Mampukah Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Atasi Isu Stunting?

Pemerintahan baru Prabowo-Gibran akan atasi isu stunting dengan program makan bergizi gratis. Namun, apakah hal tersebut benar-benar efektif?

Mampukah Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Atasi Isu Stunting? Ilustrasi Makan Bergizi | Freepik

Salah satu program yang cukup kontroversial ketika Pilpres 2024 lalu adalah program makan siang gratis (kini sudah berganti menjadi makan bergizi gratis) milik pasangan Prabowo-Gibran. Program tersebut menjadi pro-kontra di kalangan masyarakat karena disinyalir akan memakan anggaran yang sangat besar. Selain itu, banyak masyarakat yang percaya bahwa program tersebut tidak akan berjalan efektif untuk mengatasi isu stunting.

Stunting merupakan sebuah kondisi gagal tumbuhnya seseorang, khususnya anak-anak, karena kekurangan gizi secara kronis (terus-menerus). Isu stunting bukan merupakan masalah biasa karena menyangkut masa depan negara yang dapat menjadi gambaran indikator keberhasilan pendidikan, kesejahteraan, dan pendapatan masyarakat di suatu negara.

Menurut hasil survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI 2023, angka stunting di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2022, persentase stunting mencapai 24,4%, sedangkan pada 2022 persentasenya menurun sampai 21,6%. Pada 2023, target penurunan angka stunting ditetapkan di angka 17,8%, sedangkan target penurunan angka stunting pada 2024 menurut target RPJMN adalah 14%.

Untuk mewujudkan target tersebut, Prabowo akan menjalankan program makan gratis yang sudah digadang-gadang sejak masa kampanye. Pada awalnya, program ini hanya akan ditujukan untuk anak sekolah, tetapi kini sasarannya meluas hingga ke ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Melalui tangan Jokowi, Prabowo telah membentuk Badan Gizi Nasional lewat Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2024 yang sudah diteken Jokowi pada 15 agustus 2024 lalu. Adapun uji coba pelaksanaan program makan bergizi gratis itu sudah berjalan selama sekitar 10 bulan terakhir.

Melihat ambisi pemerintah dalam mengatasi hal ini, lantas bagaimana pemahaman masyarakat akan isu stunting?

Pemahaman Masyarakat Soal Stunting

Penyebab Stunting
Mayoritas masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik soal penyebab stunting | GoodStats

Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia pada 2023, mayoritas masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai penyebab stunting bagi penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih. Sebanyak 86,5% masyarakat berpendapat bahwa penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan makanan bergizi. 

Selanjutnya, sebanyak 46,6% menyatakan bahwa penyebab utama stunting adalah kurangnya asupan gizi ibu saat masa pra hamil dan hamil. Kemudian, sebanyak 27,9% menyatakan bahwa penyebab stunting adalah kurangnya sanitasi; 25,1% menyatakan karena penyakit keturunan; 18,6% menyatakan kemiskinan; serta 18,1% menyebutkan penyebab stunting adalah anak yang sering menderita sakit. 

Meskipun pemahaman masyarakat mengenai pentingnya makanan bergizi untuk proses pertumbuhan anak agar tidak terkena stunting sudah baik, tetap perlu ada usaha agar pengetahuan masyarakat tersebut dapat diikuti oleh tindakan nyata dalam menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak. 

Apakah Program Makan Bergizi Gratis Efektif Atasi Stunting?

Menurut laporan terbaru World Bank yang berjudul Indonesia Economic Prospect yang dirilis pada Juni 2024, program makan bergizi gratis atau disebut sebagai school meals dinilai tidak efektif untuk mengatasi stunting. Program ini tidak hanya dijalankan oleh Indonesia, tetapi sebelumnya sudah dijalankan oleh negara-negara di dunia seperti India dan Brasil. 

“Tujuan pemberian makanan di sekolah terus berkembang, dengan semakin meningkatnya penekanan pada kualitas makanan, peran makanan dalam membangun ketahanan dan respons terhadap guncangan, serta memperkuat hubungan dengan pengembangan pasar lokal,” tulis World Bank, melansir detikFinance.

Dalam laporannya, World Bank juga menyebutkan bahwa stunting hanya dapat dicegah dalam periode 1.000 hari di awal kandungan. Walaupun demikian, program makan bergizi gratis dipercaya mampu mencegah gejala anemia pada anak.

Selain itu, menurut World Bank, makanan bergizi gratis juga akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan ekonomi rumah tangga penerima manfaat, khususnya di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Walaupun begitu, realisasi program makan bergizi gratis ini tidak boleh mengorbankan belanja yang lebih rendah atau perhatian pada intervensi modal manusia penting yang lain. Dengan demikian, penting untuk menetapkan tujuan yang jelas dari program-program tersebut.

Seberapa Yakin Masyarakat Akan Program Makan Gratis Prabowo-Gibran?

Keyakinan Masyarakat Soal Program Makan Gratis
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa isu stunting dapat diatasi dengan program makan bergizi gratis GoodStats

Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (61,3%) percaya bahwa program makan bergizi gratis Prabowo Gibran mampu mengatasi isu stunting. Selanjutnya, terdapat pula 4,8% responden yang sangat percaya.

Sementara itu, sebanyak 25,7% responden kurang percaya serta 4,8% responden tidak percaya sama sekali bahwa program makan bergizi gratis mampu menyelesaikan masalah stunting di Indonesia. Terakhir, terdapat 3,4% responden lainnya yang tidak tahu/tidak menjawab. 

Melihat hasil survei ini, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat percaya bahwa program makan bergizi gratis tersebut mampu mengatasi isu stunting.

Adapun survei ini dilaksanakan pada 10-15 Oktober 2024 dengan melibatkan 1.200 responden yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Tingkat kepercayaan dari survei adalah 95% dengan margin of error kurang lebih 2,9%. 

Baca Juga: Stunting di Indonesia Terus Meningkat, Apa Penyebabnya?

Penulis: Elvira Chandra Dewi Ari Nanda
Editor: Editor

Konten Terkait

Puncak dan Lembah Pendidikan di Pulau Jawa

Memiliki banyak perguruan tinggi, apa pendidikan di Pulau Jawa sudah merdeka?

Anak Disabilitas Indonesia Banyak yang Tidak Lanjut Sekolah

Proporsi anak disabilitas yang tidak sekolah tercatat jauh lebih tinggi ketimbang anak nondisabilitas.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook