Boyolali, dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi terbesar di Jawa Tengah, menghadapi tantangan besar dalam industri produksi susunya belakangan ini.
Beberapa waktu terakhir, muncul fenomena yang memprihatinkan di mana banyak produsen susu terpaksa membuang susu mereka.
Situasi ini tentu memunculkan pertanyaan besar, mengingat produksi susu di Boyolali adalah salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat dan telah lama menjadi kebanggaan daerah tersebut.
Produksi susu di Boyolali sendiri berkembang pesat berkat iklim yang mendukung serta banyaknya peternak yang mendedikasikan diri mereka dalam mengelola sapi perah.
Kabupaten ini menghasilkan ribuan liter susu setiap harinya, yang biasanya didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Namun, meski produksi melimpah, berbagai tantangan seperti akses distribusi dan harga jual yang rendah masih membuat para peternak dan produsen berada di posisi sulit.
Pada tahun 2023, tercatat hanya 9 kecamatan yang memproduksi susu di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Mojosongo menjadi penghasil susu sapi terbesar dengan produksi mencapai 12,02 juta liter. Jumlah ini menunjukkan bahwa Mojosongo memiliki potensi besar dalam sektor peternakan sapi perah.
Tingginya volume susu di daerah ini dapat diatribusikan kepada luasnya lahan pertanian serta dukungan peternak yang konsisten dalam mengelola produksi susu.
Mengikuti Mojosongo, Kecamatan Tamansari mencatatkan produksi sebesar 7,94 juta liter, menjadikannya produsen susu terbesar kedua di Boyolali.
Tamansari memiliki kondisi geografis yang mendukung pertumbuhan sapi perah, sehingga mampu berkontribusi secara signifikan dalam memenuhi kebutuhan susu di wilayah ini.
Dengan adanya dukungan infrastruktur yang memadai, kecamatan ini berhasil mempertahankan kapasitas produksinya.
Kecamatan Musuk berada di peringkat ketiga dengan produksi susu sebanyak 6,66 juta liter. Angka ini memperlihatkan bahwa Musuk juga memiliki peran penting dalam industri susu Boyolali.
Walaupun produksinya tidak sebesar Mojosongo atau Tamansari, Musuk tetap konsisten dalam memasok susu, memperlihatkan bahwa wilayah ini memiliki potensi yang besar dalam mendukung keberlanjutan sektor susu lokal.
Kemudian, Kecamatan Ampel menghasilkan 3,93 juta liter susu, diikuti oleh Gladagsari dengan 3,47 juta liter. Kedua kecamatan ini memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam total produksi susu Boyolali.
Meskipun volume produksi mereka tidak setinggi Mojosongo atau Tamansari, Ampel dan Gladagsari tetap memperkuat sektor susu Boyolali, memberikan variasi suplai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Di sisi lain, Kecamatan Selo menghasilkan 1,77 juta liter, disusul oleh Boyolali dengan 1,54 juta liter. Keduanya mungkin memiliki volume produksi yang lebih rendah dibanding kecamatan lainnya, namun tetap berperan dalam rantai produksi susu daerah.
Kecamatan Cepogo dan Teras masing-masing menghasilkan 0,366 juta liter dan 0,106 juta liter. Walaupun angka produksi mereka termasuk rendah dibanding kecamatan lain, kontribusi ini tetap penting sebagai bagian dari keseluruhan produksi susu di Boyolali.
Setiap kecamatan, baik besar maupun kecil, berperan dalam menciptakan rantai produksi yang solid, menjaga pasokan susu Boyolali agar tetap tersedia dan mendukung kesejahteraan peternak di masing-masing wilayah.
Baca Juga: Minim Serapan Susu Berujung Protes, Begini Sikap Pemerintah
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor