Emas Masih Jadi Investasi Populer Publik Indonesia

Investasi emas menjadi pilihan utama masyarakat indonesia karena dinilai aman dan stabil.

Emas Masih Jadi Investasi Populer Publik Indonesia Ilustrasi Emas | Pexels
Ukuran Fon:

Investasi kini semakin menjadi pilihan masyarakat dalam mengelola keuangan. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tantangan masa depan, banyak orang mulai sadar akan pentingnya menyiapkan dana melalui investasi.

Untuk memahami karakteristik publik Indonesia dalam berinvestasi, KedaiKOPI melakukan survei bertajuk Pola Penggunaan Produk Investasi yang melibatkan 900 responden dari berbagai kelompok usia dan tempat tinggal pada 20 Februari–2 Maret 2025, melalui metode Computer Assisted Self Interview (CASI).

Masyarakat Indonesia Masih Memilih Emas sebagai Instrumen Investasi | Goodstats

Properti menjadi pilihan investasi yang paling diminati oleh responden, dengan 47,3% responden mengaku tertarik untuk memiliki investasi dalam bentuk tanah atau rumah di masa depan. Emas perhiasan dan emas batangan juga jadi pilihan favorit, masing-masing sebesar 44,4% responden. Popularitas emas sebagai investasi terus melonjak, seperti diungkapkan Acuviarta Kartabi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Pasundan.

“Emas tetap menjadi aset yang aman dan stabil, sehingga wajar jika minat masyarakat terhadap investasi emas terus bertahan dari waktu ke waktu, serta untuk jangka panjang, emas perhiasan juga dinilai menarik karena selain sebagai aset, bisa digunakan sebagai aksesoris,” ujarnya pada Rabu (14/5/2025), mengutip laman Unpas.

Selain itu, saham juga menjadi salah satu instrumen yang cukup menarik perhatian, dipilih oleh 32,4% responden yang belum memulai investasi. Hal ini dipengaruhi oleh semakin mudahnya akses informasi dan kemajuan teknologi aplikasi investasi yang semakin ramah bagi pemula.

Instrumen investasi lain yang juga diminati adalah deposito sebesar 29,5%, yang dikenal memiliki risiko rendah dan nilai yang relatif stabil. Sementara itu, reksa dana menjadi pilihan bagi 19,5% responden.

Beberapa instrumen lain seperti obligasi sebesar 10,8%, cryptocurrency sebesar 9,1%, koleksi barang mewah atau NFT sebesar 7,1%, dan forex sebesar 6,2% juga menarik minat sebagian responden, meski persentasenya masih lebih kecil dibandingkan properti atau emas. Di sisi lain, sekitar 5,8% responden menyatakan masih ragu atau belum menentukan pilihan investasi yang sesuai bagi mereka.

Kesalahan dalam Investasi Emas

Perlu diingat bahwa investasi emas juga memiliki risiko dan kesalahan yang perlu dihindari. Mengacu pada artikel Business Insider, terdapat empat kesalahan yang sering dilakukan investor emas, di antaranya:

  1. Mengalokasikan semua dana ke investasi emas yang dapat membatasi potensi keuntungan dari aset lain
  2. Mencoba menebak waktu pasar (market timing) padahal strategi investasi emas yang efektif adalah untuk jangka panjang
  3. Mengabaikan biaya penyimpanan dan transaksi terutama pada emas fisik
  4. Kurang melakukan riset, seperti tidak memeriksa reputasi penjual, kualitas emas, dan jenis produk yang diinvestasikan

Faktor yang Mendorong Investasi

Berdasarkan responden yang telah berinvestasi, mayoritas atau sekitar 85,7% responden menyebutkan bahwa alasan utama mereka berinvestasi adalah untuk rencana jangka panjang. Selain itu, sekitar 70,1% responden terdorong untuk berinvestasi karena ingin menghadapi situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

Rencana Jangka Panjang menjadi Faktor Utama untuk Berinvestasi | Goodstats

Faktor lain yang cukup dominan adalah keinginan untuk memiliki dana darurat sebesar 60,1%, mencapai tujuan finansial lainnya sebesar 51,6%, serta kemudahan dalam menggunakan aplikasi investasi sebesar 45,2%.

Tidak hanya itu, sebagian responden juga memilih berinvestasi untuk menambah portofolio sebesar 24,1%, atas pengaruh teman atau keluarga sebesar 20,3%, mengikuti tren masa kini sebesar 15%, bahkan ada juga yang berinvestasi sebagai hobi sebesar 10,5%.

Ragam Tujuan Masyarakat dalam Investasi

Semakin banyak individu yang mulai memahami pentingnya memiliki perencanaan keuangan jangka panjang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih stabil dan terjamin. Setiap orang memiliki alasan dan tujuan yang berbeda dalam memilih untuk berinvestasi, tergantung pada kebutuhan, prioritas, dan tujuan hidup masing-masing.

Dana Pensiun dan Kebebasan Finansial Mendorong untuk Berinvestasi | Goodstats

Dana pensiun menjadi tujuan utama investasi jangka panjang yang dipilih oleh 75,6% responden. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya mempersiapkan masa tua yang aman secara finansial. Selain itu, kebebasan finansial menjadi prioritas bagi 66,2% responden, mencerminkan keinginan masyarakat untuk mencapai kestabilan ekonomi tanpa ketergantungan pada orang lain.

Di sisi lain, pendidikan anak juga menjadi alasan yang tidak kalah penting, di mana 65,3% responden menempatkan kebutuhan ini sebagai salah satu fokus utama dalam berinvestasi. Investasi untuk membeli properti menempati urutan berikutnya dengan sebesar 37,7%, diikuti oleh persiapan dana pernikahan anak sebesar 23,5%.

Menariknya, tujuan seperti dana darurat sebesar 0,5% dan kebutuhan masa depan lainnya sebesar 0,2% menempati porsi yang sangat kecil, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat lebih fokus pada tujuan besar jangka panjang.

Temuan ini semakin menegaskan bahwa investasi telah menjadi instrumen strategis yang disadari banyak orang guna memastikan stabilitas dan keamanan finansial di masa depan, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun generasi berikutnya.

Namun, penting untuk selalu berhati-hati dalam berinvestasi dalam bentuk instrumen apapun, karena setiap investasi memiliki risiko yang harus dipahami dan diperhitungkan secara matang agar tidak menimbulkan kerugian yang justru mengganggu tujuan keuangan yang ingin dicapai.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Naik Rp8.000, Apa Sebabnya?

Penulis: Chika Maulida T
Editor: Editor

Konten Terkait

Penjualan Mobil Domestik Capai 51 Ribu Unit pada April 2025

Penjualan mobil domestik pada April 2025 turun 27,8% menjadi 51.205 unit, terendah dalam 12 bulan terakhir.

Makin Tinggi Pendidikan, Makin Tinggi Gaji yang Diperoleh

Rata-rata gaji lulusan diploma dan sarjana jauh lebih tinggi dibanding lulusan SD ke bawah, bahkan melebihi 2 kali lipat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook