Tingginya angka produksi cabai rawit di Indonesia menjadi jawaban atas masifnya konsumsi makanan pedas di kalangan masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan makan pedas yang telah mengakar dalam budaya kuliner Indonesia. Kebiasaan tersebut berakar dari makanan tradisional yang memiliki cita rasa dominan pedas.
Selain itu, sambal telah menjadi bagian integral dari makanan di Indonesia. Hidangan ini kerap diposisikan sebagai kondimen atau pelengkap makanan utama. Misalnya, menyantap sayur asem dan ikan asin terasa kurang lengkap tanpa sambal terasi.
Di Indonesia, sambal memiliki beragam nama tergantung budaya dan bahasa daerah asalnya. Di Kalimantan Timur misal, sambal dikenal sebagai asam binjai dan gami. Sementara di Kepulauan Riau, sambal disebut cencalok, lengkong, dan bilis. Setiap daerah memiliki nama sambalnya masing-masing.
Banyak penelitian telah berupaya merumuskan jumlah dan ragam sambal di Indonesia. Penelitian Universitas Gadjah Mada tahun 2018 menunjukkan terdapat 322 jenis sambal. Jumlah ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu 119 sambal mentah dan 138 sambal masak. Lalu, provinsi mana yang memproduksi cabai rawit tertinggi di Indonesia?
Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama sebagai daerah dengan produksi cabai rawit terbanyak di Indonesia, mencapai 5.689.979 kuintal. Angka ini jauh melampaui Jawa Tengah di posisi kedua dengan 2.480.670 kuintal, serta Jawa Barat di posisi ketiga dengan 1.637.558 kuintal. Ketiga provinsi ini menjadi penyumbang utama produksi cabai rawit nasional dan menegaskan dominasi Pulau Jawa dalam sektor hortikultura, khususnya komoditas pedas yang digemari masyarakat.
Dari luar Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat mencatatkan produksi sebesar 941.552 kuintal, diikuti oleh Sumatra Utara sebanyak 841.180 kuintal dan Aceh dengan 644.939 kuintal. Sementara itu, posisi selanjutnya ditempati oleh Jambi (435.784 kuintal), Sulawesi Selatan (364.571 kuintal), DI Yogyakarta (290.844 kuintal), dan Sumatra Barat (277.163 kuintal). Total produksi dari sepuluh provinsi ini menunjukkan betapa terpusatnya distribusi sentra produksi cabai rawit di Indonesia.
Tingginya produksi di beberapa wilayah ini menjadi faktor kunci dalam menjaga pasokan cabai rawit nasional. Namun, produksi tinggi belum selalu sejalan dengan kestabilan harga di pasar. Cabai rawit tergolong volatile food, yakni komoditas dengan harga yang mudah bergejolak. Maka, keberlanjutan produksi, infrastruktur distribusi, dan tata niaga menjadi aspek penting untuk menjaga ketersediaan serta keterjangkauan cabai bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Jago Pedas, Rata-Rata Masyarakat RI Konsumsi 4 Kilogram Cabai Pertahunnya
Sumber:
https://ugm.ac.id/id/berita/16174-peneliti-ugm-kumpulkan-ragam-sambal-dari-seluruh-indonesia/#:~:text=Seperti%20diketahui%20ada%20322%20macam,dan%20sambal%20masak%20138%20macam.
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/3/ZUhFd1JtZzJWVVpqWTJsV05XTllhVmhRSzFoNFFUMDkjMw==/produksi-tanaman-sayuran-dan-buah-buahan-semusim-menurut-provinsi-dan-jenis-tanaman----2024.html?year=2024
Penulis: Faiz Al haq
Editor: Editor