Pizza Hut dan KFC Gulung Tikar, Imbas dari Boikot?

Pizza Hut mengikuti jejak KFC dalam menutup beberapa gerai dan memberhentikan karyawan, salah satunya akibat gerakan boikot produk terafiliasi Israel.

Pizza Hut dan KFC Gulung Tikar, Imbas dari Boikot? Pizza Hut dan KFC | Feri Dhani Hasri/istock

Pada 2024, industri makanan cepat saji di Indonesia menghadapi tantangan yang berat, salah satunya keputusan dari PT Sarimelati Kencana Tbk yang memegang lisensi Pizza Hut Indonesia, menutup 20 gerai sekaligus melakukan PHK terhadap karyawannya.

Hal ini disinyalir terjadi akibat isu geopolitik dan aksi boikot terhadap produk tertentu yang dianggap memiliki kaitan dengan konflik global. Konsumen di beberapa negara, termasuk Indonesia, semakin selektif untuk membeli merek tertentu sebagai bentuk solidaritas atas kemanusiaan yang sedang terjadi di Palestina.

Direktur PT Sarimelati Kencana Tbk, Boy Ardhitya Lukito, mengungkapkan bahwa ke depannya, perusahaan tidak akan fokus pada ekspansi bisnis. Sebagai gantinya, perusahaan akan lebih memprioritaskan pada peningkatan kualitas gerai yang telah berjalan.

“Kami pelajari selama 2024 ini adalah meng-upgrade restoran-restoran kami yang ada, mungkin umurnya sudah puluhan tahun dan ada beberapa outlet yang memang sudah outdated atau ketinggalan desainnya,” ucap Boy, dikutip dari Bisnis. 

Boy juga menjelaskan, terdapat dua tantangan yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan akhir-akhir ini, yaitu menurunnya daya beli serta adanya faktor geopolitik global. Aksi boikot juga turut berdampak pada performa perusahaan. 

Hal ini pun turut dirasakan pada perusahaan fast food, KFC yang mengalami kerugian hingga menutup puluhan gerai dan melakukan PHK pada ribuan karyawan hingga miliar pada 2024.

Dalam laporan keuangannya, tercatat bahwa hingga 30 September 2024, terdapat 715 gerai yang beroperasi, berkurang dari 762 gerai pada 31 Desember 2023. Penutupan gerai ini tentu berdampak pada sejumlah karyawan yang terpaksa harus dirumahkan.

Laporan Keuangan KFC dan Pizza Hut di 2019-2024

Sementara itu, Pizza Hut juga mencatat kerugian meningkat di setiap tahunnya, tertinggi mencapai Rp96,7 miliar pada 2024, meskipun sempat mencatatkan laba kecil pada 2021.

Kondisi perusahaan sangat dipengaruhi oleh pemulihan yang lambat pasca pandemi Covid-19, dengan penjualan yang belum mencapai target. Selain itu, situasi pasar semakin memburuk akibat dampak dari krisis yang terjadi di Timur Tengah. 

“Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil perseroan untuk periode 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” papar manajemen FAST dalam laporan keuangannya.

Baca Juga: KFC: 47 Gerai Tutup, 2.000 Lebih Karyawan Kena PHK

Penulis: Ucy Sugiarti
Editor: Editor

Konten Terkait

Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat, Pertanda Kestabilan Ekonomi?

Survei konsumen BI menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap stabil pada level optimis.

Membangun Reputasi Brand di Tengah Kebisingan Ruang Digital

Diskusi GoodTalk Off-Air menyoroti bagaimana praktik komunikasi publik dalam membangun reputasi brand menjadi lebih menantang di era digital.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook