Work Life Balance atau Gaji Tinggi, Mana yang Lebih Penting?

Lapangan pekerjaan yang saat ini didominasi oleh gen Z dan milenial membawa sejumlah pola dan preferensi baru dalam menentukan budaya kerja secara global.

Work Life Balance atau Gaji Tinggi, Mana yang Lebih Penting? Ilustrasi gen Z dan milenial sedang bekerja secara hybrid | WHYFRAME/Shutterstock

Tak dapat dipungkiri kini mayoritas penduduk Indonesia berasal dari generasi Z dan milenial. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) melalui hasil Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat bahwa proporsi penduduk generasi Z di Indonesia mencapai 27,94 persen dan milenial sebesar 25,87 persen, terbanyak di antara kalangan generasi lainnya.

Otomatis, generasi Z serta milenial turut mendominasi penduduk usia kerja di Indonesia saat ini. Besarnya jumlah pekerja dari kedua generasi ini tentunya akan berdampak signifikan dalam menentukan arah pertumbuhan bisnis dan dunia kerja Indonesia ke depannya.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Deloitte bertajuk “The Deloitte Global 2022 Gen Z and Millennial Survey” mengungkapkan pandangan-pandangan generasi Z serta milenial tentang dunia kerja dan sekitarnya. Survei ini juga mengungkapkan pola serta preferensi generasi Z serta milenial dalam bekerja.

Paling khawatir masalah finansial

Berbeda generasi, tentu memiliki perbedaan preferensi termasuk dalam hal pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa mayoritas generasi Z dan milenial paling khawatir akan masalah finansial. Mereka khawatir, apakah mereka mampu memenuhi biaya hidup hingga tua nanti?

Kekhawatiran finansial yang saat ini dirasakan oleh generasi Z dan milenial | GoodStats

Sebesar 46 persen generasi Z dan 47 persen generasi milenial khawatir pendapatan yang mereka peroleh tidak mampu menutupi seluruh biaya pengeluaran. Mereka juga tidak percaya diri akan mampu menikmati masa pensiun dengan kondisi finansial yang mumpuni. Persentasenya sebesar 26 persen pada generasi Z dan 31 persen pada generasi milenial.

Sementara itu, sebesar 30 persen generasi Z dan 29 persen generasi milenial tidak merasakan kondisi finansial mereka aman.

Di sisi lain, sebesar 72 persen generasi Z dan 77 persen generasi milenial setuju bahwa kesenjangan antara penduduk yang kaya dan miskin di negara masing-masing semakin melebar. Kondisi ini mendukung segala kekhawatiran kedua generasi tersebut akan masalah finansial.

Utamakan work life balance dibandingkan gaji tinggi

Meskipun paling khawatir dengan masalah finansial, namun mayoritas generasi Z dan milenial justru tidak mengutamakan gaji tinggi dalam bekerja. Adapun sebesar 32 persen generasi Z dan 39 persen generasi milenial paling mengutamakan keseimbangan kerja atau yang sering disebut dengan istilah work life balance. Hal inilah yang dirasa paling membuat mereka betah untuk bekerja di tempat kerja saat ini.

Hal yang diinginkan generasi Z dan milenial dalam bekerja tahun 2022 | GoodStats

Alasan utama berikutnya para generasi Z dan milenial tetap bertahan di tempat kerja mereka sekarang ialah karena diberikan kesempatan belajar. Adapun persentasenya pada generasi Z dan milenial sama-sama sebesar 29 persen.

Sementara itu, gaji tinggi menempati posisi ke-3 dengan raihan sebesar 24 persen pada generasi Z dan 27 persen pada generasi milenial. Hal ini menunjukkan bahwa gaji tinggi bukan mejadi prioritas paling tinggi bagi sebagian besar responden untuk tetap bertahan di tempat kerja saat ini.

Adapun beberapa alasan lainnya yang mendorong generasi Z dan milenial untuk tetap bekerja di tempat kerja saat ini di antaranya ialah budaya kerja yang positif, kesempatan untuk mengembangkan karir, menemukan makna bekerja, serta sistem kerja yang fleksibel.

Mayoritas lebih suka sistem kerja hybrid

Kehadiran pandemi Covid-19 mengakselerasi budaya kerja jarak jauh atau remote working. Setelah penerapan remote working dalam kurun waktu yang cukup lama, banyak di antaranya yang tidak ingin kembali bekerja di kantor setidaknya tidak secara full time.

Preferensi sistem kerja generasi Z dan milenial tahun 2022 | GoodStats

Mayoritas responden yakni sebesar 63 persen pada generasi Z dan 62 persen pada generasi milenial cenderung memilih sistem kerja hybrid. Tentunya hal tersebut dipilih bukan tanpa alasan, terdapat sejumlah keuntungan yang diperoleh oleh para pekerja dengan sistem kerja hybrid.

Keuntungan yang bisa didapatkan dari sistem kerja hybrid di antaranya ialah dapat menyisihkan waktu untuk melakukan hal lain, membantu menghemat pengeluaran, memungkinkan untuk lebih sering bertemu keluarga, membuat pekerjaan lebih mudah diselesaikan, serta memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental.

Generasi Z dan milenial cenderung menginginkan fleksibilitas terkait sistem dan waktu kerja. Adapun para pekerja generasi Z dan milenial menilai bahwa penerapan sistem kerja fleksibel merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan keseimbangan kerja atau work life balance.

Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook