Indonesia menjadi salah satu negara paling berisiko bencana di dunia. Berdasarkan WorldRiskReport 2024, Indonesia menempati peringkat kedua negara paling rawan bencana di dunia, hanya di bawah Filipina. Dalam daftar tersebut, indeks risiko Indonesia tergolong sangat tinggi.
Bencana memiliki beragam pemicunya. Ada bencana yang diakibatkan kejadian alam seperti tsunami, gempa bumi, longsor, gelombang panas, tornado, dan masih banyak lagi. Ada pula bencana yang dipicu oleh kelakuan manusia sendiri atau biasa disebut man-made disaster seperti banjir akibat aliran sungai yang terhalang sampah, kebocoran kilang minyak, dan lain lain.
Indonesia termasuk dalam golongan rawan bencana karena kondisi geografisnya. Lokasinya yang terletak di atas the ring of fire menjadikan kondisi geografis negara ini terbilang cukup ekstrim.
Selain itu faktor manusia juga memperparah risiko bencana di Indonesia. Deretan aktivitas sosial meningkatkan jumlah kejadian bencana, mulai dari membangun permukiman di daerah rawan terpapar kejadian alam, pembabatan hutan ilegal, dan lain-lain.
Namun, bukan berarti seluruh wilayah di Indonesia berisiko terhadap bencana. Beberapa kabupaten di Indonesia berikut memiliki indeks risiko yang berada di level sedang atau menengah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis buku Indeks Risiko Bencana Indonesia. Salah satu hal yang dipaparkan merupakan hasil penilaian BNPB dalam usaha mengukur tingkat risiko bencana di tiap kabupaten atau kota di Indonesia. Indeks tersebut dihasilkan dari mengkalkulasikan bahaya, kerentanan, dan kapasitas daerah tersebut.
Hasilnya Kepulauan Seribu menjadi kabupaten dengan indeks risiko bencana terendah. Kabupaten yang terletak di Provinsi Jakarta tersebut mendapat indeks terendah di 43,5. Posisi kedua diisi oleh Mamberamo Tengah dengan indeks 44,8.
Selanjutnya di urutan ketiga terdapat Kabupaten Sigi dengan indeks 48,71, diikuti oleh Sukoharjo dengan indeks 64,18, finish di peringkat keempat. Intan Jaya meraih indeks 67,2 dan Wonosobo memperoleh skor 67,98.
Daftar sepuluh besar ini turut diisi oleh Halmahera Tengah (71,64), Sleman (73,35), Klaten (78,56), dan Kudus (79,75).
Indonesia terus melakukan usaha untuk meminimalisir risiko bencana di Indonesia. Terbaru, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendirikan gedung Gedung Multi Hazard Early Warning System (MHEWS). Gedung tersebut menjadi jantung sistem peringatan dini nasional.
Baca Juga: Tren Kejadian Bencana Alam di Indonesia dalam Satu Dekade
Sumber:
https://www.bmkg.go.id/berita/utama/bmkg-resmikan-gedung-command-center-tahan-gempa-pertama-di-indonesia-wujudkan-sistem-peringatan-dini-multi-bahaya
https://bnpb.go.id/storage/app/media/Buku%20BNPB/BUKU%20IRBI%202024_BNPB_lowres.pdf
https://reliefweb.int/report/world/worldriskreport-2024-focus-multiple-crises
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor