November 2022 kemarin, netizen Indonesia dikejutkan dengan peluncuran ChatGPT, sebuah teknologi Artificial Intelligence (AI) yang digunakan untuk keperluan penulisan, atau membantu menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. ChatGPT digunakan oleh masyarakat dari lintas sektor, baik pendidikan,perbankan, e-commerce, media, hingga kesehatan.
Berbeda dengan chat bot lainnya, kompleksitas yang dimiliki ChatGPT lebih kompleks, sehingga mampu mendeteksi bahasa alami manusia, mengembangkan kemampuan interaksi, menyesuaikan gaya bahasa pengguna, serta pemahaman akan konteks pembicaraan.
Bulan April 2023, ChatGPT dikunjungi sebanyak 1,8 miliar kunjungan global. Jumlah kunjungan yang sangat banyak ini tidak mengherankan bagi aplikasi sebesar ChatGPT. Ketika ChatGPT dikeluarkan pada November 2022, total pengguna barunya bisa mencapai 5 juta. Berikut adalah negara dengan pengguna ChatGPT terbanyak.
Dilansir dari Databoks, pengguna ChatGPT terbanyak di dunia berada di Amerika Serikat, yaitu sebesar 15,22 persen. Kemudian disusul negara India sebesar 6,32 persen, lalu Jepang sebesar 4,01 persen. 3,3 persen pengguna ChatGPT berasal dari Kolombia, sedangkan 2,75 persen pengguna ChatGPT berasal dari Kanada.
Hasil ini cukup sejalan dengan perkembangan teknologi di masing-masing negara. Amerika Serikat, Jepang, dan India termasuk dalam 3 dari 10 negara dengan kemajuan teknologi tercepat. Bagaimana dengan Indonesia?
Meskipun Indonesia tidak termasuk dalam negara dengan jumlah pengguna ChatGPT terbanyak, namun aplikasi ChatGPT termasuk perangkat AI yang paling banyak digunakan di Indonesia, yaitu 52 persen. Survei Populix menyatakan juga bahwa 76 persen pengguna ChatGPT berasal dari pulau Jawa.
Sayangnya, Indonesia termasuk urutan kesembilan dari 10 negara dengan kebocoran akun ChatGPT terbanyak. Beberapa bulan yang lalu, ratusan ribu akun ChatGPT mengalami kebocoran data. Sebanyak 2.555 akun ChatGPT Indonesia bocor ke Dark Web. Informasi yang diretas terdiri dari akun email, detail kartu bank, informasi dompet kripto, riwayat penelusuran, dan berbagai informasi yang diperoleh dari pengguna yang berasal dari sektor bisnis.
Pakar Teknologi Institut Teknologi Bandung (ITB) juga mengingatkan resiko penggunaan ChatGPT di bidang akademik. Resiko tersebut dapat berupa informasi yang kurang akurat, sumber yang tidak diketahui sehingga beresiko terkena plagiarisme, hingga berpotensi terjadinya penyalahgunaan terkait security.
Dr. Eng. Ayu Purwarianti, dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, menyarankan untuk selalu berhati-hati menggunakan ChatGPT dengan segala resiko yang ada. Ayu menyarankan untuk selalu melakukan double-checking dari informasi yang didapat dari ChatGPT.
Dalam membuat tulisan, ChatGPT dapat digunakan sebagai perbandingan. Namun, tidak untuk bergantung sepenuhnya karena tanggung jawab tulisan tersebut akan diserahkan kepada manusia.
Penulis: Kristina Jessica
Editor: Iip M Aditiya
