Selama berlangsungnya perang antara Israel dan Palestina yang hingga kini belum juga menemukan titik terang, banyak pengguna platform media sosial yang mengeluh karena tidak dapat mempublikasikan atau membagi foto dan video konten yang berkaitan dengan dukungan mereka terhadap Palestina.
Melansir dari Al Jazeera, para penulis, aktivis, jurnalis, dan pengguna reguler media sosial di seluruh dunia mengatakan bahwa postingan yang berisi tagar seperti “FreePalestine” dan “IStandWithPalestine” serta pesan-pesan yang menyatakan dukungan terhadap warga sipil Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel disembunyikan oleh platform tersebut sehingga tak dapat terlihat oleh pengguna lain atau praktik yang dikenal juga sebagai pelarangan bayangan (shadowbanning).
Namun, belum lama ini, melansir dari Calcalistech (CTech), memaparkan bahwa Israel mengaku kalah telak dalam perang advokasi digital di media sosial. Dikatakan bahwa narasi pro-Palestina mendominasi platform media sosial Instagram dan TikTok, lebih tinggi 15 kali lipat dibandingkan pro-Israel.
Menurut analisis media sosial yang dilakukan oleh Humanz, sebuah platform perusahaan Israel yang didirikan oleh mantan programer dari Unit Intelijen IDF 8200, hanya terdapat 7,39 miliar postingan dengan tag pro-Israel dipublikasikan di Instagram dan Tiktok sejak 7 Oktober, dibandingkan dengan 109,61 miliar postingan dengan tag pro-Palestina.
Untuk mengidentifikasi segmentasi wacana atau narasi tersebut di TikTok dan Instagram, Humanz membedakan tagar pro-Israel seperti #prayforisrael, #hamaisisis, dan #bringthemback, dan sebaliknya, tagar pro-Palestina seperti #freepalestine, #israelicrimes, dan #gazaunderaction.
Hasilnya, teridentifikasi sekitar 117 miliar postingan di TikTok dan Instagram dari bulan lalu yang menggunakan salah satu dari tagar tersebut dan distribusi postingan tersebut jelas condong dengan hanya 6,3% di antaranya yang menggunakan hashtag pro-Israel, dan 93,7% menggunakan hashtag pro-Palestina.
Merespon hal ini, Liav Refael-Chen selaku pendiri dan CEO Humanz, menuding bahwa para pendukung pro-Palestina di media sosial telah dibayar, “Sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa ada dana besar di balik operasi ini” ujar Liav, dikutip dari Calcalistech.com.
“Pesan yang disampaikan dan pengaturannya terlalu tepat sehingga tidak mungkin tidak ada pemodal di belakang layar. Ini adalah rencana yang dirancang dengan cermat,” pungkasnya.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya