Tak dapat dipungkiri kini mayoritas penduduk Indonesia berasal dari generasi Z dan milenial. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) melalui hasil Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat bahwa proporsi penduduk generasi Z di Indonesia mencapai 27,94 persen dan milenial sebesar 25,87 persen, terbanyak di antara kalangan generasi lainnya.
Otomatis, generasi Z serta milenial turut mendominasi penduduk usia kerja di Indonesia saat ini. Besarnya jumlah pekerja dari kedua generasi ini tentunya akan berdampak signifikan dalam menentukan arah pertumbuhan bisnis dan dunia kerja Indonesia ke depannya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Deloitte bertajuk “The Deloitte Global 2022 Gen Z and Millennial Survey” mengungkapkan pandangan-pandangan generasi Z serta milenial tentang dunia kerja dan sekitarnya. Survei ini juga mengungkapkan pola serta preferensi generasi Z serta milenial dalam bekerja.
Paling khawatir masalah finansial
Berbeda generasi, tentu memiliki perbedaan preferensi termasuk dalam hal pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa mayoritas generasi Z dan milenial paling khawatir akan masalah finansial. Mereka khawatir, apakah mereka mampu memenuhi biaya hidup hingga tua nanti?
Sebesar 46 persen generasi Z dan 47 persen generasi milenial khawatir pendapatan yang mereka peroleh tidak mampu menutupi seluruh biaya pengeluaran. Mereka juga tidak percaya diri akan mampu menikmati masa pensiun dengan kondisi finansial yang mumpuni. Persentasenya sebesar 26 persen pada generasi Z dan 31 persen pada generasi milenial.
Sementara itu, sebesar 30 persen generasi Z dan 29 persen generasi milenial tidak merasakan kondisi finansial mereka aman.
Di sisi lain, sebesar 72 persen generasi Z dan 77 persen generasi milenial setuju bahwa kesenjangan antara penduduk yang kaya dan miskin di negara masing-masing semakin melebar. Kondisi ini mendukung segala kekhawatiran kedua generasi tersebut akan masalah finansial.
Utamakan work life balance dibandingkan gaji tinggi
Meskipun paling khawatir dengan masalah finansial, namun mayoritas generasi Z dan milenial justru tidak mengutamakan gaji tinggi dalam bekerja. Adapun sebesar 32 persen generasi Z dan 39 persen generasi milenial paling mengutamakan keseimbangan kerja atau yang sering disebut dengan istilah work life balance. Hal inilah yang dirasa paling membuat mereka betah untuk bekerja di tempat kerja saat ini.
Alasan utama berikutnya para generasi Z dan milenial tetap bertahan di tempat kerja mereka sekarang ialah karena diberikan kesempatan belajar. Adapun persentasenya pada generasi Z dan milenial sama-sama sebesar 29 persen.
Sementara itu, gaji tinggi menempati posisi ke-3 dengan raihan sebesar 24 persen pada generasi Z dan 27 persen pada generasi milenial. Hal ini menunjukkan bahwa gaji tinggi bukan mejadi prioritas paling tinggi bagi sebagian besar responden untuk tetap bertahan di tempat kerja saat ini.
Adapun beberapa alasan lainnya yang mendorong generasi Z dan milenial untuk tetap bekerja di tempat kerja saat ini di antaranya ialah budaya kerja yang positif, kesempatan untuk mengembangkan karir, menemukan makna bekerja, serta sistem kerja yang fleksibel.
Mayoritas lebih suka sistem kerja hybrid
Kehadiran pandemi Covid-19 mengakselerasi budaya kerja jarak jauh atau remote working. Setelah penerapan remote working dalam kurun waktu yang cukup lama, banyak di antaranya yang tidak ingin kembali bekerja di kantor setidaknya tidak secara full time.
Mayoritas responden yakni sebesar 63 persen pada generasi Z dan 62 persen pada generasi milenial cenderung memilih sistem kerja hybrid. Tentunya hal tersebut dipilih bukan tanpa alasan, terdapat sejumlah keuntungan yang diperoleh oleh para pekerja dengan sistem kerja hybrid.
Keuntungan yang bisa didapatkan dari sistem kerja hybrid di antaranya ialah dapat menyisihkan waktu untuk melakukan hal lain, membantu menghemat pengeluaran, memungkinkan untuk lebih sering bertemu keluarga, membuat pekerjaan lebih mudah diselesaikan, serta memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental.
Generasi Z dan milenial cenderung menginginkan fleksibilitas terkait sistem dan waktu kerja. Adapun para pekerja generasi Z dan milenial menilai bahwa penerapan sistem kerja fleksibel merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan keseimbangan kerja atau work life balance.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya