Kesehatan menjadi salah satu indikator pembangunan berkelanjutan dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Guna mewujudkan negara yang kuat, dibutuhkan sistem layanan kesehatan yang produktif, yang memahami dan responsif dalam membantu mengatasi permasalahan kesehatan warganya.
Sistem tersebut memiliki cakupan yang luas, tidak hanya terbatas pada ketersediaan infrastruktur, tetapi juga tenaga kesehatan yang cakap, pemeliharaan infrastruktur yang konsisten, penyediaan obat dan teknologi yang mendukung, pendanaan yang cukup, dan peraturan pemerintah yang tepat sasaran.
Setiap negara memiliki pendekatan sistem kesehatan yang berbeda, disesuaikan kondisi demografi dan ekonominya. Dukungan infrastruktur kesehatan yang sesuai, bantuan pemerintah untuk pengembangan SDM di bidang kesehatan, dan integrasi dengan teknologi digital dapat mewujudkan sistem yang efektif dan efisien.
Berdasarkan data dari CEOWorld tahun 2024, Taiwan menempati nomor pertama sebagai negara yang memiliki sistem layanan kesehatan terbaik, memperoleh indeks rata-rata 78,7.
Perdana Menteri Taiwan, Chen Chien-Jen menyampaikan bahwa peringkat tinggi yang didapatkan Taiwan adalah berkat sistem National Health Insurance (NHI) dan kualitas perawatan medis yang memenuhi standar WHO. Selain itu, ia pun mengatakan bahwa merawat spiritualitas pasien juga menjadi aspek yang penting.
Setelah Taiwan, Korea Selatan mengikuti dengan indeks 77,7. Negara berikutnya, yang memiliki sistem layanan kesehatan terbaik ketiga di dunia adalah Australia dengan indeks 74,1.
Posisi keempat diisi oleh Kanada yang mengantongi indeks 71,3. Swedia menyusul dengan indeks 70,7. Selanjutnya ada Irlandia yang memperoleh indeks rata-rata 68. Belanda menutup daftar 7 besar dengan indeks sebesar 65,38.
Indonesia sendiri, termasuk dalam 50 besar negara dengan sistem layanan kesehatan terbaik, berada di urutan 39 dengan indeks rata-rata 43.
Indeks di atas merupakan indeks rata-rata dari hasil survei 110 negara dengan komposisi penilaian infrastruktur dan kompetensi tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya), ketersediaan dan harga obat-obatan, serta kesiapan pemerintah dalam pengelolaan sektor kesehatan.
Indeks yang dihasilkan ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran dinamika dan kompleksitas dari sistem kesehatan yang hadir bersama tantangan atau hambatan mendasar, seperti ketimpangan akses fasilitas dan jumlah SDM kesehatan antar wilayah, malpraktik, dan anggaran kesehatan yang disalahgunakan.
Penanganan pada tantangan yang mendasar harus segera diatasi untuk memberikan layanan kesehatan yang bermutu, adil, serta berkelanjutan.
Di sisi lain, faktor sosial ekonomi (kemiskinan), rendahnya tingkat kesadaran untuk berobat pada profesional, dan keterbatasan transportasi untuk menjangkau fasilitas kesehatan terdekat turut menjadi isu yang perlu diperhatikan.
Keberhasilan menghadapi tantangan tidak hanya bergantung pada sektor kesehatan, tetapi komitmen politik, inovasi yang selaras kebutuhan masyarakat, dan kolaborasi lintas sektor terutama ekonomi dan pendidikan.
Kolaborasi sektor ekonomi menjadi penting untuk menopang kebutuhan fasilitas kesehatan dan masyarakat yang kekurangan biaya untuk mendapatkan pelayanan. Sementara sektor pendidikan dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan akan pentingnya menjadi manusia yang sehat.
Baca Juga: Indikator Kesehatan Membaik, Umur Harapan Hidup Indonesia Naik pada 2024
Penulis: Nabilla Nurtsaniya
Editor: Editor
