Jelang Lebaran, Berikut Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Pendapatan dan Keuangan

Menurut hasil survei Litbang Kompas, terdapat berbagai cara yang dilakukan masyarakat untuk memperoleh pendapatan menjelang Lebaran.

Jelang Lebaran, Berikut Upaya Masyarakat dalam Meningkatkan Pendapatan dan Keuangan Ilustrasi keuangan | Freepik/dhasyir

Menjelang Hari Raya Idulfitri, keuangan tentu menjadi perhatian utama bagi masyarakat Indonesia. Adanya tradisi mudik, membeli pakaian baru, menyiapkan hidangan khas lebaran, dan memberikan tunjangan hari raya (THR) biasanya dapat meningkatkan pengeluaran secara signifikan. 

Menurut data dari Mandiri Spending Index (MSI) per 2 Maret 2025, menunjukkan bahwa Ramadan di tahun ini pola konsumsi lebih defensif dibandingkan tahun sebelumnya. Masyarakat cenderung mengalokasikan belanja kebutuhan pokok dan transportasi, sementara gaya hidup mengalami penurunan. 

Penyebab Penurunan Sektor Fashion Menjelang Lebaran 

Menjelang hari raya, pusat perbelanjaan di berbagai daerah tampak lebih sepi dibandingkan pada tahun sebelumnya. Padahal, biasanya momen ini identik dengan meningkatkan aktivitas belanja masyarakat. 

Ekonom Bank Mandiri, Agus Santoso, menilai bahwa situasi ini berpotensi memperlambat perputaran uang selama periode lebaran 2024. Menurunnya daya beli masyarakat menjadi sebuah faktor yang menyebabkan berkurangnya transaksi di sektor ritel. 

Kondisi ini tercermin dalam data MSI, menunjukkan bahwa tingkat belanja selama bulan Ramadhan dan menjelang Ramadan mengalami penurunan signifikan. Menurutnya, MSI hanya mencatat pertumbuhan 1,4% secara mingguan (week-to-week), berbeda dari tahun sebelumnya di periode yang sama mencapai 4,7%. 

Cara Masyarakat Memiliki Pendapatan Menjelang Lebaran

Meskipun daya beli masyarakat menjelang lebaran mengalami penurunan, tingkat konsumsi selama periode bulan puasa lebih tinggi dibandingkan hari biasa. Lonjakan pengeluaran ini dapat memberikan tekanan finansial yang signifikan bagi sebagian orang. 

Tanpa pengelolaan yang baik, biaya yang dikeluarkan selama Ramadan dan menjelang Lebaran berisiko dapat mengganggu stabilitas keuangan. Bahkan, tabungan yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan jangka panjang bisa terkuras akibat pengeluaran yang tidak terkendali. 

Upaya masyarakat Indonesia dalam menjelang lebaran | GoodStats
Upaya masyarakat Indonesia dalam menjelang lebaran | GoodStats

Berdasarkan hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan pada 4-7 Maret 2025, sebanyak 532 responden dari 38 provinsi berhasil di wawancara dengan dipilih secara acak dari panel responden dengan mempertimbangkan proporsi jumlah masing-masing provinsi. Penelitian ini memiliki tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error ±4,25%. 

Sebanyak 59,6% responden menyatakan tidak melakukan upaya khusus dalam merayakan lebaran tahun ini. Sebagian besar dari mereka telah mempersiapkan dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran, didukung dengan tambahan daya beli dari THR. 

Namun, kondisi ekonomi yang tidak stabil memaksa sebagian masyarakat mencari alternatif untuk mencukupi kebutuhan lebaran dengan 22,6% responden memilih membuka usaha musiman, seperti berjualan takjil, kue kering, atau busana muslim untuk mendapatkan penghasilan tambahan. 

Selain itu, 7,6% responden mengandalkan pinjaman dari keluarga atau teman, sementara 5,2% lainnya memilih menggadaikan aset berharga seperti emas, kendaraan, atau tanah untuk mendapatkan dana segar. Ada juga 3,9% responden meminjam uang dari bank dan koperasi, serta 1,1% menjual aset berharganya seperti perhiasan, ternak, atau kendaraan. 

Di sisi lain, meskipun berisiko tinggi, terdapat 0,2% responden yang memilih untuk meminjam uang melalui pinjaman online (pinjol) atau rentenir sebagai alternatif terakhir dalam memperoleh dana tambahan untuk menjelang hari raya. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun daya beli masyarakat pada fashion cenderung melemah, tetapi konsumsi selama bulan puasa dan menjelang lebaran tetap meningkat. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan yang bijak menjadi hal krusial agar pengeluaran tetap terkendali dan tidak mengganggu stabilitas finansial jangka panjang.

Baca Juga: Tabungan Warga RI Jatuh Jelang Lebaran 2025

Rangkuman: 

  • Pola Konsumsi Ramadan 2025:
    • Pola konsumsi masyarakat cenderung lebih defensif dibandingkan tahun sebelumnya.
    • Belanja kebutuhan pokok dan transportasi meningkat, sementara belanja gaya hidup menurun.
  • Penurunan Sektor Fashion:
    • Pusat perbelanjaan tampak lebih sepi dibandingkan tahun sebelumnya.
    • Daya beli masyarakat menurun, menyebabkan penurunan transaksi di sektor ritel.
    • Mandiri Spending Index (MSI) mencatat pertumbuhan belanja mingguan hanya 1,4%, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,7%.
  • Upaya Masyarakat Menjelang Lebaran (Litbang Kompas):
    • 59,6% responden tidak melakukan upaya khusus, karena telah memiliki dana yang cukup.
    • 22,6% responden membuka usaha musiman untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
    • 7,6% responden mengandalkan pinjaman dari keluarga atau teman.
    • 5,2% responden menggadaikan aset berharga.
    • 3,9% responden meminjam uang dari bank dan koperasi.
    • 1,1% responden menjual aset berharga.
    • 0,2% responden meminjam uang melalui pinjaman online (pinjol) atau rentenir.
  • Kondisi Konsumsi Secara Umum:
    • Meskipun daya beli fashion melemah, konsumsi selama bulan puasa dan menjelang Lebaran tetap meningkat.
    • Pengelolaan keuangan yang bijak menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas finansial.

Penulis: Ucy Sugiarti
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

Bawa Botol Minum Pribadi Jadi Cara Andalan Gen Z Kurangi Sampah

Aksi-aksi kolektif ini menjadi bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga lingkungan.

Berapa Usia Ideal buat Menikah?

Mayoritas publik memilih usia 25-30 tahun sebagai usia ideal buat menikah. Lantas, berapa sebenarnya usia ideal buat menikah?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook