Hutan merupakan bagian dari ekosistem kehidupan yang kompleks dengan ragam vegetasi pohon, habitat bagi beragam hewan dan tumbuhan. Hutan juga memiliki jenis yang berbeda-beda, tergantung tumbuhan, tanah, dan iklim di dalamnya.
Beberapa jenis hutan di antaranya yaitu hutan sabana yang terdiri dari pepohonan dan padang rumput yang luas, hutan rawa gambut yang berada di wilayah genangan air, dan hutan tropis yang beriklim hangat disertai curah hujan yang tinggi setiap tahun.
Hutan tropis merupakan salah satu jenis hutan paling bermanfaat bagi manusia, membantu menghadapi perubahan iklim, memasok buah-buahan kaya akan gizi, penyedia air murni untuk menopang kebutuhan manusia, dan tempat hidup untuk keanekaragaman hayati.
Berkurangnya luas hutan tropis yang terjadi dari waktu ke waktu hanya akan memperparah perubahan iklim serta menimbulkan bencana alam dengan frekuensi lebih banyak daripada sebelum-sebelumnya seperti kemarau panjang, banjir, dan tanah longsor.
Selain itu, kestabilan ekosistem yang sudah berlangsung sejak lama antara hutan dengan makhluk hidup di dalam atau sekitarnya menjadi terganggu bahkan hancur.
“Jadi, ketika ada hutan yang terbuka, disitu tidak hanya pohonnya yang hilang, tetapi ada keanekaragaman hayati yang hilang disitu. Jadi dia dijadikan fungsi ekosistem, jadi logika business as usual yang menjadikan lahan atau hutan sebagai business as usual tidak melihat bahwa hutan sebagai sebuah ekosistem menyeluruh. Bahwa ada yang hidup disitu, ada keanekaragaman hayati disitu, ada masyarakat sekitar hutan yang bergantung sama hutan, ada juga orang yang tinggal di hutan, itu yang kadang tidak terlihat,” ucap M Iqbal Damanik, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia kepada VOA Indonesia, Kamis (2/1/2025).
Saat ini, tidak hanya hutan tropis biasa yang berkurang, melainkan juga hutan tropis primer, yaitu hutan yang terbentuk secara alami oleh alam dan sama sekali belum terjamah oleh aktivitas manusia.
Berdasarkan data dari World Resources Institute (WRI) tahun 2024, negara yang kehilangan hutan tropis primer terluas adalah Brasil dengan 33,5 juta hektare, diikuti Indonesia seluas 10,7 juta hektare.
Berikutnya di posisi ketiga, Republik Demokratik Kongo dengan kehilangan hutan tropis primer seluas 7,4 juta hektare, disusul Bolivia seluas 5,7 juta hektare dan Malaysia dengan 3 juta hektare.
Meskipun kehilangan hutan tropis primer disebabkan berbagai faktor, deforestasi adalah faktor yang paling mencolok. Kegiatan pembukaan lahan untuk pertambangan, ekspansi perkebunan, pertanian, sampai penebangan ilegal menjadi penyumbang yang cukup besar atas hilangnya lahan hutan tropis primer.
Deforestasi di Indonesia
Tercatat pada Auriga Nusantara, Provinsi Kalimantan Timur menjadi provinsi terluas penyumbang deforestasi di Indonesia dengan luas 44.483 hektare, disusul oleh Kalimantan Barat dengan luas 39.598 hektare.
Provinsi berikutnya adalah Kalimantan Tengah seluas 33.389 hektare. Selanjutnya ada Riau dengan luas 20.812 hektare.
Penggundulan hutan yang dilakukan secara masif akan mengancam eksistensi dari beberapa hewan dan tumbuhan langka, yang hanya bisa ditemukan di wilayah tertentu, memperparah fenomena alam, dan membahayakan hidup manusia
“Banyaknya ragam bencana alam sudah cukup menjadi alarm bagi tata kehidupan untuk kita kembali harmoni dengan kesemestaan secara utuh,” ujar Prof. Priyono Suryanto, Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Jumat (24/1/2025), dikutip dari laman UGM.
Baca Juga: Kerusakan Hutan Tropis Capai Rekor Tertinggi pada 2024
Penulis: Nabilla Nurtsaniya
Editor: Editor