Sempat Lesu, Harga Batu Bara Kini Kembali Tunjukkan Tren Positif

Setelah sempat terkoreksi hingga 3%, harga batu bara kini mulai kembali tunjukkan angka pemulihan dan beranjak naik.

Sempat Lesu, Harga Batu Bara Kini Kembali Tunjukkan Tren Positif Ilustrasi Batu Bara | Ottr Dan/Unsplash
Ukuran Fon:

Setelah sempat melesu dalam beberapa waktu ke belakang bahkan sempat terkoreksi sebesar 3%, harga batu bara kini mulai kembali tunjukkan angka pemulihan. Hal ini sejalan dengan data dari TradingEconomics dan Investing.com yang menunjukkan bahwa pada 17 Juli 2025, harga Newcastle Coal Futures mencapai USD110,50 per ton, naik sekitar 0,45% dari hari sebelumnya.

Beberapa faktor yang mendorong kenaikan ini di antaranya adalah adanya peningkatan aktivitas pembelian dari pembangkit listrik di China seiring dengan suhu tinggi yang melanda terus-menerus sehingga memicu kenaikan permintaan. Kendati masih berada di bawah level tahun lalu, kondisi saat ini memberi harapan bagi produsen seperti Indonesia yang mengandalkan ekspor batu bara.

Sementara dilansir dari berbagai laman resmi, salah satu penyebab utama fluktuasi harga adalah lonjakan produksi batu bara dari China sebagai produsen batu bara terbesar di dunia. Dikabarkan produksi batu bara China terus meningkat sejak awal tahun, bahkan pada semester I 2025 mencatatkan pertumbuhan lebih dari 5% year-on-year. Hal ini membuat suplai global melimpah, sehingga sempat menekan harga ekspor dari negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Kenaikan harga batu bara ini sekaligus menandai adanya pemulihan setelah harga tertekan pada kuartal I dan II akibat meningkatnya pasokan dan perlambatan permintaan global. Meskipun demikian, volatilitas harga masih tinggi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti kondisi geopolitik, tren energi baru dan terbarukan, serta kebijakan negara produsen utama.

Di sisi lain, mengutip dari laporan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), India sebagai konsumen besar batu bara global juga turut memberikan tekanan dari sisi permintaan. terlebih di tengah proses akselerasi adopsi energi terbarukan yang dilakukannya. Hal ini dinilai mulai menggeser kedudukan batu bara, terutama dalam jam-jam dengan beban puncak yang bergeser ke malam hari, menandakan adanya pergeseran pola konsumsi energi India. 

Dalam menanggapi dinamika kondisi global ini, diketahui pemerintah Indonesia sedang menimbang penerapan pungutan ekspor (export levy) yang hanya diaktifkan ketika harga komoditas tinggi sebagai langkah optimalisasi penerimaan negara. Langkah ini dinilai bisa menjadi instrumen fiskal baru dalam menyeimbangkan kebutuhan penerimaan negara dengan tekanan pasar global.

 

Baca Juga: Batu Bara Masih Dominasi Bauran Energi Listrik Indonesia 2025-2034

Sumber:

https://tradingeconomics.com/commodity/coal

https://www.investing.com/commodities/newcastle-coal-futures-historical-data

https://ieefa.org/articles/clean-energy-key-addressing-indias-power-demand-peaks

Penulis: Dilla Agustin Nurul Ashfiya
Editor: Muhammad Sholeh

Konten Terkait

10 Tempat Wisata Terbaik di Indonesia, Favorit Turis Internasional

Banyak tempat wisata terbaik di Indonesia yang menjadi favorit turis internasional. Dimana sajakah itu? Simak selengkapnya.

Mengapa Frekuensi Menonton Konser di Indonesia Masih Rendah?

Frekuensi menonton konser di Indonesia rendah meski antusiasme tinggi, banyak faktor yang memengaruhi termasuk perizinan yang rumit.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook