Sering Banjir, Ternyata Jakarta Dikelilingi Banyak Sungai Besar

Faktor geografis dan perkembangan kota yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan membuat Jakarta semakin rentan terhadap banjir.

Sering Banjir, Ternyata Jakarta Dikelilingi Banyak Sungai Besar Ilustrasi Sugai di Jakarta | DLH Jakarta

Jakarta kembali dilanda banjir dalam beberapa waktu terakhir, mengingatkan kita pada permasalahan klasik yang terus berulang setiap musim hujan. Curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang belum optimal, serta pesatnya urbanisasi menjadi faktor utama yang menyebabkan genangan air meluas di berbagai wilayah ibu kota.

Kondisi ini bukan hanya menghambat aktivitas masyarakat, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi serta dampak kesehatan bagi penduduk yang terdampak.

Salah satu faktor alami yang turut berkontribusi terhadap banjir di Jakarta adalah letak geografisnya yang dikelilingi oleh banyak sungai besar. Sungai-sungai ini menjadi jalur utama aliran air dari daerah hulu menuju laut, tetapi dalam kondisi tertentu justru dapat meluap dan menggenangi permukiman di sekitarnya.

Ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, kapasitas sungai yang terbatas sering kali tidak mampu menampung debit air, sehingga meluap ke daerah sekitarnya dan memperparah kondisi banjir di kota ini.

Sungai Cisadane menjadi sungai terbesar di Jakarta | GoodStats

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Jakarta dikelilingi oleh sejumlah sungai besar dengan luas daerah aliran sungai (DAS) yang bervariasi. Sungai Cisadane memiliki DAS terluas, mencapai 1.940,2 km², disusul oleh Ciliwung dengan luas 925,87 km².

Sungai lainnya, seperti Krukut, Angke, Sunter, Grogol, Cakung, dan Pesanggrahan, memiliki DAS yang lebih kecil tetapi tetap berkontribusi terhadap sistem hidrologi di Jakarta.

Keberadaan banyak sungai dengan DAS yang luas ini menunjukkan bahwa Jakarta menerima aliran air dari berbagai wilayah, termasuk daerah hulu. Saat hujan deras terjadi, sungai-sungai ini membawa volume air yang besar menuju ibu kota.

Namun, kapasitas sungai yang terbatas serta sedimentasi yang terjadi seiring waktu membuat aliran air sering meluap, menyebabkan banjir di berbagai kawasan.

Sungai Cisadane memiliki debit maksimum sesaat mencapai 709,17 m³/detik | GoodStats

Data dari BPS menunjukkan debit maksimum sesaat dari beberapa sungai utama yang mengalir di Jakarta. Sungai Cisadane memiliki debit maksimum tertinggi, mencapai 709,17 m³/detik, jauh lebih besar dibandingkan Ciliwung yang memiliki debit maksimum 101,3 m³/detik.

Sementara itu, sungai-sungai lainnya, seperti Krukut, Angke, Sunter, Grogol, Cakung, dan Pesanggrahan, memiliki debit yang lebih kecil, tetapi tetap berkontribusi terhadap aliran air di wilayah ibu kota.

Debit maksimum yang tinggi menunjukkan seberapa besar potensi aliran air yang bisa melewati sungai dalam kondisi puncak, seperti saat hujan deras. Sungai dengan debit besar, seperti Cisadane dan Ciliwung, memiliki kapasitas aliran yang lebih besar, tetapi juga berisiko lebih tinggi dalam menyebabkan banjir jika tidak dikelola dengan baik.

Sungai-sungai dengan debit lebih kecil, seperti Sunter (7,65 m³/detik) dan Cakung (10,68 m³/detik), mungkin memiliki dampak lokal yang lebih terbatas, tetapi tetap berpotensi menimbulkan genangan di daerah sekitarnya jika aliran tersumbat atau meluap.

Deretan debit minimum sesaat sungai-sungai di Jakarta | GoodStats

Berdasarkan data BPS, debit minimum aliran sungai di Jakarta menunjukkan variasi yang cukup signifikan. Sungai Cisadane memiliki debit minimum tertinggi, yaitu 16,54 m³/detik, sementara Sunter memiliki debit minimum terendah, yaitu 0,15 m³/detik.

Sungai lainnya seperti Ciliwung, Krukut, Angke, Grogol, Cakung, dan Pesanggrahan juga memiliki debit minimum yang berbeda-beda, dengan angka berkisar antara 0,15 m³/detik hingga 6,5 m³/detik.

Perbedaan besar antara debit maksimum dan minimum pada sungai-sungai di Jakarta menunjukkan bahwa aliran air sangat bergantung pada musim dan kondisi cuaca. Saat musim kemarau, debit air cenderung menyusut drastis, sementara saat musim hujan tiba, volume air bisa meningkat secara signifikan dan menyebabkan potensi luapan.

Hal ini menjadi tantangan dalam pengelolaan sumber daya air di Jakarta, terutama dalam menyeimbangkan kebutuhan air baku dan mitigasi banjir.

Baca Juga: Statistik Sungai-Sungai di Jakarta

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Iklan di Bank BJB: KPK Geledah Rumah Ridwan Kamil

KPK melakukan penggeledahan di kantor PT Bank BJB, sebelumnya KPK juga menggeledah sejumlah lokasi termasuk rumah milik mantan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.

Survei GoodStats: Khong Guan dan Marjan, Produk Kemasan Pilihan Publik untuk Idulfitri 2025

Keberadaan produk makanan dan minuman kemasan ini tidak hanya sekadar pelengkap perayaan, tetapi juga telah menjadi bagian dari budaya Lebaran di Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook