Berdasarkan data BPS yang dirilis Selasa (1/11), jumlah penumpang Mass Rapid Transit (MRT) mengalami sedikit penurunan sebesar 4,26% di bulan September 2024, jika dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 3,74 juta orang.
Selama periode Januari hingga September 2024, jumlah penumpang MRT tertinggi tercatat pada periode Juli dengan 3,78 juta orang, sedangkan terendah pada Februari dengan 2,6 juta penumpang.
PT MRT Jakarta (Perseroda) juga mencatat bahwa pada September 2024, sekitar 111.321 orang menggunakan layanan MRT Jakarta setiap harinya.
Jumlah penumpang harian ini melebihi target yang ditetapkan, yaitu 102 ribu orang per hari.
Angka tertinggi jumlah penumpang per hari terjadi pada Jumat (2/8), dengan total mencapai 141.069 orang.
Tren peningkatan angka keterangkutan (ridership) terjadi di lima stasiun utama, yaitu Dukuh Atas BNI, Bundaran HI, Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Senayan Mastercard, dan Istora Mandiri.
Peningkatan tersebut dipicu oleh faktor-faktor seperti integrasi antarmoda, gedung-gedung sekitar stasiun, serta berbagai event yang digelar di sekitarnya.
Jumlah Perjalanan MRT Naik pada Agustus 2024
BPS juga melaporkan bahwa jumlah perjalanan MRT pada periode Agustus 2024, mengalami penurunan sebesar 4,26% dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara rinci, pada September 2024, total perjalanan MRT Jakarta mencapai 7.890 perjalanan, mengalami penurunan 0,24% dibandingkan September 2023.
Jika melihat total perjalanan kumulatif pada periode Januari-September 2024, tercatat sebanyak 71,47 ribu perjalanan, mengalami kenaikan sebesar 0,94% dibandingkan periode sebelumnya.
Selain itu, jumlah perjalanan MRT tertinggi tercatat pada Juli 2024, dengan 8.307 perjalanan. Sementara itu, jumlah perjalanan terendah terjadi pada Februari, yaitu sebanyak 7.539 perjalanan.
Progres MRT Bundaran HI-Harmoni Mencapai 80%, Target Selesai Tahun 2025
Pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 2A, yang menghubungkan Bundaran HI dengan Kota Tua, diharapkan menjadi solusi efektif dalam mengatasi kemacetan dan mengurangi polusi udara di Jakarta. Hal ini juga dapat meningkatkan jumlah penumpang MRT di masa mendatang.
“Kita harapkan bahwa ini bisa membantu masalah kemacetan, serta mengurangi masalah polusi,” ujar Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nova Harivan Paloh (5/11/2024), dikutip dari DRPD Provinsi DKI Jakarta.
Jika kereta MRT Bundaran HI-Kota Tua sudah dapat beroperasi, Nova berharap masyarakat Jakarta dapat beralih ke transportasi publik.
“Kendaraan roda dua maupun roda empat terus bertambah setiap tahunnya. Solusinya melalui transportasi publik, salah satunya dengan MRT, LRT, dan tentu saja Transjakarta. Ketiga ini perlu terinterkoneksi dan terintegrasi dengan baik,” harap Nova.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat juga menjelaskan, pembangunan Fase 2A Bundaran HI sampai Kota Tua terbagi menjadi tiga Contract Package (CP) yakni CP 201 Bundaran HI- Harmoni, CP 202 Harmoni-Mangga Besar, CP 203 Mangga Besar-Kota Tua.
Total progres pembangunan Fase 2A baru mencapai 42%. Namun, progres pembangunan jalur MRT Fase 2A untuk CP 201 rute Bundaran HI-Harmoni telah mencapai 80%, yaitu meliputi Stasiun Monas dan Thamrin.
Oleh karena itu, pembangunan jalur MRT Fase 2A untuk CP 201 diharapkan selesai pada akhir tahun 2025.
“Stasiun Monas itu sudah 82%. Artinya, stasiunnya harus selesai di akhir tahun depan, Desember 2025. Jadi, stasiun Monas dan Thamrin karena adanya di CP 201, Insya Allah selesai di akhir tahun depan” jelas Tuhiyat, pada 5 November 2024, dikutip dari DRPD Provinsi DKI Jakarta.
Pada 2029, pihak MRT menargetkan seluruh proses pembangunan MRT Jakarta sudah rampung dan dapat diakses oleh masyarakat.
“Harapannya adalah masyarakat bisa shifting menggunakan transportasi publik yang ada terutama MRT Jakarta,” ujar Tuhiyat.
Kemudian, Tuhiyat juga menyampaikan bahwa setiap stasiun bisa terintegrasi dengan moda Transjakarta, yang diprediksi dapat menarik 22% pengguna transportasi umum, sehingga berpotensi meningkatkan jumlah penumpang MRT di masa mendatang.
“Kita juga melibatkan semua feeder untuk menarik ke area stasiun terdekat. Mudah-mudahan Jakarta menjadi kota hijau dengan moda transportasi publik saling terintegrasi,” pungkas Tuhiyat.
Baca Juga: Biaya Pembangunan Whoosh, MRT, LRT, Mana yang Paling Mahal?
Penulis: Rayya Adila Sakinah
Editor: Editor