Produksi dan Luas Panen Padi di Indonesia Diproyeksikan Meningkat

Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama yang menjadi sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, meningkatkan hasil panen padi menjadi sangat penting untuk menjamin ketahanan pangan nasional. Sepanjang 2025 ini, jumlah produksi dan luas panen padi di Indonesia cenderung fluktuatif.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tren produksi padi dan luas panen padi mengalami fluktuasi. Pada tahun 2025 ini, produksi padi paling tinggi terjadi pada bulan April menyentuh angka 9,09 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan lahan panen padi yang paling luas tercatat pada Maret 2025 yang mencapai 1,67 juta hektare.

Luas panen padi pada Mei 2025 sebesar 0,98 juta hektare, mengalami penurunan sebesar 0,28 juta hektare atau 22,13% dibandingkan luas panen padi di Mei 2024 yang sebesar 1,26 juta hektare. Produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) pada Mei 2025 diperkirakan sebanyak 5,94 juta ton sedangkan dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) pada Mei 2025 diperkirakan sebanyak 4,98 juta ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 1,47 juta ton GKG atau 22,74% dibandingkan produksi padi GKG di Mei 2024 yang sebanyak 6,44 juta ton GKG.

Sebagai catatan, luas panen Januari-Agustus 2025 merupakan angka sementara karena terdiri dari angka realisasi luas panen Januari–Mei dan potensi luas panen Juni–Agustus. Selain itu, angka produksi Mei–Agustus 2025 juga merupakan angka sementara karena masih mengandung angka potensi luas panen Juni–Agustus dan menggunakan rata-rata produktivitas Subround II 2023−2024. Oleh karena itu, angka produksi Januari–Agustus 2025 merupakan angka sementara.

Tanggapan Pemerintah

Menanggapi hal tersebut, pemerintah berkomitmen memperkuat ketahanan pangan nasional dengan memastikan penyerapan gabah dan beras petani secara optimal bersama Perum Bulog supaya stok Cadangan Beras Pemerintah (CPB) tetap melimpah. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo mengatakan tok CBP yang memadai menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Stok CBP ini dapat digunakan pemerintah tatkala terjadi fluktuasi harga di pasar serta sebagai stimulus bantuan ke masyarakat berpendapatan rendah.

“Kecukupan stok beras yang ada di Bulog itulah yang menopang stabilitas pasokan dan harga pangan, sebab dengan stok tersebut ada dan cukup, dapat dilakukan berbagai intervensi stabilisasi pangan seperti penyaluran beras SPHP dan bantuan pangan beras. Impaknya bisa kita lihat bahwa inflasi terjaga hingga hari ini,” ujar Arief pada Kamis (13/3/2025) mengutip dari laman badanpangan.go.id.

Di sisi lain Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo berkomitmen untuk ikut serta meningkatkan produktivitas penen padi melalui penerapan teknologi Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) yang cakupannya akan diperluas ke seluruh Indonesia.

Upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan infrastruktur irigasi yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) di berbagai daerah. Teknologi IPHA diyakini mampu menghemat air dan meningkatkan produktivitas panen padi. Penerapan teknologi ini bermanfaat dalam menciptakan pertanian yang efisien dan berkelanjutan karena dapat menghemat air secara signifikan, meningkatkan produksi pertanian, dan melindungi sumber daya air.

Baca Juga: Produksi Padi Indonesia Meningkat di Awal 2025, Sinyal Positif Ketahanan Pangan?

Sumber:

https://assets.dataindonesia.id/2025/06/17/1750143578786-95-17.-Berita-Resmi-Statistik---Luas-Panen-dan-Produksi-Padi-Hasil-KSA-Amatan-April-2025.pdf

https://digitani.ipb.ac.id/peran-padi-dalam-tingkatkan-ketahanan-pangan-di-indonesia/

https://badanpangan.go.id/blog/post/sambut-puncak-panen-raya-padi-pemerintah-siap-genjot-serapan-produksi-dalam-negeri-pertebal-stok-cbp

https://sda.pu.go.id/post/detail/terbukti_produktivitas_panen_meningkat_ipha_akan_diaplikasikan_di_berbagai_wilayah