Tren Kematian Akibat Obesitas di Indonesia Belum Ada Tanda Penurunan

Indonesia jadi negara ke-4 dengan tingkat obesitas tertinggi di Asia Tenggara, tren kematiannya belum menunjukkan tanda penurunan.

Tren Kematian Akibat Obesitas di Indonesia Belum Ada Tanda Penurunan Ilustrasi seseorang dengan obesitas | Pixabay

Obesitas kian menjadi krisis masalah kesehatan yang terus berkembang dan menuntut segera perhatian dunia. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan dan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan.

Menurut laporan dari Federasi Obesitas Dunia, lebih dari empat miliar orang akan mengalami obesitas atau kelebihan berat badan pada 2035 dengan tingkat kenaikan tercepat pada anak-anak dan remaja di mana tingkat yang diperkirakan akan naik dua kali lipat dari 2020.

Adapun negara berpenghasilan rendah atau menengah di Afrika dan Asia diperkirakan akan mengalami kenaikan terbesar.

Daftar 10 negara Asia Tenggara dengan Tingkat Obesitas Tertinggi | GoodStats

Menghimpun data dari Central Intelligence Agency’s World Factbook, Indonesia sendiri berada di posisi ke-4 dalam daftar negara Asia Tenggara dengan tingkat obesitas tertinggi.

Kemudian Malaysia dinobatkan sebagai negara dengan prevalensi obesitas paling tinggi dengan persentase mencapai 15,6%. Dan disusul oleh Brunei Darussalam di urutan kedua dengan tingkat obesitas mencapai 14,1%.

Data yang diolah oleh Our World in Data menunjukkan tren kematian akibat obesitas di Indonesia juga terus meningkat dan belum memberikan tanda akan adanya penurunan di masa mendatang.

Tren kematian akibat obesitas pada 2000-2019 di Indonesia  GoodStats

Tercatat kematian akibat obesitas di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 39,11 per 100.000. Selang lima tahun kemudian, pada 2005, angkanya menyentuh hingga 49,5 kematian per 100.000 penduduk.

Setelahnya, tren kematian naik 1-3 poin tiap tahun dan pada 2019, trennya melonjak tinggi di titik 80,48 kematian. 

Mengutip dari Kompas.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti mengatakan, kasus obesitas di Indonesia saat ini telah digolongkan sebagai penyakit yang perlu diintervensi secara komprehensif.

Dikatakan obesitas berkontribusi pada kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 5,87%, penyakit diabetes dan ginja 1,84% dari total kematian. Bahkan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, kanker, hipertensi dan penyakit metabolik maupun non metabolik lainnya.

Peningkatan prevalensi obesitas yang signifikan ini juga berpotensi serius terhadap perekonomian dan sistem pelayanan kesehatan. Bahkan, hasil laporan dari Federasi Obesitas Dunia memperkirakan bahwa kenaikan tingkat obesitas di seluruh dunia akan berdampak signifikan pada ekonomi global, setara dengan 3% dari PDB global.

Maka dari itu, berbagai upaya dari pemangku kepentingan dan masyarakat dalam bentuk sekecil apapun, seperti meningkatkan kesadaran akan obesitas sebagai penyakit di kalangan penyedia layanan kesehatan dan masyarakat sangat dibutuhkan.

Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Seluk Beluk Kebiasaan Menabung dan Pengelolaan Keuangan Anak Muda: Sudahkah Cerdas Finansial?

Kurangnya disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utama anak muda dalam menabung, mencerminkan tantangan dalam mengelola keuangan.

Transformasi Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2024 mencapai 75,02, masuk kategori tinggi menurut data BPS.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook