Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada pada triwulan IV 2024. Angka tersebut didasarkan pada kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) baik per kuartal maupun per tahunnya.
Dalam rilis tersebut, tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi tahunan tanah air mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, pertumbuhan PDB Indonesia resmi berada di angka 5,03%.
Angka ini disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melalui sebuah keterangan pers resmi pada Rabu (5/2) kemarin. Menurutnya, salah satu hal yang menyebabkan penurunan ini adalah melemahnya kinerja ekspor Indonesia.
“Jadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 ini melambat, bahwa pertumbuhan dari konsumsi rumah tangga dan PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) lebih baik dari tahun 2023. Tapi kalau dilihat dari grafik source of growth, satu komponen yang menahan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi adalah dari net export," kata Amalia.
Tren Turun dalam Beberapa Tahun
Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat pada tahun 2022 sebesar 5,31%. Setelahnya, laju penurunan melandai seperti pada tahun 2023 dan 2024 ini.
Adapun PDB harga berlaku tahun 2024 adalah Rp22.139 triliun, dengan PDB per kapita sebesar Rp78,61 juta, atau setara US$4.960,3.
Berdasarkan lapangan usahanya, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah konstruksi dan sektor lainnya dengan angka masing-masing 7,02% serta 6,30%. Sebaliknya, lapangan usaha dengan pertumbuhan paling lambat adalah sektor pertanian dengan angka 0,67%.
DI sisi lain, menurut pengeluarannya, pertumbuhan PDB tahun 2024 ditopang dari konsumsi LNPRT atau Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga, dengan angka 12,48%. BPS menyebut pertumbuhan sebesar ini terjadi sebagai dampak aktivitas ekonomi selama Pemilu dan Pilkada 2024.
Menurut wilayahnya, pertumbuhan ekonomi tertinggi berasal dari Maluku dan Papua sebesar 7,81%, disusul Sulawesi dengan pertumbuhan 6,18%.
Wilayah Jawa sendiri memiliki pertumbuhan di angka 4,92%, namun memiliki andil dalam lebih dari setengah kontribusi ekonomi negara, atau tepatnya sebesar 57,02%.
Diklaim Masih Solid, Pelemahan Tetap Harus Disikapi
Dalam kesempatan yang lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tetap menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dianggap terjaga, dan tidak kalah dibanding beberapa negara tetangga. Ia juga menyebut nilai inflasi serta rasio utang Indonesia masih terjaga.
"Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan peer country di ASEAN, seperti Singapura di 4,3% dan Malaysia 4,8%. Arab Saudi yang masih 4,4%,” papar Airlangga dalam konferensi pers Kemenko Perekonomian, di hari yang sama dengan BPS.
Meski begitu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menilai ekonomi tanah air penuh pelemahan. Ia juga mengkhawatirkan keadaan ekonomi di tahun 2025 nantinya, apabila mitigasi yang dipilih kurang tepat.
”Dari daya beli yang menurun, kelas menengah yang menyusut, dan penurunan produktivitas sektoral yang berkepanjangan. Itu semua memberi sinyal yang jelas bahwa ada masalah struktural yang signifikan seperti tecermin dalam angka pertumbuhan ekonomi kita sepanjang 2024,” kata Riefky mengutip Kompas.
Baca Juga: Negara dengan Investasi Terbesar di Indonesia 2024
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor