Menurut Laporan Kinerja 2024 dari Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, target kekuatan TNI masih belum tercapai. Target ini diukur dalam bentuk Minimum Essential Force (MEF) yang menilai kekuatan pokok minimal TNI agar mampu menjalankan tugas pokoknya dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
MEF bertujuan untuk membangun komponen utama TNI hingga mencapai kekuatan pokok minimum agar bisa menjalankan fungsinya sebagai postur pertahanan yang ideal. Indikator ini dinilai dari empat variabel, yakni alat utama sistem persenjataan (alutsista), pemeliharaan dan perawatan alutsista, sarana dan prasarana pertahanan, serta profesionalisme dan kesejahteraan prajurit.
Pada 2024 lalu, TNI baru memenuhi 64,87% dari target standar minimum sebesar 100%. Sejak 2020, TNI belum berhasil memenuhi target MEF.
Pada 2020, MEF TNI baru di angka 62,3%, jauh di bawah target 72%. Tahun berikutnya, target dinaikkan, namun realisasi MEF cenderung stagnan.
Memasuki 2022, target minimal kekuatan pokok TNI kembali naik menjadi 86%, namun realisasinya hanya naik tipis menjadi 63,48%. Pada 2023, target naik menjadi 93%, sedangkan realisasi baru 65,45%.
Terbaru pada 2024, realisasi kekuatan pokok minimal baru mencapai 64,87% dari target 100%.
Menurut Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, keterbatasan anggaran pertahanan jadi hambatan utama bagi TNI dalam mencapai target tersebut. Menurutnya, walau belanja militer sudah meningkat, porsi untuk modernisasi alutsista masih belum ideal. Padahal, program MEF ini seharusnya rampung pada 2024.
"Keterlambatan dalam pengadaan alutsista penting seperti pesawat tempur atau kapal selam terjadi karena alokasi anggaran yang tidak mencukupi," tuturnya pada Senin (30/9/2024), mengutip SinPo.
Selain itu, ada pula tantangan dalam memastikan tidak adanya kesenjangan antara angkatan darat, laut, dan udara. Hingga saat ini masih banyak kesenjangan koordinasi dan komunikasi terutama ketika menjalankan operasi gabungan.
"TNI harus meningkatkan sinergi di tingkat taktis dan strategis untuk memastikan efektivitas dalam menghadapi ancaman multi-domain, termasuk operasi lintas udara, laut, dan darat," ujarnya.
Selain itu, ia berharap bisa mengurangi ketergantungan pada alutsista impor dengan terus memperkuat industri pertahanan dalam negeri.
"Pengembangan industri pertahanan domestik perlu lebih diakselerasi, dengan fokus pada inovasi teknologi yang relevan dan kompatibel dengan kebutuhan TNI," tegas Fahmi.
Terakhir, Fahmi menyarankan perbaikan mekanisme kepatuhan hukum TNI, dengan memastikan setiap prajurit beroperasi sesuai standar yang berlaku.
"Dengan meningkatkan integritas, profesionalisme, dan penegakan disiplin, TNI akan mampu menjaga kepercayaan publik dan reputasi yang kuat sebagai institusi pertahanan yang berwibawa," tutupnya.
Baca Juga: 11 Purnawirawan TNI Terima Kenaikan Pangkat Istimewa dari Presiden Prabowo
Sumber:
https://polkam.go.id/konten/unggahan/2025/06/LAKIP-MENKO-2024-CAP-TTD.pdf
https://sinpo.id/detail/81764/meski-belum-100-persen-tni-dinilai-berhasil-implementasikan-mef
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor