Menurut data dari survei yang dilakukan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), 56 persen dari penduduk berusia 65 sampai 69 tahun di Indonesia masih bekerja. Jumlah ini adalah jumlah terbanyak dari semua negara yang diambil sampel datanya oleh OECD pada tahun 2018 lalu.
Di Korea Selatan dan Jepang, 47,6 persen dari populasi berusia 65 sampai 69 tahun juga masih bekerja. Persentase ini adalah jumlah terbesar kedua setelah Indonesia pada hasil survei ini. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah lansia yang masih bekerja cukup tinggi di Asia.
Di sisi lain, data dari negara Eropa pada survei menunjukkan hasil yang berbeda. Spanyol menjadi negara dengan persentase paling kecil pada daftar ini dengan angka 6,4 persen, dan diikuti oleh Perancis dengan persentase sebesar 6,7 persen.
Apa yang membuat masih banyak lansia yang bekerja di Indonesia?
Menurut peraturan Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), usia pensiun di Indonesia dimulai pada usia 57 tahun, hingga maksimal 65 tahun. Lantas, mengapa masih 50 persen dari seluruh penduduk berusia 65 hingga 69 tahun di Indonesia masih bekerja?
Faktor utama yang menjelaskan fenomena ini adalah kondisi perekonomian para lansia di Indonesia yang masih cukup rentan. Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik), 43,29 persen lansia di Indonesia berasal dari kelompok pengeluaran 40 persen terbawah.
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat usia lanjut yang secara ekonomi berada dalam tingkat yang masih rendah. Ditambah lagi, anak-anak mereka tidak bisa banyak membantu apabila anak-anak mereka yang sudah besar juga hidup dalam kondisi yang tidak lebih baik.
Kondisi seperti inilah yang mendorong banyak lansia masih harus bekerja di Indonesia. Mereka masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meski pada dasarnya usia diatas 65 tahun bukanlah usia yang produktif.
Selain itu, masih banyak lansia yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga masih banyak pula penduduk yang harus membanting tulang pada usia lanjut.
Tingkat pekerja usia lanjut di Eropa jauh lebih rendah dibandingkan Asia
Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia, negara Eropa yang ada pada survei ini memiliki persentase pekerja lansia yang jauh lebih sedikit. Inggris menjadi negara Eropa dengan persentase terbanyak dengan 21,7 persen, jumlah yang masih jauh di bawah negara-negara Asia pada survei ini.
Menurut Statista, masyarakat Asia masih banyak yang bekerja di usia lanjut tidak hanya karena kebutuhan ekonomi, tapi juga karena faktor kesehatan. Menurut Statista, masyarakat Asia, khususnya Asia Timur menganggap bahwa dengan bekerja mereka bisa menjaga kebugaran tubuh mereka yang sudah mulai melemah karena faktor usia.
Tidak seperti negara Eropa, Selandia Baru justru menunjukkan persentase yang cukup tinggi pada survei ini. Selandia Baru memiliki persentase pekerja lansia sebesar 44,8 persen, berada pada urutan keempat terbesar pada daftar ini.
Selandia Baru menjadi salah satu negara dengan jumlah pekerja berusia diatas 65 tahun terbesar karena kebijakan yang ada di negara ini. Selandia Baru tidak memiliki usia wajib untuk pensiun bagi para warganya, sehingga masih banyak masyarakat Selandia Baru yang bekerja di usia yang merupakan batasan usia pensiun di negara lain.
Penulis: Rangga Hadi Firmansyah
Editor: Iip M Aditiya