Indonesia, negara dengan kekayaan alam, budaya, dan sejarah yang luar biasa, semakin mendapatkan perhatian dunia, khususnya melalui media sosial. Di era digital ini, fenomena para kreator konten mancanegara yang membahas Indonesia di platform seperti YouTube dan Instagram tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa Indonesia, dalam konteks ini, sering dijadikan clickbait untuk menarik perhatian audiens.
Fenomena ini berkaitan erat dengan bagaimana orang Indonesia yang secara tidak sadar haus akan pengakuan atau afirmasi dari luar, khususnya dari bangsa asing. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme berlebih yang muncul ketika seorang content creator asing dengan sederhana mengucapkan kalimat seperti "Selamat malam, Indonesia," atau "Terima kasih".
Ini bukan hanya tentang ungkapan, tetapi lebih kepada rasa pengakuan terhadap eksistensi Indonesia di mata dunia. Mengapa kita bisa begitu terkesan? Salah satu jawabannya adalah sejarah panjang kolonialisme yang meninggalkan warisan mentalitas inferioritas di banyak negara bekas jajahan, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Preferensi Konten YouTube Masyarakat Indonesia, Kamu Yang Mana?
Mentalitas Inferioritas sebagai Warisan Kolonial
Selama masa penjajahan, Indonesia dibelenggu oleh pandangan bahwa budaya Barat lebih unggul dan lebih "beradab" dibandingkan budaya lokal. Pandangan ini menimbulkan hierarki sosial yang membuat banyak orang Indonesia merasa budaya mereka lebih rendah. Ricklefs (2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa mentalitas inferioritas ini sulit untuk dihilangkan, dan bagaimana dampaknya masih terasa hingga kini. Rasa minder dan kurang percaya diri terhadap bangsa asing menjadi bagian dari luka sejarah yang belum sepenuhnya sembuh.
Edward Said, dalam bukunya Orientalism, menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana kolonialisme menciptakan dikotomi antara "Barat" yang dianggap superior, rasional, dan beradab, dengan "Timur" yang sering dianggap inferior, eksotis, dan mistis. Pandangan ini mendorong masyarakat Indonesia untuk sering menganggap budaya mereka sendiri sebagai sesuatu yang kurang bernilai tanpa pengakuan dari pihak Barat.
Clickbait dalam Konten Digital: Indonesia sebagai Daya Tarik
Di tengah perkembangan media sosial dan platform berbagi konten seperti YouTube, banyak kreator konten mancanegara yang mengalihkan perhatian audiens global kepada Indonesia. Dengan potensi wisata alam yang menakjubkan dan keragaman budaya yang luar biasa, Indonesia memang menjadi magnet bagi konten kreator yang ingin mengeksplorasi keindahan negeri ini. Tetapi yang menarik adalah bagaimana Indonesia secara konsisten digunakan sebagai clickbait untuk menarik audiens, bukan hanya karena keunikan dan keindahannya, tetapi juga untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Data yang diungkapkan menunjukkan perbandingan menarik antara jumlah penonton untuk konten biasa dan konten yang berkaitan dengan Indonesia dari beberapa akun YouTube internasional. Pada channel People vs Food, rata-rata penonton untuk konten biasa mencapai 1,2 juta views. Namun, ketika tema Indonesia diangkat, angka ini melonjak drastis menjadi 4,6 juta penonton.
Hal serupa juga terlihat pada channel Food Ranger, yang memperoleh 2,3 juta penonton untuk konten biasa, namun saat membahas kuliner Indonesia, jumlah penonton meningkat menjadi 3,4 juta. Begitu pula dengan kanal Mark Wiens, yang mencatatkan 2,5 juta penonton untuk konten biasa. Ketika menyajikan konten yang berkaitan dengan Indonesia, jumlah penonton channel ini mencapai 3,3 juta.
Secara keseluruhan, data ini menggambarkan bagaimana Indonesia menjadi negara untuk bahan clickbait yang berhasil menarik perhatian audiens internasional dan memberikan dampak signifikan terhadap jumlah penonton di platform YouTube.
Mengapa Konten Kreator Asing Memilih Indonesia?
Menurut artikel yang dimuat GNFI, ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa banyak konten kreator asing tertarik membuat video tentang Indonesia:
1. Antusiasme terhadap Keragaman Budaya
Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa. Keanekaragaman ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konten kreator asing. Mereka sering kali membagikan pengalaman mereka tentang tradisi, festival, tarian, dan adat istiadat yang mereka temui di berbagai wilayah Indonesia. Konten semacam ini, selain edukatif, sering kali menjadi viral karena banyak orang penasaran dengan keunikan budaya Indonesia.
2. Keramahan Masyarakat Indonesia
Sifat ramah dan terbuka dari masyarakat Indonesia juga menjadi faktor penting yang membuat kreator asing merasa betah dan ingin membagikan pengalamannya di media sosial. Interaksi yang terjadi antara para YouTuber dan masyarakat lokal menghasilkan momen-momen spontan yang otentik dan menyenangkan. Hal ini menciptakan citra positif bagi Indonesia di mata dunia.
3. Kesempatan untuk Kolaborasi dan Pengaruh Media Sosial
Indonesia memiliki komunitas pengguna media sosial yang sangat besar dan aktif. Hal ini menciptakan peluang bagi YouTuber asing untuk memperluas jangkauan audiens mereka. Kolaborasi dengan kreator lokal semakin memperkaya konten mereka, sekaligus menarik lebih banyak perhatian dari audiens Indonesia dan global. Semakin banyak orang menonton, semakin besar peluang mereka untuk mendapatkan keuntungan finansial dan reputasi.
Dampak dan Tantangan
Tentu saja, fenomena ini membawa dampak positif dalam hal promosi wisata dan peningkatan citra Indonesia di kancah internasional. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang ingin mengunjungi Indonesia, mempelajari budaya lokal, atau sekadar menikmati keindahan alamnya yang menakjubkan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia, yang pada gilirannya dapat memperkuat perekonomian negara.
Namun, perlu diingat bahwa ketertarikan terhadap Indonesia tidak seharusnya hanya dilihat sebagai komoditas yang bisa dieksploitasi semata. Warga Indonesia harus lebih bijak dalam menilai dan mendukung kreator yang tidak hanya memanfaatkan Indonesia sebagai bahan clickbait, tetapi juga memberi kontribusi yang bermakna dalam mengenalkan Indonesia kepada dunia dengan cara yang lebih mendalam.
Baca Juga: Mampir ke ASEAN, IShowSpeed Pecahkan Rekor Pribadi Subscriber Baru di Indonesia
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor