Dalam beberapa tahun terakhir, isu bonus demografi menjadi topik diskusi yang hangat di Indonesia. Bonus demografi Indonesia diprediksi mencapai puncaknya antara 2020 dan 2035. Selama periode ini, proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih banyak dari kelompok usia lain dan berpeluang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk melihat kemampuan suatu negara mencapai bonus demografi, banyak hal yang perlu diperhitungkan, seperti sistem pendidikan, kesehatan, hingga kebijakan. Selain itu, hal krusial yang sering luput yakni perbandingan angka kelahiran antar negara.
Dengan memperhatikan perbedaan tren, kita dapat lebih memahami negara mana yang memiliki peluang serupa ataupun yang berkebalikan.
Mengetahui negara-negara yang memiliki tingkat kelahiran rendah menjadi penting karena bisa menjadi alternatif bagi tenaga kerja Indonesia untuk mencari pekerjaan di masa depan. Ini merupakan langkah preventif untuk mengelola bonus demografi dengan efektif dan menghindari risiko bencana demografi akibat tingginya tingkat pengangguran.
Peta di atas menggambarkan sebaran angka estimasi kelahiran anak dari tiap perempuan di seluruh dunia tahun 2024. Terlihat bahwa tren kelahiran tertinggi banyak terjadi di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Secara peringkat dunia, Nigeria menjadi negara dengan tingkat kelahiran tertinggi dengan estimasi sejumlah 6,64 anak lahir dari satu perempuan. Angka tersebut hampir tiga kali lipat rata-rata dunia yang hanya di angka 2,36.
Di sisi lain, negara-negara Eropa memiliki tingkat kelahiran yang cenderung lebih rendah. Tingkat kelahiran tertinggi di kontinen Eropa adalah di Kepulauan Faroe sebesar 2,27, masih di bawah rata-rata dunia. Sementara yang terendah adalah di Ukraina dengan estimasi sejumlah 1,22. Artinya di Eropa, hanya sekitar 1-2 anak lahir dari tiap perempuannya.
Berbeda dengan Afrika dan Eropa, kontinen Asia memperlihatkan tren yang sangat beragam. Beberapa negara Asia seperti Afganistan, Timor-Leste, dan Papua Nugini memiliki estimasi 3 hingga 4 serta memiliki peringkat yang tinggi di dunia. Sementara Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura berturut-turut menjadi yang terendah di dunia dengan estimasi di bawah 1,2.
Variasi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan antara negara-negara di Asia yang dapat dipengaruhi oleh perbedaan ekonomi, sosial, kebijakan, bahkan tingkat religiusitas.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri berada di peringkat 110 dengan estimasi 1,96 anak lahir dari tiap perempuan. Angka ini berada di atas rata-rata dunia namun juga tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Berikut merupakan grafik perbandingan negara-negara ASEAN dengan Indonesia.
Terlihat bahwa Indonesia berada tepat di tengah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini menggambarkan posisi unik Indonesia dalam konteks regional.
Kembali ke masalah demografi dan pengangguran, lapangan kerja di negara-negara Eropa dapat menjadi alternatif jika tenaga kerja Indonesia kesulitan mencari kerja di negara sendiri. Sementara di wilayah ASEAN, negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Thailand, dan Singapura dapat pula menjadi pilihan.
Tetapi perlu diingat bahwa hal itu hanya alternatif semata. Pilihan paling bijak untuk menghindari membludaknya pengangguran dan masalah demografi adalah dengan membuka sendiri lapangan pekerjaan sebesar-besarnya disertai kebijakan yang matang agar penduduk produktif Indonesia serta potensinya tidak pergi dari negerinya.
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor