Pancasila merupakan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang nilai-nilainya sudah ditanamkan sejak dini, bahkan sejak di lingkungan sekolah. Kelima sila yang mencakup seluruh aspek kehidupan ini harus diamalkan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Bukan hanya sebagai pengetahuan, Pancasila merupakan pedoman dalam sikap dan tindakan sehari-hari.
Dengan implementasi yang dilakukan secara konsisten, Pancasila dapat menjadi fondasi terciptanya kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tenteram, adil, dan harmonis. Namun dalam praktiknya, masih sering ditemukan tantangan yang membuat implementasinya belum terealisasi maksimal.
Tantangan terbesar dalam mengamalkan Pancasila adalah kurangnya contoh teladan dari pemimpin maupun lingkungan sekitar, yang menempati porsi terbesar yaitu 52,2%. Hal ini menunjukkan bahwa peran public figure maupun orang-orang terdekat sangat berpengaruh dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Tanpa adanya teladan nyata, masyarakat cenderung sulit menginternalisasi dan mempraktikkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, 17,4% responden merasa lebih sibuk dengan urusan pribadi, pekerjaan, atau sekolah sehingga tidak dapat maksimal dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Tantangan lainnya adalah anggapan bahwa Pancasila terasa “jauh” dari kehidupan nyata (16%) serta pengaruh media sosial dan budaya luar yang cukup signifikan (13%). Sementara itu, hanya 1,4% yang menyebutkan alasan lain di luar kategori utama tersebut.
Data ini menegaskan bahwa hambatan pengamalan Pancasila tidak hanya bersumber dari faktor individu, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan dinamika kehidupan modern.
Apa Ancaman Terbesar bagi Eksistensi Pancasila?
Ancaman terbesar bagi eksistensi Pancasila memiliki korelasi yang kuat dengan tantangan utama dalam mengamalkan Pancasila. Mayoritas responden yakni sebanyak 35,5% berpendapat bahwa ketidakadilan sosial dan ekonomi, termasuk praktik korupsi, menjadi ancaman terbesar bagi eksistensi Pancasila. Selain itu, polarisasi politik dan konflik kepentingan juga menempati posisi signifikan dengan persentase 33%.
Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan sosial dan penyalahgunaan kekuasaan dianggap paling berpotensi dalam melemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Adanya dinamika politik yang tidak sehat juga dapat memicu perpecahan bangsa yang tidak sesuai dengan sila ketiga Pancasila.
Sementara itu, ancaman berupa masuknya ideologi lain dari luar seperti liberalisme atau komunisme berada pada angka 24%. Adapun faktor lainnya menyumbang persentase yang relatif kecil, yakni menurunnya kepedulian masyarakat (4,3%), pengaruh media sosial dan budaya global (1,8%), serta alasan lain di luar kategori yang hanya mencapai 1,4%.
Temuan ini menegaskan bahwa tantangan terbesar bagi eksistensi Pancasila lebih banyak berasal dari faktor internal bangsa sendiri dibandingkan ancaman eksternal.
Informasi di atas diperoleh dari survei GoodStats pada 20–28 September 2025 dengan metodologi online terhadap 1.000 responden. Mayoritas responden berusia 18-24 (42,7%) dan didominasi oleh lulusan S1/sederajat dengan persentase 47%. Responden kebanyakan berdomisili di Pulau Jawa sebanyak 65,5% dan sisanya merupakan responden di luar Pulau Jawa.
Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa kegagalan dalam menerapkan Pancasila dapat menjadi akar dari banyak permasalahan nasional, seperti tindak korupsi dan penyelewengan kekuasaan. Berangkat dari hal ini Prabowo menegaskan kepada pejabat publik untuk kembali memegang teguh nilai-nilai Pancasila.
“Marilah kita kembali ke nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai luhur perjuangan kemerdekaan bangsa kita. Marilah kita menggunakan momentum ini untuk memperbaiki diri, untuk memperbaiki sistem kita masing-masing,” tutur Prabowo dalam amanatnya saat memimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila, pada Senin (2/6/2025), melansir dari laman Sekretariat Kabinet RI.
Baca Juga: Survei GoodStats 2025: Potret Praktik Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat
Sumber:
https://goodstats.id/publication/apa-kabar-pancasila-potret-dan-praktik-pancasila-di-tengah-masyarakat-saat-ini-8PWfv
https://setkab.go.id/presiden-prabowo-tegaskan-pancasila-bukan-sekadar-slogan-tapi-pedoman-hidup-bangsa/
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor