaian WEI 2022, perihal inklusivitas di bidang ketenagakerjaan serta ekonomi atau finansial.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor