Luka dari Tsunami Aceh 2004, Tsunami Terbesar di Indonesia Sejak 2000

26 Desember 2004 menjadi saksi salah satu bencana terbesar bukan hanya bagi Indonesia, namun juga dunia, dengan tsunami yang menelan lebih dari 227 ribu jiwa.

Luka dari Tsunami Aceh 2004, Tsunami Terbesar di Indonesia Sejak 2000 Foto seorang ibu kehilangan keluarganya, ditampilkan pada peringatan dua dekade tsunami 2004 di ICAIOS Aceh (20/12/2024) | Shahibah A/GoodStats
Ukuran Fon:

Langit tanah rencong masih berselimut mendung tipis saat bumi berguncang hebat di pagi itu. Minggu, 26 Desember 2004, waktu baru menunjukkan pukul 07.58 WIB ketika tanah mulai bergetar.

Mulanya perlahan, lalu menghantam kuat dengan durasi yang terasa tak berkesudahan di pesisir barat Sumatra. Kaca pecah, dinding rumah retak, dan dalam hitungan menit berubah menjadi kepanikan.

Belum reda, guncangan kedua menyusul pukul 08.04 WIB. Waktunya hanya berselang lima menit. Tak terlampau kuat seperti sebelumnya, namun cukup untuk membuat siapa pun yang sempat bertahan kembali berlari.

Dua lempeng besar bumi saling bergesek di zona subduksi Megathrust Sunda, menyebabkan patahan raksasa bawah laut sepanjang lebih dari 1.300 kilometer. Magnitudo gempa utama tercatat sebesar 9,1 M (magnitudo), menjadikannya salah satu gempa bumi terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.

Air laut yang tadinya surut tak wajar, tiba-tiba kembali dengan cara yang tak biasa. Bukan sebagai ombak, melainkan sebagai tembok air setinggi pohon kelapa. Dalam waktu singkat, tsunami menerjang garis pantai barat Aceh dengan kecepatan luar biasa.

Ketinggian gelombangnya mencapai 30 meter di beberapa wilayah. Kota-kota seperti Meulaboh, Calang, Banda Aceh, hingga Pulau Simeulue menjadi yang paling parah terdampak.

Bahkan gelombangnya juga menyebar jauh ke negara-negara lain di Samudra Hindia, seperti Thailand, Sri Lanka, India, hingga Somalia. Namun Indonesia, khususnya Provinsi Aceh, mengalami titik luka terdalam dari bencana ini.

Berdasarkan data dari katalog Tsunami Indonesia yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Maret 2025, tsunami Aceh 2004 telah menelan sebanyak 227 ribu lebih korban jiwa. Dengan jumlah tersebut, tsunami yang bersumber dari arah barat daya Kota Banda Aceh ini menjadi tsunami terbesar dengan korban meninggal terbanyak sepanjang tahun 2000–2024.

5 Kejadian Tsunami Paling Mematikan di Indonesia Sejak Tahun 2000 | GoodStats
5 Kejadian Tsunami Paling Mematikan di Indonesia Sejak Tahun 2000 | GoodStats

Dosen sekaligus peneliti Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr. Muksin mengungkapkan bahwa sumber tsunami ini berasal dari akumulasi energi dua lempeng utama yang terkunci selama beberapa dekade, yaitu Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia di zona subduksi.

Penimbunan energi selama periode tersebut kemudian dilepaskan secara tiba-tiba, menyebabkan gempa bumi besar dan tsunami yang merusak. 

Karena itu, ia menjelaskan pentingnya gempa-gempa kecil sebagai pelepas energi yang terperangkap di dalam kerak bumi, ibarat ventilasi energi alamiah.

“Jika zona ini terlalu lama tanpa aktivitas gempa, itu justru tanda bahaya. Energi yang terkunci lama akan dilepaskan dalam bentuk gempa besar, seperti yang kita saksikan 20 tahun lalu," ujarnya dalam Podcast Lentera Umat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh bertema Refleksi Seperlima Abad Peristiwa Gempa & Tsunami di Nanggroe Syariat (26/12/2024) dilansir dari Dialeksis.

Tragedi besar berikutnya terjadi pada 28 September 2018 bersumber dari Donggala, Sulawesi Tengah yang menewaskan sedikitnya 2 ribuan jiwa.

Meskipun magnitudonya lebih kecil dari tsunami Aceh, yaitu sebesar 7,5 M, peristiwa ini unik karena dipicu oleh gempa sesar mendatar Palu-Koro sekaligus sebagai penyebab likuifaksi dan kerusakan besar di Kota Palu dan sekitarnya.

Tsunami dengan korban terbanyak sejak tahun 2000 selanjutnya kembali bersumber dari arah barat Pulau Sumatra pada 28 Maret 2005. Hanya berselang tiga bulan pascatsunami Aceh, gempa berkekuatan 8,6 M mengguncang wilayah Nias dan memicu tsunami yang menelan seribu korban jiwa.

Bencana serupa juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat pada 17 Juli 2006. Ketika itu, tsunami yang diakibatkan oleh gempa berskala 7 M menyebabkan 664 korban meninggal dunia dan menghancurkan ratusan rumah serta fasilitas wisata di pesisir Pangandaran.

Tsunami Selat Sunda menjadi satu-satunya tsunami yang tidak dipicu oleh faktor tektonik, melainkan oleh longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Tsunami yang terjadi secara tiba-tiba ini menyebabkan 431 korban jiwa di wilayah pesisir Banten dan Lampung

Tren Kejadian Tsunami di Indonesia Fluktuatif

Bencana tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam paling mematikan di Indonesia. Berdasarkan data BMKG, sepanjang periode 2000 hingga 2024, jumlah kejadian tsunami di Indonesia tercatat fluktuatif dari tahun ke tahun.

Tren Jumlah Kejadian Bencana Tsunami di Indonesia Tahun 2000 – 2024 | GoodStats
Tren Jumlah Kejadian Bencana Tsunami di Indonesia Tahun 2000 – 2024 | GoodStats

Puncak tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan 4 kejadian tsunami dalam satu tahun. Ini menjadi tahun dengan jumlah tsunami terbanyak dalam dua dekade terakhir. Tren tinggi lainnya terlihat pada tahun 2004 dan 2005, masing-masing dengan 3 kejadian, bertepatan dengan periode tsunami besar yang melanda Aceh dan Sumatera Barat.

Setelah 2010, intensitas kejadian cenderung menurun, namun tetap menunjukkan pola berulang. Tahun 2018 menjadi tahun yang mencolok dengan 3 tsunami dalam satu tahun, termasuk tsunami di Palu dan Selat Sunda yang menelan ribuan korban jiwa.

Beberapa tahun seperti 2003, 2013, 2015, dan 2020 tercatat tanpa adanya kejadian tsunami, namun fenomena ini tidak berlangsung konsisten. Tahun-tahun setelahnya kembali menunjukkan adanya peningkatan jumlah kejadian. Tahun 2022 dan 2023 masing-masing mencatat 2 kejadian, sebelum akhirnya kembali menurun tanpa kejadian tsunami pada 2024.

Meskipun tsunami tidak terjadi setiap tahun, potensinya tetap menjadi ancaman serius pada wilayah Indonesia yang berada di zona subduksi aktif, terutama sepanjang jalur megathrust seperti Samudra Hindia dan Pasifik.

Pentingnya Mitigasi dalam Menekan Risiko Bencana

Lebih dari dua dasawarsa berlalu, tsunami Aceh 2004 tetap menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman geologis. Dalam skala data, bencana ini tercatat sebagai yang terburuk. Dalam ingatan bangsa, tsunami Aceh abadi sebagai duka mendalam dan titik awal pembelajaran besar.

Meski teknologi sistem peringatan dini terus berkembang, efektivitasnya akan sia-sia tanpa dukungan kesiapan infrastruktur, edukasi publik, serta koordinasi lintas sektor. Indonesia tidak akan bertahan jika hanya mengandalkan ingatan kolektif. Evaluasi kebijakan dan investasi mitigasi harus berjalan beriringan.

Baca Juga: Sebaran Gempa Bumi RI Awal 2025, Wilayah Barat & Timur Perlu Hati-Hati

Penulis: Shahibah A
Editor: Editor

Konten Terkait

Daftar 10 Motor Tercepat di Dunia 2025: Siapa Raja Jalanan Tahun Ini?

Dodge Tomahawk merupakan salah motor tercepat di dunia dengan berat 3.400 pon yang memiliki top speed mencapai 300 MPH atau setara dengan 482km/jam.

Ini Dia Daftar 7 Helikopter Termahal di Dunia, Mewah dan Canggih!

Berikut daftar harga helikopter termahal di dunia yang harganya mulai dari USD27 Juta.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook