Meningkatnya angka kasus gagal ginjal akut misterius pada anak dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir menjadi perhatian penting bagi para orang tua yang memiliki anak. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI menunjukkan angka kasus gagal ginjal akut misterius pada anak sudah menembus 300 kasus per 3 November 2022.
Kandungan berbahaya dalam obat sirup disinyalir berpengaruh kuat terhadap lonjakan kasus gagal ginjal misterius pada anak di Indonesia. Oleh karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik sementara peredaran obat sirup di tanah air.
Obat sirup cenderung lebih mudah dikonsumsi serta menawarkan berbagai rasa manis yang umumnya disukai anak. Oleh sebab itu, jenis obat satu ini sering diberikan oleh orang tua pada anaknya yang sedang sakit.
Pernyataan ini pun diperkuat dengan hasil survei dari Jakpat bertajuk “The Consumption of Syrup Meds for Kids” yang dirilis pada tahun 2022. Hasilnya, 93 persen responden yang merupakan ibu dengan anak berumur di bawah 7 tahun biasanya membeli obat sirup untuk anak.
Kemudian menilik lebih lanjut mengenai obat yang biasa dibeli saat anak sakit, mayoritas responden membeli obat demam dengan raihan sebesar 87 persen responden pada tahun 2022. Berikutnya, sebesar 68 persen responden mengatakan bahwa mereka biasa membeli obat batuk saat anak sakit.
Adapun di posisi ke-3, sebesar 61 persen responden umumnya membeli obat flu untuk anak yang sedang sakit. Sementara itu di posisi ke-4 dan ke-5 obat yang biasa dibeli responden saat anak sakit ialah pereda nyeri dan obat sakit kepala dengan raihan masing-masing sebesar 18 persen dan 9 persen.
Di sisi lain, temuan lebih lanjut dari survei ini mengungkapkan bahwa sepertiga responden yang biasanya memberikan obat bebas dijual untuk anak mereka memiliki stok obat-obatan di rumah.
Adapun obat-obatan yang biasa disimpan di rumah antara lain ialah obat demam dengan raihan sebesar 97 persen, diikuti obat batuk dengan persentase sebesar 63 persen. Sisanya, para responden biasa menyetok obat flu (59 persen), pereda nyeri (29 persen), dan obat sakit kepala (23 persen) di rumah.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya