Berbicara politik, terkadang muncul stigma bahwa diskusi ini menitikberatkan pada gender laki-laki saja. Menurut beberapa orang, perempuan dianggap tidak cukup kuat dan tak bisa berbicara banyak dalam panggung ini.
Hal itu juga ditunjukkan dari proporsi pelaku politik di Indonesia hingga saat ini. Misalnya saja dalam lingkup legislatif, persentase keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI saat ini baru berada di angka 20,52% saja.
Memang, angka ini menjadi yang tertinggi sepanjang masa pemilu dilakukan. Namun, persentase ini masih belum cukup mencapai angka ideal keterwakilan perempuan di parlemen, sesuai dengan persentase rekomendasi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Status Perempuan yang menetapkan 30-35% sebagai persentase idealnya.
Angka keterwakilan perempuan di dunia politik, baik pada parlemen, parpol, hingga pemerintahan diharapkan dapat terus menguat agar pihak-pihak yang mewakilinya dapat memberikan dampak konkret terhadap dunia politik Indonesia dan kelompoknya tak lagi dianggap lemah. Padahal, menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih perempuan pada Pemilu 2024 mendatang jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Hal itu dibuktikan dari hasil pemutakhiran data pemilih berkelanjutan (PDPB) semester 1 tahun 2022 yang diumumkan pada bulan Juli 2022 lalu. KPU melalui anggotanya Betty Epsilon Idroos mengumumkan bahwa ada 190.659.348 orang yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2024 mendatang.
Yang menarik, jumlah pemilih perempuan berada pada angka 95.829.962 atau sekitar 50,1% dari total pemilih. Lebih lanjut, KPU akan terus melakukan rekapitulasi PDPB tingkat nasional setiap enam (6) bulan sekali.
Lalu, seberapa besar eksistensi mereka di Pemilu 2024?
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada periode 29 April hingga 10 Mei 2023, Litbang Kompas melalukan survei terkait elektabilitas hingga hak pilih pemilih perempuan pada Pemilu 2024 mendatang. Pada bagian penggunaan hak pilih, mayoritas perempuan atau sekitar 76,7% responden telah mantap memutuskan untuk memilih lengkap (capres, partai, dan caleg) di Pemilu 2024.
Pada penelitian ini, Kompas mewawancarai sekitar 1.200 responden dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Kompas mengeklaim, riset ini memiliki tingkat kepercayaan di angka 95% dan margin of error di angka kurang lebih 2,83%.
Angka kepastian hak pilih lengkap perempuan dipantau lebih tinggi daripada laki-laki yang hanya berada di angka 73,5%. Meskipun begitu, angka perempuan yang belum memutuskan untuk memilih lengkap juga tak sedikit.
Ada 3,2% responden perempuan yang menyatakan akan memilih capres dan partai saja, 1,3% responden hanya memilih capres dan caleg, dan 1% lainnya hanya memilih caleg dan partai. Sementara itu, ada 3,2% mesponden yang hanya memilih capres saja.
Bahkan, ada 4,2% responden yang belum menentukan akan mencoblos atau tidak dan sekitar 0,7% responden yang sudah mantap tidak akan mencoblos (golput) pada Pemilu 2024 mendatang. Kompas menyebut, ini menjadi tantang bagi pelaku politik khususnya penyelenggara pemilu dan partai politik untuk meningkatkan partisipasi mereka di sisa 9 bulan sebelum pemilu berlangsung.
"Artinya, pilihan perempuan pada pesta demokrasi 14 Februari 2024 sudah mempunyai pilihan yang bulat siapa capres, siapa caleg, dan partai apa yang akan dipilih. Meskipun demikian, masih ada 0,7 persen dari kelompok perempuan dalam survei Kompas yang menyatakan tidak akan menggunakan hak pilihnya atau menjadi golput," tulis Kompas dalam laporannya, Jumat (9/6).
"Hal ini menjadi catatan sekaligus tantangan bagi penyelenggara pemilu dan partai politik agar di sisa sembilan bulan sebelum pemilu ini bisa memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya guna meningkatkan partisipasi politik dari pemilih perempuan," lanjut Kompas.
Parpol mana paling dilirik pemilih perempuan saat ini?
Lebih lanjut, Litbang Kompas juga turut memantau elektabilitas parpol bagi para pemilih perempuan di Pemilu 2024 mendatang. Pada survei elektabilitasnya periode Mei 2023, PDI-P masih berada di puncak dengan persentase 20,5%.
Meskipun begitu, elektabilitas PDI-P di mata pemilih perempuan hanya meningkat sekitar 0,6% dari survei periode sebelumnya (Januari 2023) alias kurang potensial dibandingkan Gerindra yang meningkat sekitar 4,7% dari survei Januari. Saat ini, Gerindra berada di posisi kedua dengan persentase 16,7%.
Partai Demokrat berada di posisi ketiga dengan persentase 8,3%, disusul Golkar dengan 7,3%, Nasdem 6%, PKB 5,8%, serta PKS dan PAN dengan persentase sama, yakni 4,5%. Lebih lanjut, angka kebingungan pemilih perempuan saat ini berada di angka 16,7%.
Penulis: Raihan Hasya
Editor: Iip M Aditiya