Tingkat kecerdasan seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh pelajaran yang diterimanya dari sekolah, melainkan juga dari proses perjalanan dalam tumbuh kembangnya.
Nyatanya, beberapa aspek lingkungan turut memengaruhi kecerdasan seorang anak, meliputi tempat tinggal, aktivitas fisik, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, hingga pekerjaan orang tua. Dengan demikian, benarkah tingkat kecerdasan anak sepenuhnya dipengaruhi oleh privelese yang diterimanya sejak lahir?
Terlahir dari Keluarga Kaya adalah Privilese
Banyak orang mengatakan bahwa anak yang cerdas tidak terlepas dari privilese kekayaan atau kepintaran keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Meski sulit diakui, nyatanya memang terdapat faktor privelese yang menentukan kecerdasan seseorang.
Anak yang terlahir dari orang tua yang berkecukupan cenderung memiliki akses pendidikan yang lebih baik, memungkinkannya untuk belajar sebanyak mungkin hal sejak dini. Hal ini dapat memengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak.
Meski begitu, privelese ini bukan satu-satunya faktor yang menentukan kecerdasan si kecil.
Kekayaan Bukanlah Satu-satunya Faktor Pengaruh Kepintaran Anak
Kenyataannya, kekayaan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan tingkat Intelligence Quotient (IQ) seorang anak. Aspek sehari-hari, seperti tempat tinggal, aktivitas fisik, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua nyatanya turut menentukan tingkat IQ buah hati.
Data dari Industrial Psychiatry Journal melibatkan 1.065 anak sekolah untuk menemukan bahwa faktor-faktor lingkungan apa saja yang memengaruhi IQ anak. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tempat Tinggal
Salah satu faktor yang memengaruhi IQ anak adalah tempat tinggal. Berikut persebaran IQ berdasarkan tempat tinggal.
Desa | Kota Kecil | Kota Besar | |
IQ Rendah | 51 anak | 142 anak | 47 anak |
IQ Normal | 72 anak | 286 anak | 306 anak |
IQ Tinggi | 3 anak | 69 anak | 91 anak |
Secara keseluruhan, anak-anak dengan IQ tinggi cenderung tinggal di kota besar dibandingkan kota kecil dan desa. Dapat dilihat bahwa jumlah anak dengan IQ tinggi yang tinggal di kota besar lebih banyak ketimbang jumlah anak yang tinggal di desa maupun kota kecil.
Hal ini menegaskan bahwa lingkungan di mana si kecil tumbuh memainkan peran penting dalam proses pembentukan kecerdasannya.
Baca Juga: Cara Berpikir Cepat ala Peserta Clash of Champions: Batasi Penggunaan Gadget
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik turut menentukan tingkat kecerdasan anak kecil. Anak yang beraktivitas fisik lebih dari 5 jam per minggu biasanya memiliki IQ yang lebih tinggi. Berikut persebaran IQ berdasarkan durasi aktivitas fisik.
<5 jam/minggu | >5 jam/minggu | |
IQ Rendah | 62 anak | 176 anak |
IQ Normal | 205 anak | 459 anak |
IQ Tinggi | 77 anak | 86 anak |
Dapat dilihat pada data di atas, anak dengan IQ tinggi cenderung beraktivitas fisik lebih dari 5 jam per minggu. Meski begitu, perbedaannya memang tidak terlalu tinggi. Jumlah anak dengan IQ tinggi yang beraktivitas fisik lebih dari 5 jam per minggu adalah 86 anak, sedangkan yang beraktivitas fisik kurang dari 5 jam per miinggu sebanyak 77 anak.
3. Pendapatan Keluarga
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan keluarga juga berkontribusi pada tingkat kecerdasan buah hati. Berikut persebaran IQ berdasarkan pendapatan keluarga.
<US$10.000/bulan | US$10.000 - US$50.000/bulan | US$50.000-US$100.000/bulan | >US$100.000/bulan | |
IQ Rendah | 89 anak | 77 anak | 27 anak | 42 anak |
IQ Normal | 66 anak | 222 anak | 132 anak | 235 anak |
IQ Tinggi | 5 anak | 51 anak | 38 anak | 69 anak |
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa banyak anak-anak dengan IQ tinggi kebanyakan berasal dari keluarga dengan pendapatan lebih dari US$100.000/bulan, disusul dengan pendapatan menengah antara US$10.000 sampai US$50.000 per bulan.
Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan seberapa luas akses si kecil terhadap pendidikan dini yang bermutu, sehingga tentunya memainkan peran penting dalam membentuk kecerdasan seseorang.
4. Pendidikan Ayah
Faktor berikutnya adalah pendidikan ayah, yang nyatanya memengaruhi tinggi rendahnya IQ si kecil. Data memperlihatkan bahwa anak-anak dari ayah lulusan sarjana atau pascasarjana cenderung memiliki IQ tinggi. Berikut persebaran IQ berdasarkan tingkat pendidikan ayah.
Pascasarjana/Sarjana | Diploma/10 - 12 lulus | Sekolah Menengah/Dasar | Tidak Sekolah | |
IQ Rendah | 89 anak | 65 anak | 53 anak | 29 anak |
IQ Normal | 423 anak | 161 anak | 65 anak | 12 anak |
IQ Tinggi | 118 anak | 37 anak | 6 anak | 2 anak |
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa anak-anak kebanyakan dengan IQ tinggi berasal dari keluarga yang berpendidikan. Tingkat pendidikan seorang ayah nyatanya menentukan tingkat kepintaran seorang anak. Ayah dengan pendidikan tinggi cenderung dapat membantu si kecil dalam pendidikan sehari-hari.
5. Pendidikan Ibu
Berikutnya, terdapat faktor pendidikan ibu terhadap IQ anak. Berikut persebaran IQ berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
Pascasarjana/Sarjana | Diploma/10 - 12 lulus | Sekolah Menengah/Dasar | Tidak Sekolah | |
IQ Rendah | 111 anak | 84 anak | 36 anak | 7 anak |
IQ Normal | 506 anak | 131 anak | 22 anak | 4 anak |
IQ Tinggi | 137 anak | 24 anak | 1 anak | 0 |
Dapat dilihat bahwa sama seperti pendidikan ayah, anak dari ibu dengan pendidikan sarjana atau pascasarjana cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan lain.
6. Pekerjaan Ayah
Terakhir, ada pula faktor pekerjaan ayah yang dapat memengaruhi IQ anak. Ayah yang memiliki pekerjaan profesional/semi-profesional cenderung memiliki anak dengan IQ lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain. Berikut persebaran IQ berdasarkan pekerjaan ayah.
Profesional/Semi-Profesional | Lainnya | |
IQ Rendah | 95 anak | 143 anak |
IQ Normal | 447 anak | 217 anak |
IQ Tinggi | 120 anak | 43 anak |
Orang Tua Berperan Penting dalam Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Nyatanya, bukan hanya privilese semata yang memengaruhi tingkat kecerdasan anak, melainkan terdapat beberapa faktor lain seperti tempat tinggal, aktivitas fisik, dan pendidikan orang tua. Kesimpulannya, orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung perkembangan kepintaran anak.
Setiap anak yang lahir di keluarga dengan tempat tinggal yang nyaman dan mempunyai orang tua yang berpendidikan tinggi pasti akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkembang secara optimal dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki keistimewaan tersebut.
Jadi, apabila seorang anak dilahirkan dan dididik hanya dengan materi dan tidak diberi pola asuh yang baik, tentu perkembangannya menjadi tidak terawasi. Oleh karena itu, bukan semata-mata privelese, orang tua juga harus memperhatikan tumbuh kembang buah hatinya dengan sebaik mungkin. Pada akhirnya, jauh melebihi kekayaan, kehadiran orang tua lebih penting untuk memastikan si kecil tumbuh dengan optimal.
Baca Juga: Hari Anak Nasional 2024: Lebih dari 10% Penduduk Indonesia Adalah Anak Kecil
Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor