Lonjakan Statistik Kasus Bullying di Indonesia, Ini Data Setiap Tahunnya!

Kasus bullying atau perundungan di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan, capai kenaikan 100%, begini datanya!

Lonjakan Statistik Kasus Bullying di Indonesia, Ini Data Setiap Tahunnya! Bullying | Pexels
Ukuran Fon:

Kasus bullying atau perundungan di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan dan kini menjadi salah satu isu serius bagi dunia pendidikan serta perlindungan anak. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental korban, tetapi juga memengaruhi prestasi belajar dan rasa aman di lingkungan sekolah.

Perundungan yang pada awalnya dilabeli sebagai kenakalan anak-anak kini terbukti membawa dampak serius bagi kesehatan mental, fisik, dan masa depan korban. Tahun 2024, berbagai data resmi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), hingga laporan pemantau digital seperti SAFEnet memperlihatkan peningkatan signifikan kasus perundungan, baik yang terjadi di sekolah maupun di dunia maya.

Lonjakan Statitistik Jumlah Kasus Bullying di Indonesia

Jumlah Kasus Bullying di Indonesia | GoodStats

Berdasarkan keterangan JPPI yang dikutip Goodstats, adanya kenaikan tajam kasus kekerasan di lingkungan pendidikan pada 2024. Jika pada 2023 terdapat 285 kasus, maka pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 573 kasus, naik lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total tersebut, sekitar 31 persen berkaitan langsung dengan perundungan. Angka ini memperlihatkan bahwa bullying masih menjadi bentuk kekerasan yang paling dominan di sekolah.

Sementara itu, KPAI melaporkan bahwa sepanjang 2023 terdapat 3.800 kasus perundungan, hampir separuh di antaranya terjadi di sekolah dan pesantren. Kemudian pada tahun 2024, lembaga ini menerima 2.057 pengaduan terkait perlindungan anak, dengan 954 kasus sudah ditindaklanjuti. Meski jumlah pengaduan menurun dibandingkan tahun sebelumnya, tren perundungan tetap konsisten tinggi dan menunjukkan bahwa sekolah masih menjadi ruang yang rentan bagi anak-anak.

Jika ditarik ke belakang, tren kenaikan kasus bullying memang sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Data tahunan JPPI menunjukkan perkembangan yang signifikan misalnya pada tahun 2020 terdapat 91 kasus kekerasan di sekolah, tahun 2021 naik menjadi 142 kasus, 2022 menjadi 194 kasus, tahun 2023 terus menukik menjadi 285 kasus dan yang tertinggi di tahun 2024 sebanyak 573 kasus.

Jenis-Jenis Bullying

Berdasarkan data gabungan JPPI dan KPAI, bentuk bullying yang paling banyak terjadi adalah bullying fisik dengan persentase sekitar 55,5%. Kasus ini mencakup pemukulan, penendangan, atau bentuk kekerasan fisik lainnya. Disusul dengan bullying verbal atau psikis menempati posisi kedua dengan angka 29,3%. Bentuk ini mencakup hinaan, ejekan, atau pengucilan yang membuat korban merasa tertekan secara emosional.

Yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah tren cyberbullying atau perundungan siber. Laporan SAFEnet pada triwulan pertama 2024 menunjukkan bahwa kasus perundungan siber meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 480 kasus. Lonjakan ini tidak lepas dari penggunaan media sosial yang masif di kalangan pelajar, di mana platform digital sering menjadi sarana perundungan yang sulit diawasi oleh guru maupun orangtua.

Statitistik Demografi Korban dan Wilayah Kasus Bullying di Indonesia

Jumlah Korban Bullying Berdasarkan Jenjang Pendidikan | GoodStats

Jika ditinjau dari segi jenjang pendidikan, korban bully terbanyak justru datang dari kalangan anak-anak usia dini. Data menunjukkan bahwa 26% korban adalah siswa sekolah dasar (SD), disusul oleh 25% siswa sekolah menengah pertama (SMP), dan 18,75% siswa sekolah menengah atas (SMA). Fakta ini memperlihatkan bahwa anak-anak pada usia awal pendidikan menjadi kelompok yang paling rentan.

Dari sisi wilayah, tiga provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perundungan tertinggi sepanjang 2024 adalah Jawa Timur dengan total 81 kasus, disusul oleh Jawa Barat sebanyak 56 kasus, dan yang terakhir yakni Jawa Tengah sebanyak 45 kasus.Selain sekolah umum, lembaga pendidikan berbasis agama juga tidak luput dari perundungan. Tercatat 92 kasus terjadi di madrasah dan 114 kasus di pesantren. Angka ini memperlihatkan bahwa bullying merupakan masalah lintas lembaga, tidak terbatas pada sekolah negeri atau swasta.

Mengapa Kasus Bullying Terus Meningkat?

Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa kasus bullying masih terus meningkat di Indonesia. Pertama, kurangnya pengawasan di lingkungan sekolah, baik dari guru maupun pihak manajemen pendidikan. Kedua, rendahnya pemahaman orang tua tentang dampak perundungan, sehingga kasus sering dianggap masalah sepele. Ketiga, perkembangan teknologi yang memfasilitasi perundungan siber, di mana anak-anak dapat dengan mudah menyebarkan konten negatif di media sosial tanpa kontrol yang memadai.

Di sisi lain, meskipun kesadaran untuk melaporkan kasus sudah meningkat, mekanisme tindak lanjut seringkali masih lambat atau tidak berpihak pada korban. Hal ini menyebabkan korban enggan melapor karena merasa tidak akan mendapatkan keadilan.

Dampak Nyata Bullying

Bullying membawa dampak jangka panjang yang serius bagi korban. Anak-anak yang menjadi korban perundungan berisiko mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, bahkan trauma berkepanjangan. Dalam beberapa kasus ekstrem, bullying dapat memicu keinginan bunuh diri pada korban.Selain itu, bullying juga berdampak pada prestasi akademik. Anak yang mengalami perundungan cenderung kehilangan motivasi belajar, menurunnya konsentrasi, hingga enggan hadir di sekolah.

Jika tidak ditangani dengan baik, dampak ini dapat memengaruhi masa depan anak, baik dari segi pendidikan maupun sosial. Jika tidak ditangani secara serius, dampaknya akan merusak iklim pendidikan dan menghambat lahirnya generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Sehingga perlu adanya kerja sama semua pihak untuk memastikan bahwa setiap anak berhak tumbuh dan belajar di lingkungan yang aman, tanpa rasa takut akan perundungan.

Baca juga: Ini Dia Rumah Sakit dengan Kasus Perundungan PPDS Paling Banyak

Penulis: Emily Zakia
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Kinerja Kewirausahaan Terbaik

Indonesia menempati posisi ke-10 negara dengan skor kinerja kewirausahaan dan ketenagakerjaan tertinggi pada 2024 dengan skor 58,3.

Top 10 Negara Asal Impor Nonmigas Indonesia Semester I 2025

China jadi negara asal impor nonmigas dengan nilai tertinggi pada Semester I 2025, mencapai US$40 miliar.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook