Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia didukung oleh sekian banyak perusahaan sawit. Di antara itu, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk berada di posisi puncak dengan penghasilan paling tinggi pada 2023.
Pada 2022/2023, produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah Indonesia mencapai 45.500.000 metrik ton. Jumlah ini melebihi separuh produksi CPO dunia yang berada di angka 77.215.000 metrik ton.
Sinar Mas Agro Resources and Technology menghasilkan produksi produk sawit berupa CPO dan kernel sebanyak 722 ribu ton pada 2023. Jumlah ini mengalami penurunan 1% jika dibandingkan dengan 2022. Akan tetapi, penghasilannya masih jadi yang tertinggi di antara para pesaingnya.
Meskipun masih menjadi yang tertinggi, Sinar Mas Agro Resources and Technology mengalami penurunan pendapatan jika dibandingkan dengan penghasilannya di tahun 2022. Tahun lalu, perusahaan ini mencapai penghasilan hingga Rp75 triliun. Tahun 2021 nilainya lebih kecil dibandingkan dua tahun berikutnya, yakni Rp57 triliun.
Penurunan juga terjadi di PT Astra Agro Lestari Tbk, bahkan penurunan terjadi setidaknya pada 2021 menuju 2022. Tahun lalu, penghasilan perusahaan ini hampir mencapai Rp22 triliun. Penghasilan 2021 pun lebih tinggi, yaitu mencapai Rp24,3 triliun.
Astra Agro Lestari mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada 2020 menuju 2021. Di masa pandemi 2020, perusahaan tersebut menghasilkan Rp18,8 triliun. Kemudian, jumlahnya meningkat hingga sekitar Rp6 triliun dalam waktu setahun.
Situasi serupa juga dialami PT Salim Ivomas Pratama, penurunan penghasilan terjadi setidaknya saat memasuki 2022. Pada 2021, penghasilan perusahaan ini mencapai Rp19,6 triliun. Nilainya kemudian menurun pada 2022, menjadi Rp17,7 triliun, hingga mencapai angka Rp16 triliun pada 2023.
Berbeda dengan yang dialami PT Citra Borneo Tbk, peningkatan perlahan justru dialaminya setidaknya sejak 2021. Pada 2021, penghasilan perusahaan ini baru mencapai Rp8,6 triliun. Angkanya terus meningkat menjadi Rp9,6 triliun pada 2022 dan menjadi Rp10,3 triliun pada 2023.
Sinar Mas Agro Resources and Technology menghasilkan 3,340 ribu ton produksi tandan buah segar dan 722 ribu ton produk sawit pada 2023.
Astra Agro Lestari justru menghasilkan lebih banyak, yaitu 4,535 ribu ton produksi tandan buah segar. Jika hanya memperhitungkan produksi CPO dan kernel saja, Astra Agro Lestari telah menghasilkan lebih dari 1,547 ribu ton produk.
Peningkatan produksi dialami Tunas Baru Lampung pada produksi tandan buah segar maupun CPO. Tunas Baru Lampung menghasilkan 298 ribu ton minyak sawit pada 2022, kemudian meningkat hingga 30% menjadi 316 ribu ton pada 2023.
Produksi tandan buah segar juga meningkat dari 512 ribu ton pada 2022 menjadi 622 ribu ton pada 2023.
Sawit Sumbermas Sarana memproduksi total tandan buah segar hingga 2,345 ribu ton pada 2023. Produk yang terjual dari produksi tersebut baru mencapai 43,755 ton.
Perusahaan tersebut juga memproduksi produk hulu, berupa minyak kelapa sawit, inti sawit, dan minyak inti sawit hingga 640,228 ton. Akan tetapi, produk yang terjual baru mencapai 50,382 ton.
Sementara itu, Triputra Agro Persada memproduksi tandan buah segar hingga 3,4 ribu ton dan menghasilkan CPO hingga 978 ribu ton. Hasil produksi tersebut bermula dari lahan seluas 160,5 ribu hektar.
Lahan kelapa sawit tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, sebagian besar banyak dijumpai di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Kepulauan Riau. Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, Provinsi Riau memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang paling luas pada 2023.
Baca juga: 10 Provinsi dengan Perkebunan Kelapa Sawit Terluas 2023
Dengan luas mencapai 3,49 juta hektar, Riau menempati posisi pertama. Posisi berikutnya diisi oleh Kalimantan Tengah dengan luas mencapai 2,04 juta hektar. Luas yang hampir menyamai perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah, dapat dijumpai di Sumatera Utara. Luas kebun kelapa sawit di wilayah ini mencapai 2,02 juta hektar.
Provinsi lain yang memiliki kebun kelapa sawit terluas adalah Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Jambi, Aceh, Sumatera Barat, dan Kalimantan Selatan.
Sumber Tani Agung Resources Tbk memiliki total perkebunan kelapa sawit seluas 39,604 hektar yang tersebar di beberapa wilayah. Paling luas ada di Sumatera Utara, yakni mencapai 17,107 hektar.
Perkebunan kelapa sawit lainnya terletak di Sumatera Selatan dengan luas 9,252 hektar, di Kalimantan Tengah dengan luas 7,504 hektar, dan di Kalimantan Barat dengan luas 5.741 hektar. Empat wilayah tersebut termasuk dalam wilayah yang paling luas kepemilikan lahan kelapa sawitnya.
Sementara itu, Mahkota Group memiliki total lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 967,74 hektar yang juga tersebar di beberapa wilayah. Perkebunan milik Mahkota Group berada di Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan. Dari luas perkebunan tersebut, luas area tanam pada akhir 2023 mencapai 427,88 hektar.
Sedikit berbeda, selain di titik strategis perkebunan kelapa sawit, Salim Ivomas Pratama juga memiliki lahan di Jawa dan Sulawesi. Perkebunan kelapa sawit inti perusahaan tersebut tersebar di Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa, dan Sulawesi dengan total 293,429 hektar.
Perkebunan kelapa sawit paling luas berada di Sumatera Selatan, yaitu mencapai 94,532 hektar. Selanjutnya, lahan paling luas berada di Kalimantan Timur, yaitu mencapai 61,640 hektar.
Disusul di Riau dengan luas 56,175 hektar, di Sumatera Utara dengan luas 36,903 hektar, di Kalimantan Barat dengan luas 24,675 hektar, Kalimantan Tengah dengan luas 10,841 hektar, di Sulawesi dengan luas 5,486 hektar, serta di Jawa dengan luas 3,177 hektar.
Pada 2021, Riau menyumbang sebanyak 18,67% produksi kelapa sawit nasional. Provinsi ini menghasilkan 8,63 juta ton kelapa sawit. Kondisi ini bukan lagi hal yang mengejutkan. Pasalnya, Riau telah mempertahankan posisi ini setidaknya dalam kurun waktu satu dekade.
Menyusul Riau, pada tahun tersebut Kalimantan Tengah memproduksi kelapa sawit hingga 8,6 juta ton. Berikutnya, posisi ketiga ditempati Kalimantan Barat dengan total produksi kelapa sawit mencapai 5,84 juta ton.
Baca juga: 10 Provinsi Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia 2021
Dengan kondisi-kondisi tersebut, wajar bila Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Seperti yang telah disebutkan di awal, proyeksi produksi minyak kelapa sawit dari Indonesia memenuhi setengah produksi dunia, yaitu sebanyak 45.500.000 ton.
Pada posisi kedua dan ketiga, ditempati oleh negara Asia Tenggara juga, yaitu Malaysia dan Thailand. Malaysia menghasilkan minyak kelapa sawit hingga 18,800,000 ton pada 2022/2023. Sementara itu, Thailand menghasilkan 3,260,000 ton minyak kelapa sawit.
Jumlah produksi minyak kelapa sawit oleh negara di peringkat empat dan selanjutnya sangat berjarak daripada perolehan Malaysia dan Indonesia.
Lebih lengkapnya dapat dibaca di: Negara Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Dunia
Negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar lainnya adalah Kolombia, Nigeria, Guatemala, Papua Nugini, Honduras, Pantai Gading, dan Brasil
Tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri, produksi minyak kelapa sawit Indonesia juga diekspor ke beberapa negara. Berdasarkan Statistik Perdagangan Luar Negeri 2023, jumlah ekspor paling banyak ditujukan kepada India, yaitu mencapai 5,4 juta ton.
Jumlah besar lainnya diekspor ke China sebanyak 4,8 juta ton, ke Amerika Serikat sebanyak 1,9 juta ton, dan ke Pakistan sebanyak 2,5 juta ton. Total ekspor minyak kelapa sawit pada 2023 mencapai 27,5 juta ton. Jumlah ekspor tersebut juga meningkat jika dibandingkan dengan 2022, yang mencapai 26,2 juta ton.
Secara keseluruhan, ekspor komoditi migas dan nonmigas Indonesia ke sejumlah negara Asia lainnya mengalami penurunan. Ekspor migas ke China mencapai nilai US$338,4 Juta, namun telah mengalami penurunan 5,32%. Sementara itu, ekspor nonmigas juga mengalami penurunan 0,35%.
Situasi berbeda terjadi pada kegiatan ekspor migas ke Singapura yang meningkat hingga 72,15% dengan nilai mencapai US$498,2 Juta. Akan tetapi, sektor nonmigas juga mengalami penurunan hingga 25,04%.
Penurunan nilai ekspor migas ke Malaysia juga mengalami penurunan 1,03%, juga sektor nonmigas turun hingga 22,21%. Penurunan lebih signifikan pada nilai ekspor migas ke Jepang yang turun hingga 56,31%. Sementara itu, ekspor nonmigas juga turun hingga 22,49%.
Dengan produksi yang terus digenjot dari tahun ke tahun, aspek lingkungan juga semakin menjadi perhatian. Untuk memberikan keberlangsungan, pemberdayaan lingkungan sekitar area produksi perlu dilestarikan. Hal ini juga yang harus menjadi tanggung jawab pengelola perkebunan kelapa sawit.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor