Setengah Abad Bluebird Mengaspal di Jalanan Indonesia

Perjalanan Bluebird alami perkembangan dan bertemu tantangan

Setengah Abad Bluebird Mengaspal di Jalanan Indonesia Potret armada taksi reguler Bluebird | Javaistan/Shutterstock

PT Blue Bird tbk, perusahaan penyedia jasa transportasi taksi yang tersedia di 18 kota di Indonesia ini sudah sangat familiar didengar oleh masyarakat. Bagaimana tidak, tahun ini terhitung usia perusahaan taksi tersebut menginjak 51 tahun pada 1 Mei lalu.

Perusahaan yang didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono ini bermula dari taksi gelap bermodalkan 2 armada saja yang dipesan melalui telepon. Penyedia jasa transportasi taksi ini kemudian berkembang dari waktu ke waktu dengan capaian progresif. 

Pada tahun 1972, Blue Bird resmi menjadi taxi berbadan hukum dengan 25 armada kendaraan. Berselang 6 tahun kemudian, jumlah armada yang dimiliki mengalami peningkatan hingga 500 unit dan naik kembali pada tahun 1985 menjadi 2000 unit armada. 

Selain penambahan jumlah armada, pada tahun 1991, mereka meluncurkan layanan kendaraan premium bernama Silver Bird. Tak hanya itu, pada tahun 2001 lalu Blue Bird juga berhasil mendapatkan status berbadan hukum perseroan terbatas.

Tahun 2012 Blue Bird akhirnya melakukan restrukturisasi perusahaan dengan membentuk 15 anak usaha yang bertujuan untuk melakukan kegiatan bisnis secara langsung. Hanya berjarak 2 tahun sejak restrukturisasi, Blue Bird kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia serta memulai konversi BBM ke BBG pada 2014.

Seiring dengan perkembangan penggunaan teknologi dalam layanan transportasi, Blue Bird luncurkan aplikasi bernama My Blue Bird untuk menambah opsi pemesanan layanan taksi reguler.

Usaha Blue Bird untuk mengikuti perkembangan teknologi tak berhenti disitu saja, pada 2017 perusahaan ini menjalankan kolaborasi dengan aplikasi GO-JEK (Gojek), dengan meluncurkan fitur GoBlueBird guna menarik pelanggan melalui jasa yang tersedia pada aplikasi Gojek. Setahun kemudian, Blue Bird juga menggandeng kerja sama dengan Traveloka untuk penyedia angkutan komuter dengan tujuan Bandar Udara Soekarno-Hatta.

Setelah 46 tahun berdiri dengan nama Blue Bird, akhirnya pada 2018 perusahaan taksi ini melakukan pergantian nama menjadi Bluebird dengan beberapa penggantian arah logo.

Tiga tahun berselang setelah peluncuran kolaborasi GoBlueBird, Gojek ternyata secara resmi membeli 4,3% saham perusahaan Bluebird yang sebelumnya dipegang oleh PT Pusaka Citra Djokosoetono senilai Rp411 miliar.

Jumlah armada Bluebird

Meski kantongi torehan progresif, ternyata dalam rentang waktu 2017-2021, Bluebird mengalami pengurangan jumlah armada. Pada 2017, jumlah keseluruhan armada Bluebird ini mencapai 29.001 unit, namun pada 2021 totalnya hanya bersisa 20.017 unit saja. Hal ini disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat dengan layanan Taxi Online yang mulai beragam.

Jumlah armada Bluebird | Goodstats

Berbicara mengenai armada, hingga saat ini Bluebird memiliki 9 jenis layanan transportasi daratnya. Layanan tersebut meliputi taksi reguler, taksi lifecare, taksi eksekutif, mobil rental & mobil limosin rental, mobil bekas, lalu menyediakan sewa bus, shuttle bus, ada juga logistik Bluebird kirim, hingga armada listrik Bluebird. Armada listrik Bluebird ini sebetulnya telah dirilis sejak 2019 lalu sebagai upaya untuk mengurangi emisi karbon.

Pendapatan dan Laba Bluebird

Melalui laman resminya, Bluebird mencatatkan bahwa sepanjang tahun 2022, perusahaan tersebut berhasil mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp3,59 triliun atau meningkat sebanyak 62% Year on Year (YoY) dibandingkan pendapatan tahun 2021 yang berjumlah Rp2,2 triliun. 

Total pendapatan Bluebird | Goodstats

Tak hanya pendapatan, Bluebird juga mengungkapkan terjadinya peningkatan Earning Before Interest Tax, Depreciation, and Amortization (EBITDA) yang berjumlah Rp 432 miliar pada 2021 kemudian meningkat dua kali lipat pada 2022 sebesar Rp 868 miliar.

Menurut mereka, peningkatan ini dilatarbelakangi oleh meredanya kasus Covid-19 dan pencabutan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Selain pendapatan serta EBITDA, Bluebird juga mencatatkan bahwa selama 2022 mereka telah mendapatkan laba bersih senilai Rp 364 miliar. Jumlah ini naik pesat lebih dari 40 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya di angka Rp 9 miliar. 

Total laba/rugi Bluebird | Goodstats

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono mengatakan bahwa hasil positif yang didapatkan ini bukanlah perkara mudah, terlebih di tengah berbagai tantangan dan disrupsi Pandemi Covid 19.  “Sebagai penanda lebih dari 50 tahun perjalanan kami melayani negeri, dengan penuh syukur Bluebird dapat mengukuhkan posisinya pada industri transportasi di Indonesia melalui kinerja yang luar biasa positif.” kata Sigit, dikutip dari laman resmi Bluebird pada Jumat (31/3).

"Pencapaian kinerja 2022, menunjukkan bahwa Bluebird telah melakukan strategi penyesuaian yang tepat dalam melaksanakan pengelolaan pengeluarannya, sehingga Bluebird mampu menciptakan sistem operasi yang lebih efisien sejalan dengan dinamika yang terjadi tanpa mengorbankan kualitas layanan kepada penumpang," sambungnya.

 

 

Penulis: Mela Syaharani
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Tupperware Gulung Tikar, Bagaimana Pamornya di Indonesia?

Brand ternama Tupperware mengajukan perlindungan kebangkrutan tahun ini. Masalah keuangan disinyalir kuat jadi faktor tumbangnya perusahaan tersebut.

Kereta Cepat Whoosh Telah Mengangkut 200 Ribu Penumpang Mancanegara

Ketertarikan internasional ini memperlihatkan bahwa Whoosh telah menjadi daya tarik tersendiri yang menawarkan pengalaman berkendara yang baru dan unik.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook