Dari Syngas hingga Bobibos, Inovasi Bahan Bakar Hijau Pengganti Minyak Bumi Karya Anak Bangsa

Anak muda Indonesia sukses ciptakan bahan bakar alternatif ramah lingkungan pengganti minyak bumi! Begini datanya!

Dari Syngas hingga Bobibos, Inovasi Bahan Bakar Hijau Pengganti Minyak Bumi Karya Anak Bangsa Bahan Bakar | Pexels
Ukuran Fon:

Ketergantungan Indonesia pada Bahan Bakar Minyak (BBM) fosil ibarat bom waktu. Setiap tahun, triliunan rupiah uang negara dikuras untuk subsidi dan impor. Di tengah urgensi krisis iklim dan melonjaknya harga BBM, muncul pahlawan-pahlawan energi dari pelosok negeri yang menawarkan solusi ramah lingkungan. Mereka adalah para inovator yang mengubah air, limbah, hingga mikroalga menjadi bahan bakar.

Tidak hanya menghemat jutaan tahun untuk produksi ulang minyak bumi, gas dan batu bara, bahan bakar alternatif seperti Biobos dan Nikuba juga dapat mengurangi emisi CO2 hingga 74% dibanding diesel fosil. Dalam sebuah laporan U.S Departement of Energy, biodesel diperkirakan hanya menghasilkan sedikit sekali zat polutan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, batu bara pada saat pengolahannya. Berdasarkan jenisnya ini dia bahan bakar biodesel yang bisa digunakan sebagai alternatif pengganti!

Daftar Bahan Bakar Alternatif Terbaharukan Karya Anak Bangsa 

Inovasi Bahan Bakar Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa | GoodStats
  1. Nikuba (Niku Banyu)

Istilah Blue Energy telah ramai diperbincangkan sejak tahun 2008. Djoko Suprapto, sebagai pencetus utama penemuan energi ini, menjadi inspirator utama yang menggerakan anak muda Indonesia untuk mengkaji lebih jauh terkait penemuan ini. Salah satu penerus ide ini adalah Nikuba (Niku Banyu), ciptaan Aryanto Misel, inovator asal Cirebon. Nikuba diklaim mampu memisahkan hidrogen dari air untuk dijadikan bahan bakar kendaraan bermotor.

Melalui proses elektrolisis sederhana, air diubah menjadi gas hidrogen yang kemudian digunakan untuk pembakaran mesin. Setelah digunakan untuk uji coba pada 31 unit motor dinas Babinsa Kodam III Siliwangi, Nikuba justru go international. Pada Juni 2023, alat ini dipresentasikan di Milan, Italia, di hadapan petinggi produsen otomotif kelas dunia (dikaitkan dengan Ferrari).

Namun, di dalam negeri, pakar BRIN dan akademisi cenderung menyebut Nikuba sebagai "Fuel Saver" (penghemat BBM) yang meningkatkan efisiensi, bukan pengganti BBM total, karena proses elektrolisis membutuhkan energi yang besar.

  1. Bobibos

Inovasi lain datang dari Muhammad Ikhlas Thamrin, pendiri PT Inti Sinergi Formula, yang memperkenalkan Bobibos, bahan bakar ramah lingkungan berbasis minyak nabati lokal. Bobibos dikembangkan sebagai alternatif solar dan sudah diuji coba di berbagai mesin diesel dengan hasil yang efisien dan emisi rendah. Bobibos sangat relevan dengan isu limbah khususnya di Indonesia.

Indonesia menghasilkan jutaan liter minyak jelantah per tahun. Pemanfaatan jelantah menjadi biodiesel (Bobibos) tidak hanya menyediakan BBA, tetapi juga mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan akibat pembuangan limbah. Dengan konsep green fuel yang memanfaatkan sumber daya lokal, Bobibos diharapkan dapat mendukung program pemerintah menuju Net Zero Emission 2060 dan memperkuat kemandirian energi nasional.

  1. Algae Power Indonesia

Mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) turut melahirkan inovasi menarik melalui proyek Algae Power Indonesia. Bahan bakar ini berasal dari mikroalga, organisme kecil yang kaya akan minyak dan dapat tumbuh cepat di air tawar maupun laut. Mikroalga dinilai sangat menjanjikan karena tidak bersaing dengan lahan pangan (bisa dibudidayakan di kolam atau laut), tumbuh cepat, dan menyerap CO2, sehingga membantu menekan emisi gas rumah kaca. Produksi minyak dari alga juga tidak membutuhkan lahan luas seperti kelapa sawit, sehingga lebih berkelanjutan.

  1. Limbah Plastik

Salah satu inovasi paling unik datang dari Tri Handoko, pengajar di SMKN 3 Kota Madiun. Ia berhasil mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak seperti solar dan premium melalui teknologi pirolisis (destilasi kering). Dalam proses ini, plastik dipanaskan di atas suhu leburnya hingga berubah menjadi uap. Uap tersebut kemudian dikondensasikan menjadi cairan yaitu minyak mentah yang bisa disuling kembali menjadi premium, minyak tanah, atau solar, tergantung panjang rantai karbonnya.

Satu kilogram limbah plastik dapat menghasilkan sekitar 1 liter minyak mentah, atau sekitar 0,8 liter setelah proses refinery. Teknologi ini dinilai efisien, murah, dan ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah plastik yang sebelumnya sulit diurai. Inovasi Tri bahkan telah diuji di laboratorium dan terbukti mampu menyalakan mesin pemotong rumput. Ia juga memenangkan Kompetisi Teknologi Tepat Guna Kota Madiun dan memamerkan alatnya dalam ajang Toyota Eco Youth di Jakarta.

  1. Syngas

Peneliti dari BRIN dan BPPT tengah mengembangkan syngas (synthetic gas), yaitu gas campuran hidrogen (H₂) dan karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari proses gasifikasi biomassa, misalnya dari sekam padi, serbuk gergaji, atau sampah kota. Syngas bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel, turbin, maupun pembangkit listrik kecil.

Teknologi ini berpotensi tinggi karena tidak hanya menyediakan energi, tapi juga mengurangi volume sampah perkotaan.Beberapa proyek uji coba telah dilakukan di Bali dan Jawa Timur sebagai bagian dari upaya menuju energi bersih berbasis limbah padat.

  1. Biogas Komunal

Selain dari air dan plastik, inovasi bahan bakar alternatif juga lahir dari limbah organik dan kotoran ternak. Melalui proses fermentasi anaerob, bahan-bahan seperti limbah dapur, jerami, dan kotoran sapi diubah menjadi biogas yang mengandung metana (CH₄). Riset program ini terus digencarkan oleh sejumlah universitas ternama seperti UGM dan ITS yang aktif melakukan pengembangan untuk bidang ini.

Biogas komunal di Indonesia cocok dengan pendekatan desentralisasi sehingga masyarakat bisa mengelola dan merawat sendiri sistem biogasnya. Program biogas komunal desa telah diterapkan di berbagai daerah seperti Sleman (DIY), Banyumas, dan Lombok Timur. Contohnya, di Sleman program ini telah berjalan sejak 2014 dan melibatkan 7 desa yang menggunakan kotoran sapi untuk menghasilkan biogas bagi kebutuhan memasak. Sisa fermentasi limbah ternak juga dimanfaatkan menjadi pupuk organik.

Menuju Transisi Energi Berkelanjutan

Dari garasi kecil di Cirebon hingga laboratorium kampus di Bogor, semangat para inovator energi Indonesia membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari ide sederhana. Krisis iklim dan keterbatasan sumber daya menuntut Indonesia untuk berani berinovasi dan berdiri di atas kaki sendiri. Melalui Nikuba, Bobibos, Algae Power, hingga biogas komunal, generasi muda telah membuktikan bahwa solusi untuk masa depan hijau yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Baca juga: Persentase Kandungan Etanol pada Produk-produk BBM Pertamina

Penulis: Emily Zakia
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

Akhir 2025, Produksi Padi Indonesia Diprediksi Turun

Produksi padi diproyeksi turun pada akhir tahun akibat cuaca ekstrem di berbagai wilayah produksi.

Produksi dan Luas Panen Padi Nasional Terus Turun, Ketahanan Pangan Diuji

Data BPS mencatat tren penurunan produksi dan luas panen padi nasional sejak 2018, menandakan tantangan serius bagi ketahanan pangan Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook