Kualitas air laut yang bersih mencerminkan komitmen yang kuat terhadap pengelolaan lingkungan maritim. Hal ini menjadi kabar positif bagi ekosistem laut dan berpotensi meningkatkan sektor pariwisata bahari. Kondisi air laut yang baik menjadi modal berharga dalam menjaga keanekaragaman hayati serta mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 Papua Barat menempati posisi teratas dengan indeks kualitas air laut tertinggi, yaitu 86,83. Provinsi-provinsi lain yang juga masuk dalam peringkat lima besar adalah Aceh (86,75), Sumatra Barat (86,19), Bali (86,05), dan Papua Barat Daya (85,78). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi di wilayah timur dan barat Indonesia memiliki kualitas air laut yang sangat baik.
Lima provinsi berikutnya yang melengkapi daftar sepuluh besar adalah Gorontalo (85,54), Bengkulu (85,25), Jawa Barat (85,03), Papua (84,56), dan Sulawesi Selatan (84,3). Perbedaan nilai kualitas air laut di antara provinsi-provinsi ini tidak terlalu signifikan.
Terciptanya ekosistem laut yang sehat, berawal dari kualitas air laut yang bersih. Air laut yang tercemar akan berdampak terhadap kualitas ekosistem dalam air yang turut memengaruhi kehidupan manusia. Bahkan, tidak jarang ditemukan ikan atau spesies laut lainnya yang mati karena menelan banyak sampah plastik.
Berdasarkan laporan dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2025, total timbulan sampah nasional mencapai 50,06 juta ton, dengan 40% di antaranya tidak terkelola dan sebagian besar mencemari laut. Setiap tahun, sekitar 16,02 juta ton sampah masuk ke perairan, menjadikan laut Indonesia semakin rentan terhadap kerusakan akibat pencemaran sampah.
Tidak hanya berdampak pada keseimbangan ekosistem laut, pengaruh air laut yang tercemar juga merambah ke ranah sosial ekonomi. Seperti yang terjadi di Bali, beberapa pantai yang menjadi destinasi wisata utama para pelancong kerap kali dipenuhi sampah kiriman saat musim hujan. Kondisi ini merugikan sektor pariwisata karena meningkatkan biaya operasional pembersihan.
Di sisi lain, para nelayan juga mengalami kerugian dengan berkurangnya hasil tangkapan yang akibat ikan yang menjauh dari habitat asal. Alat tangkap nelayan juga jadi rusak akibat tersangkut sampah di laut.
Upaya Pemerintah Wujudkan Laut Bebas Sampah
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuat program Laut Sehat Bebas Sampah (Laut Sebasah) sebagai upaya pengurangan sampah laut. Program ini akan dimulai pada tahun 2026 yang pada langkah awal akan dilakukan pengurangan sampah secara bertahap hingga tahun 2029.
Ke depannya, akan diberlakukan mekanisme insentif bagi wilayah yang berhasil mengurangi sampah dan disintensif bagi wilayah yang masih abai terhadap kebersihan laut. Skema ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat kompetitif yang tinggi antarwilayah untuk menciptakan lingkungan laut yang bebas sampah. Selain itu wilayah perairan seperti muara sungai, pesisir, pulau-pulau kecil dan pelabuhan juga turut diperhatikan karena menjadi pintu masuknya sampah ke laut.
Pemerintah juga akan memberikan penghargaan apresiasi kepada para penjaga laut. Penghargaan ini disebut Kerthigara yang berarti pemuliaan laut, simbol penghormatan ini akan disematkan bagi daerah, komunitas, maupun pihak swasta yang berhasil mewujudkan laut bebas sampah.
Baca Juga: Indeks Kualitas Air di Indonesia Berhasil Mencapai Nilai Tertinggi di Tahun 2022
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjUzMiMy/komponen-penyusun-indeks-kualitas-lingkungan-hidup-menurut-provinsi.html
https://greenlab.co.id/news/Pentingnya-Menjaga-Kesehatan-Ekosistem-Laut-dari-Pencemaran#:~:text=Mengapa%20Kesehatan%20Ekosistem%20Laut%20Sangat,spesies%20makhluk%20hidup%20di%20Bumi.
https://kkp.go.id/djpk/laut-sebasah-upaya-nyata-menyelamatkan-laut-indonesia-nR3R/detail.html
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor
