Kecil-kecil cabai rawit, slogan yang ramah kita dengar ini menggambarkan bahwa cabai rawit yang kecil mampu memunculkan dampak besar ke sekitar. Keberadaannya yang kecil namun begitu kuat menjadikannya bahan yang selalu dicari di dapur Indonesia.
Namun, apakah Anda tahu bahwa ada cabai-cabai di dunia ini yang jauh lebih pedas daripada cabai rawit? Berikut penjelasannya.
Grafik di atas memperlihatkan perbandingan 8 cabai terpedas (menurut PepperHead) dan cabai rawit Indonesia dengan Skala Scoville. Skala Scoville sendiri adalah skala pengukuran kepedasan kapsaisin atau cabai. Satuan pengukurannya menggunakan Scoville Heat Units (SHU).
Melalui Skala Scoville, diketahui bahwa Pepper X menjadi cabai terpedas di dunia yang jauh lebih tinggi tingkat kepedasannya daripada kebanyakan cabai. Terlepas dari gelar yang didapat menjadi cabai terpedas, benih cabai ini belum tersedia untuk umum. Oleh karena itu, ini disayangkan oleh penggemar makanan pedas yang belum berkesempatan mencobanya.
Di peringkat kedua adalah Carolina Reaper, dikembangkan di Amerika Serikat oleh Ed Currie dari PuckerButt Pepper Company, cabai ini berhasil mendapatkan gelar cabai terpedas selama 10 tahun berturut-turut oleh Guinness World Records sebelum digeser oleh Pepper X.
Selanjutnya Ghost Pepper, cabai yang berasal dari India ini merupakan salah satu cabai terpedas sebelum era Carolina Reaper. Dengan tingkat kepedasan lebih dari 1 juta unit Scoville, cabai ini umum digunakan pada banyak masakan India hingga berbagai saus pedas dunia.
Masing-masing cabai lainnya juga memiliki karakteristik unik dengan tingkat kepedasan yang mencengangkan. Jenis cabai terpedas sering digunakan dalam tantangan makanan pedas serta menjadi pilihan bagi orang-orang yang mencari pengalaman rasa pedas yang ekstrem.
Meskipun kepedasan cabai rawit masih jauh di bawah tingkat cabai-cabai dalam daftar top 8 di atas, tetapi rasa pedasnya sudah terkenal tinggi di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, jenis cabai ini juga menjadi salah satu bumbu penting di berbagai masakan Asia Tenggara, seperti Thailand, dan Filipina.
Lebih lanjut, apa yang membuat cabai-cabai tersebut begitu populer dan menjadi bahan utama dalam berbagai masakan di seluruh dunia? Alasan utamanya adalah kandungan kapsaisin dalam cabai yang dapat mengurangi rasa sakit hingga sering kali menciptakan sensasi "nagih". Kapsaisin diketahui dapat meningkatkan metabolisme, meredakan nyeri, dan memiliki sifat anti-inflamasi.
Terlepas dari popularitas dan manfaatnya, hidangan yang mengandung banyak kapsaisin tidak selalu bisa dinikmati oleh semua orang. Mengonsumsi makanan yang pedas juga berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan, seperti iritasi lambung, refluks asam, diare, dan masalah pencernaan lainnya. Oleh karena itu, mengonsumsi cabai tetap tidak boleh berlebihan guna menghindari risiko penyakit yang mungkin timbul.
Baca Juga: Jago Pedas, Rata-Rata Masyarakat RI Konsumsi 4 Kilogram Cabai Pertahunnya
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor