Sebaran dana kampanye dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 menjadi sorotan utama, mencerminkan strategi masing-masing pasangan calon dalam menggalang dukungan finansial. Pasangan Ridwan Kamil-Suswono, yang diusung koalisi 14 partai politik, memimpin dengan penerimaan dana terbesar, sebagian besar berasal dari partai pengusung.
Di sisi lain, pasangan Pramono Anung-Rano Karno menunjukkan pola berbeda dengan porsi signifikan dari sumbangan perseorangan. Sementara itu, pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana menghadapi tantangan besar dengan sumber daya yang terbatas. Bagaimana proporsi penerimaan dana ini memengaruhi strategi kampanye dan efisiensi pengeluarannya? Berikut analisis lengkapnya.
Baca Juga: Dana Kampanye RK-Suswono Capai Rp1 M, Bagaimana dengan Paslon Lain?
Proporsi Penerimaan Dana Kampanye Paslon Gubernur Jakarta 2024
Dukungan finansial dari partai politik terlihat menjadi faktor dominan dalam kampanye pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO). Dari total penerimaan dana kampanye sebesar Rp67 miliar, hampir seluruhnya berasal dari partai politik dengan angka mencapai Rp66,6 miliar dan Rp400 juta dari sumbangan pihak lain. Hal ini mencerminkan kuatnya dukungan koalisi 14 partai pengusung, termasuk Gerindra, Golkar, PKB, dan NasDem.
Sementara itu, pasangan Pramono Anung Wibowo-Rano Karno memiliki struktur penerimaan dana yang lebih beragam. Dari total sumbangan Rp63,2 miliar, sebesar Rp33,5 miliar berasal dari perseorangan atau pihak lain di luar partai politik, menjadikannya penerima sumbangan non-parpol terbesar di antara kandidat lain. Dukungan dari partai pengusung, yakni PDI Perjuangan dan Hanura, berkontribusi sebesar Rp29,7 miliar.
Berbeda jauh dari kedua paslon lainnya, pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana, yang maju melalui jalur perseorangan, hanya mampu mengumpulkan Rp104 juta. Dana ini sepenuhnya berasal dari sumbangan pihak lain, menunjukkan tantangan besar bagi paslon independen dalam menggalang dana.
Dana yang Diterima dan Pengeluaran Dana Kampanye
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono menjadi yang tertinggi dalam hal pengeluaran dana kampanye. Dari total penerimaan Rp67 miliar, pasangan ini menghabiskan Rp66,9 miliar selama masa kampanye, dengan saldo akhir hanya menyisakan Rp13,1 juta. Tingginya pengeluaran menunjukkan fokus pasangan ini pada strategi kampanye yang intensif, termasuk berbagai acara besar seperti konser dan distribusi makanan untuk pendukung.
Pasangan Pramono-Rano menunjukkan efisiensi lebih tinggi dalam pengelolaan dana. Dari total penerimaan Rp63,2 miliar, dan jika dilihat saldo akhir menyisakan Rp49,4 Juta, kemungkinan besaran pengeluaran mereka mencapai Rp63,1 miliar. Saldo ini menjadi yang tertinggi di antara ketiga paslon, mencerminkan manajemen anggaran yang lebih hemat.
Sebaliknya, pasangan Dharma-Kun menghadapi keterbatasan anggaran yang signifikan. Dengan total penerimaan Rp104 juta dan pengeluaran Rp103,4 juta, saldo akhir mereka hanya Rp532.215. Angka ini menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi paslon independen dalam bersaing di pilkada dengan modal terbatas.
Tingkat pengeluaran harian selama masa kampanye mencerminkan perbedaan strategi antar paslon. Pasangan RIDO menghabiskan rata-rata Rp1,1 miliar per hari, sementara Pramono-Rano menghabiskan Rp1,05 miliar per hari. Sebaliknya, Dharma-Kun hanya mampu mengalokasikan sekitar Rp1,7 juta per hari. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa pasangan dengan dukungan lebih besar, baik dari segi dana maupun popularitas, cenderung lebih agresif dalam sosialisasi program.
Pengaruh Sumbangan Dana terhadap Strategi Kampanye
Sumber dana kampanye yang berbeda memberikan dampak signifikan terhadap strategi kampanye masing-masing paslon. Pasangan Ridwan-Suswono, yang menerima sumbangan hampir seluruhnya dari partai politik pengusung, mampu menggelar kampanye akbar dengan berbagai fasilitas seperti konser dan distribusi makanan untuk ribuan pendukung. Keterlibatan 14 partai politik juga memberikan akses ke jaringan massa yang lebih luas, memperkuat posisi mereka dalam kampanye.
Sebaliknya, pasangan Pramono-Rano mengandalkan sumbangan perseorangan yang signifikan, mencapai Rp33,5 miliar, atau lebih dari setengah total penerimaan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengadopsi pendekatan kampanye yang lebih dekat kepada masyarakat, seperti pertemuan dengan komunitas lokal dan relawan. Pasangan Dharma-Kun, dengan anggaran yang sangat terbatas, terpaksa fokus pada kegiatan sosialisasi kecil-kecilan yang lebih hemat biaya.
Baca Juga: Media Sosialisasi Calon Gubernur Jakarta 2024, Konvensional atau Modern?
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor