Kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu membuat pembelian properti seolah menjadi angan-angan belaka. Bertambahnya jumlah rumah tangga di Indonesia turut mendorong naiknya kebutuhan akan perumahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 63,15% rumah tangga yang menempati rumah layak huni. Pemerintah hingga sekarang masih berupaya menyediakan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat, salah satunya dengan program sejuta rumah dari Jokowi yang dilanjutkan oleh Prabowo.
Kenaikan harga properti dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator, seperti lokasi, tipe bangunan, harga bahan konstruksi, dan variabel lainnya. Stabilitas pasar properti bisa diketahui dari daya serap pasar, peningkatan tingkat hunian, dan terkendalinya harga properti. Makin banyak permintaan akan perumahan, maka makin banyak pula rumah yang dibangun. Jika ketersediaan perumahan ini tidak diimbangi dengan permintaan yang masuk, maka harga properti akan cenderung fluktuatif.
BPS pada 2024 kembali melakukan Survei Harga Properti Perumahan (SHPP) yang dipakai sebagai dasar untuk menyusun Indeks Harga Properti Perumahan (IHPP). Survei dilakukan pada 51 kabupaten/kota di 36 provinsi.
Apa Itu IHPP?
IHPP adalah indikator yang menggambarkan pergerakan harga properti dari tahun ke tahun. Indeks ini terdiri atas 2 kelompok, yakni Indeks Harga Rumah dan Indeks Harga Apartemen. Indeks Harga Rumah tersusun atas Indeks Harga Rumah Berpagar, Indeks Harga Rumah Cluster Tidak Berpagar, dan Indeks Harga Non-Cluster.
Indeks ini digunakan untuk menggambarkan kenaikan harga properti dari tahun ke tahun. Semakin tinggi nilainya, maka semakin tinggi pula kenaikan harga properti yang terjadi. Indeks ini penting diketahui terutama bagi mereka yang hendak membeli perumahan di lokasi tertentu.
IHPP 2024 Naik Lagi
Menurut IHPP 2024, terjadi pertumbuhan harga properti pada Maret 2024 sebesar 2,76% dibandingkan Maret 2023. Pertumbuhan ini tercatat sedikit melambat jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar 2,84%.
Jika dilihat berdasarkan jenisnya, harga rumah mengalami kenaikan 2,97% pada 2024, dengan kenaikan tipe cluster berpagar sebesar 3,07%, cluster tanpa pagar sebesar 4,83%, dan non-cluster sebesar 1,03%. Sebaliknya, untuk properti apartemen mengalami penurunan sebesar 1,03%.
Sejak pandemi Covid-19, harga properti perumahan cenderung naik dari tahun ke tahun. Kenaikan harga ini umumnya didorong oleh tingginya permintaan akan hunian yang sejalan dengan bertumbuhnya jumlah penduduk setiap tahun. Selain itu, harga tanah dan material juga memengaruhi kenaikan harga properti ini. Secara nasional, harga tanah naik sekitar 5% pada Maret 2024 dibanding Maret 2023.
Dengan demikian, sejak tahun 2019, harga properti telah meningkat sebesar 10.90%. Spesifiknya, harga rumah naik 11,19%, sedangkan harga apartemen naik 5,52%.
Lebih lanjut, aksesibilitas perumahan di Indonesia juga tercatat sudah baik. Rata-rata jarak ke pusat pemerintahan terdekat seperti kantor walikota/bupati/gubernur adalah sebesar 6,47 km, jarak ke pusat perbelanjaan terdekat adalah 2,96 km, sementara ke rumah sakit terdekat hanya sekitar 4,63 km. untuk ke sarana pendidikan terdekat, rata-rata jaraknya juga hanya 2,02 km.
Baca Juga: Susah Beli Rumah, Pemerintah Beri Dukungan Biaya buat Warga RI
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor