Potensi Stress dan Gangguan Tidur Menjadi Kekhawatiran Masyarakat Indonesia

Dengan semakin beragamnya penyakit mental yang muncul, penting untuk lebih meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait kondisi ini.

Potensi Stress dan Gangguan Tidur Menjadi Kekhawatiran Masyarakat Indonesia Ilustrasi Konsultasi Kesehatan Mental | Shutterstock

Gangguan mental adalah kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang, yang sering kali mengganggu kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

Gangguan mental tidak hanya memengaruhi kondisi psikologis, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan fisik seseorang, menciptakan siklus yang sulit untuk diputus.

Seiring berjalannya waktu, jenis penyakit mental semakin berkembang dan bervariasi. Ini tidak hanya mencerminkan kompleksitas pikiran manusia, tetapi juga menunjukkan bagaimana faktor-faktor seperti lingkungan, stres, dan tekanan sosial dapat memengaruhi kesehatan mental.

Penyakit mental yang dulunya jarang terdengar kini semakin sering didiagnosis, menciptakan lanskap kesehatan mental yang semakin rumit. Situasi ini semakin mengkhawatirkan karena penyakit mental tidak lagi memandang usia, gender, atau latar belakang sosial.

Siapapun rentan mengalami gangguan kesehatan mental, dan dalam banyak kasus, gejala penyakit mental dapat berkembang secara perlahan tanpa disadari.

Potensi meningkatnya jumlah individu yang mengalami gangguan mental menciptakan tekanan tambahan pada sistem kesehatan, keluarga, dan komunitas, menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat.

Potensi penyakit mental yang paling dikhawatirkan orang Indonesia | GoodStats

Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Manulife Asia Care 2024, ditemukan bahwa 56% responden di Indonesia merasa khawatir terhadap potensi penyakit mental yang berkaitan dengan stres atau burnout.

Kondisi ini mencerminkan tekanan yang besar dari berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan tuntutan sosial, yang semakin memperburuk kesejahteraan mental masyarakat.

Burnout, yang ditandai dengan kelelahan emosional dan fisik yang ekstrem, menjadi ancaman serius bagi produktivitas dan kesejahteraan individu.

Selanjutnya, sebanyak 42,6% responden mengungkapkan kekhawatiran tentang gangguan tidur. Stres yang berkelanjutan dan burnout sering kali berkontribusi pada masalah ini, dimana gangguan tidur menjadi tanda awal dari kesehatan mental yang terganggu.

Ketika seseorang mengalami kesulitan tidur, kualitas hidup mereka cenderung menurun, memengaruhi kemampuan untuk menghadapi tantangan sehari-hari dengan efektif.

Lebih lanjut, survei ini juga menunjukkan bahwa 28,2% responden merasa khawatir terhadap kecemasan. Perasaan cemas yang berkepanjangan biasa muncul sebagai akibat dari kurangnya tidur dan tingginya stres, yang kemudian memperburuk kondisi mental seseorang.

Jika tidak ditangani dengan baik, kecemasan dapat berkembang menjadi gangguan yang lebih serius dan mengganggu fungsi sosial maupun profesional.

Seiring dengan itu, 24,9% responden juga menyatakan kekhawatiran terhadap perasaan kesepian. Kesepian berkaitan erat dengan kecemasan dan depresi, terutama ketika seseorang merasa terisolasi dari lingkungan sosial mereka.

Meskipun hidup di era yang semakin terhubung secara digital, banyak individu di Indonesia masih merasakan kekosongan dalam interaksi sosial yang mendalam dan bermakna.

Selain kesepian, depresi menjadi kekhawatiran bagi 20,7% responden. Depresi sering kali muncul sebagai akibat dari kombinasi stres, kecemasan, dan kesepian.

Kondisi ini dapat mengganggu seluruh aspek kehidupan seseorang, mulai dari hubungan pribadi hingga produktivitas kerja, dan membutuhkan perhatian serta intervensi yang tepat.

Terakhir, 9,1% responden mengungkapkan kekhawatiran tentang gangguan kognitif, yang muncul sebagai dampak jangka panjang dari stres kronis, kurang tidur, dan depresi. 

Gangguan kognitif, yang melibatkan penurunan fungsi berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah, tidak hanya memengaruhi kualitas hidup individu, tetapi juga berdampak pada kinerja mereka dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin menyadari dan mengkhawatirkan berbagai bentuk gangguan mental, yang saling terkait dan dapat memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Hal ini menegaskan pentingnya perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan mental di Indonesia, baik dari segi pencegahan maupun penanganan.

Baca Juga: Bukan Kesehatan Mental, Milenial Lebih Khawatirkan Isu Ini!

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

9 Calon Gubernur Preferensi Warga Jakarta: Anies Masih Nomor 1

Terdapat 9 nama yang diisukan akan bersaing di Pilkada Jakarta 2024. Apa saja yang menjadi faktor nama tersebut dipilih oleh masyarakat?

Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel: Mengupasnya dari Perspektif Sosiologi & Branding

77,2% orang Indonesia saat ini melakukan boikot terhadap produk terafiliasi Israel. Bagaimana sosiolog dan praktisi branding memandang hal ini?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook