Berbicara mengenai polusi udara, Indonesia memang bukan menjadi negara yang terbaik dalam pengelolaan kualitas udaranya. Sebab menurut catatan lembaga teknologi kualitas udara asal Swiss IQAir, Indonesia berada di urutan ke-26 sebagai negara paling berpolusi udara di dunia.
Perhitungan yang IQAir lakukan adalah berdasarkan rerata tahunan tingkat konsentrasi PM2.5 (μg/m³). Yang mana, standar WHO saat ini untuk konsentrasi PM2.5 tersebut adalah 0-5 μg/m³.
Chad menjadi negara dengan tingkat konsentrasi PM2.5 tertinggi di dunia, setidaknya dalam dua tahun terakhir. Iraq menyusul di posisi dua dan Pakistan berada di posisi tiga.
Indonesia sendiri berada di posisi 26 sekaligus menjadi negara yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara. IQAir turut mencatat tingkat konsentrasi PM2.5 Indonesia dalam lima tahun terakhir.
Kabar menggembirakannya, tren indeks polusi udara Indonesia dalam empat tahun terakhir menunjukkan perbaikan yang positif. Pada 2018, rerata tahunan konsentrasi PM2.5 Indonesia berada pada angka 42 dan memburuk ke 51,7 pada 2019.
Pada 2020, angkanya menurun drastis ke 40,7 dan semakin menurun ke angka 34,3 pada tahun selanjutnya. Terakhir, pada 2022 angkanya kembali menurun ke 30,4 atau lebih baik dari China yang berada pada angka 30,6.
IQAir juga turut mencatat rerata konsentrasi PM2.5 daerah di Indonesia. Pada 2022 lalu, kawasan Pasikemis, Tangerang menjadi daerah dengan rerata konsentrasi PM2.5 tertinggi di Indonesia yakni 49,6.
Daerah Cileungsir, Ciamis berada di posisi kedua dengan angka 36,6 dan Jakarta di posisi ketiga dengan angka 36,2. Dua daerah lain yang masuk ke posisi lima besar antara lain Bekasi dengan angka 35,4 dan Surabaya dengan angka 34,4. Sementara itu, daerah Kuta, Bali dinilai menjadi kawasan dengan udara paling bersih di Indonesia.
IQAir merupakan lembaga teknologi kualitas udara yang telah bermitra dengan beberapa organisasi dunia yang memiliki misi yang sama untuk perbaikan kualitas udara. Beberapa di antaranya adalah Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UN-Habitat, hingga Greenpeace.
Penulis: Raihan Hasya
Editor: Iip M Aditiya