Lebih dari 50% Warga AS Menolak Pencalonan Biden dan Trump, Mengapa?

Sekitar 53% warga AS ingin posisi kandidat Presiden AS tidak lagi diisi oleh Biden atau Trump, mengapa?

Lebih dari 50% Warga AS Menolak Pencalonan Biden dan Trump, Mengapa? Ilustrasi Trump dan Biden | Politico

Memanasnya panggung politik tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat (AS). Pada November 2024 mendatang, AS akan menggelar Pemilihan Presiden yang ke-60. Terdapat dua kandidat kuat yang saat ini mengisi calon presiden, yakni Joe Biden dan Donald Trump. Namun, kontroversi keduanya menimbulkan banyak persepsi di tengah masyarakat.

Track Record Biden dan Trump Sejak Pemilu AS 2020

Tidak ada yang berbeda dari Pemilihan Umum (Pemilu) 2020 dalam hal pencalonan kandidat. Hal itulah yang membuat rakyat AS dilema lantaran pemilu kali ini seolah membuka kembali luka lama. Mengutip Medcom, Pemilu 2020 sempat memecah belah rakyat AS lantaran kemenangan Biden yang tidak diterima oleh sebagian warga.

Saat itu, terjadi kerusuhan di gedung Capitol Hill atau Gedung Kongres AS yang dilakukan oleh Trump dan para pendukungnya, hingga menyebabkan empat orang tewas. Mengutip BBC, seorang Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Bina Nusantara Tirta Mursitama, menilai bahwa tragedi tersebut merupakan kemunduran bagi demokrasi Amerika.

Tragedi tersebut dianggap sebagai salah satu sejarah kelam pemilu AS, karena menghasilkan perpecahan suara di kalangan masyarakat. Pada akhirnya, naiknya Biden sebagai Presiden AS mulai diterima oleh masyarakat, meski Biden tidak lepas dari tugas besarnya untuk kembali memulihkan kondisi Amerika Serikat saat itu.

Setelah empat tahun menjabat, nyatanya Biden masih belum berhasil meraih skor sempurna di mata masyarakat. Sejak April 2023 lalu, popularitas Biden semakin merosot. Mengutip VOA Indonesia, responden di 14 dari 21 negara dunia memberi Biden nilai lebih rendah pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Warga AS Bingung, Pilih Biden atau Trump?

Berdasarkan penjelasan di atas, para pemilih di AS melihat pesta demokrasi saat ini tidak lagi memberikan euforia, tetapi malah menumbuhkan kekhawatiran. Sebagian besar publik justru merasa dilema dalam memilih antara kedua tokoh tersebut.

Pilihan publik AS terpecah belah antara Trump dan Biden.
Pilihan publik AS terpecah belah antara Trump dan Biden | GoodStats
  1. Dukungan Terhadap Joe Biden

Pada bulan April, sebanyak 16% pemilih menyatakan dukungan mereka terhadap Joe Biden. Namun, pada bulan Juli, angka ini malah turun menjadi 11%. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan terhadap kinerja Biden selama masa jabatannya dan meningkatnya daya tarik calon alternatif.

  1. Dukungan Terhadap Donald Trump

Donald Trump juga mengalami penurunan jumlah dukungan, meskipun tidak sebesar Biden. Pada bulan April, 18% pemilih mendukung Trump, sementara pada bulan Juli angka ini sedikit turun menjadi 17%. Penurunan yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa basis pendukung Trump masih lebih stabil ketimbang dengan Biden.

  1. Mempertahankan Kedua Kandidat

Menariknya, persentase pemilih yang ingin mempertahankan kedua kandidat ini meningkat dari 15% pada bulan April menjadi 19% pada bulan Juli. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada ketidakpuasan terhadap kedua kandidat, ada juga keengganan untuk sepenuhnya menggantikan mereka.

  1. Mengganti Kedua Kandidat

Sementara itu, jumlah pemilih yang ingin mengganti kedua kandidat ini menunjukkan tren peningkatan yang positif. Pada bulan April, 49% pemilih ingin mengganti kedua kandidat, sementara pada bulan Juli, angka ini naik menjadi 53%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pemilih mungkin mencari perubahan yang lebih signifikan dalam kepemimpinan politik AS.

Baca Juga: Skor Indeks Rawan Pilkada Jakarta Paling Tinggi: Bawaslu dan KPU Siap Siaga

Mayoritas Warga AS Mengharapkan Perubahan

Dari data di atas, terlihat jelas bahwa ada ketidakpuasan yang cukup signifikan terhadap kedua kandidat yang kini bersaing. Meskipun ada sebagian pemilih yang tetap setia pada masing-masing kandidat, mayoritas pemilih cenderung menginginkan perubahan dengan mengganti kedua kandidat ini.

Pemilihan Presiden AS adalah cerminan dari dinamika demokrasi yang kompleks. Data preferensi pemilih menunjukkan bahwa ada keinginan yang kuat untuk perubahan, yang berpotensi membentuk hasil baru dalam pemilihan mendatang. Bagi para kandidat, mendengarkan dan merespon keinginan rakyat akan menjadi kunci untuk meraih kemenangan.

Penulis: Zakiah machfir
Editor: Editor

Konten Terkait

Meski Diterpa Ransomware, Indonesia Masuk Negara Paling Siap Hadapi Ancaman Siber

Walau serangan siber PDN ungkap kelemahan keamanan digital Indonesia, Indonesia tergolong salah satu negara paling siap hadapi ancaman Siber di Asia Tenggara.

Ada Sensor Konten Palestina di Facebook dan Instagram?

Meta, perusahaan yang mengelola Instagram dan Facebook, ditemukan oleh Human Rights Watch (HRW) melakukan penyensoran terstruktur terhadap konten Palestina.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook