Pada Kamis (22/8/24), aksi demonstrasi telah berlangsung di sekitar gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta. Demonstrasi ini merupakan bentuk tindak lanjut dari gerakan di media sosial yang sudah berjalan sejak sehari sebelumnya.
Asal mula gerakan berawal dari unggahan Narasi News dan beberapa kolaboratornya di akun media sosial pada Rabu (21/8) yang berupaya melawan keputusan Revisi UU Pilkada oleh DPR. Gerakan ini masih terus berlanjut bahkan hingga demonstrasi telah usai di hari Kamis.
Cepatnya Sebaran Isu di Media Sosial
Berikut merupakan dua dari banyaknya template Instagram Story populer dan telah dibagikan ulang oleh akun pengguna.
Instagram Story milik akun kenapaharuspeduli (21/8) dengan 847 ribu repost dan dari akun kawanpuan.id (22/8) dengan 927 ribu repost di atas hanya segelintir bukti dari besarnya gelora perlawanan masyarakat akan kasus yang terjadi. Perlawanan masyarakat di lapangan juga tidak kalah besar, terbukti dengan tingginya jumlah massa yang hadir di depan gedung DPR.
Selain itu, turut sertanya public figure yang jarang terlihat keterlibatannya dalam demonstrasi seperti Reza Rahadian, Kunto Aji, hingga sutradara Joko Anwar, membuat kasus ini semakin serius dan menarik keprihatinan banyak pihak dari berbagai latar belakang.
Bagaimana Awal dari Munculnya Peringatan Darurat?
Gerakan media sosial dan demonstrasi di depan gedung DPR bermula dari serangkaian perubahan peraturan pemilihan kepala daerah (Pilkada) jelang penyelenggaraannya di tahun 2024.
Secara garis besar, perubahan peraturan jelang Pilkada menjadi pendorong gerakan demonstrasi yang berlangsung. Huru hara perubahan aturan ini utamanya menggarisbawahi dua persoalan, yang pertama adalah batas usia calon kepala daerah dan persoalan keduanya yakni persentase threshold.
Hasil revisi DPR pada 21 Agustus dianggap menguntungkan beberapa pihak dan menjegal pihak lainnya untuk berpartisipasi dalam Pilkada nanti. Pasalnya, MK sudah membuat putusan sehari sebelumnya agar partai kecil dapat turut menyumbangkan calon sekaligus mengurangi kemungkinan adanya kotak kosong dalam penyelenggaraan Pilkada. Namun DPR justru menganulir putusan MK ini.
Oleh karena hal-hal tersebut, rakyat pun melaksanakan gerakan perlawanan agar menjelang Pilkada demokrasi yang bersih di Indonesia dapat tetap terjaga.
Baca Juga: Tinjauan Skor CPI 180 Negara, Benarkah Nepotisme Itu Asian Value?
Perhatian Global Akan Demonstrasi Garuda Biru
Ketertarikan masyarakat terhadap polemik jelang Pilkada ini tidak habis hanya sampai pengawalan demokrasi dalam negeri. Media global juga banyak menyoroti demonstrasi yang terjadi di Indonesia.
Sebaran media yang memberitakan demonstrasi Indonesia pada Kamis (22/8) lalu cukup luas. Dari negara di benua Asia, Eropa, sampai Amerika dengan cepat meliput kejadian yang terjadi di Indonesia. Melalui penelusuran media, judul hingga angle berita yang dinarasikan pun beragam.
Protes massa, ancaman demokrasi, ketidaksetujuan rakyat dengan presiden menjadi beberapa contoh angle media yang tertuang dalam berita-berita internasional.
Dampaknya Pada Citra Indonesia
Pemberitaan media internasional ini membawa dampak signifikan terhadap citra Indonesia di mata global. Di satu sisi, masyarakat Indonesia memperoleh citra positif karena kepeduliannya dan aksi cepat terhadap kejanggalan demokrasi negara. Kritisnya masyarakat Indonesia, terutama dalam jumlah massa yang cukup besar dalam demonstrasi ini dapat mencerminkan kemajuan cara berpikir bangsa.
Namun di sisi lain, ketidakstabilan politik negara juga menjadi potret yang diliput oleh media internasional. Ketidakstabilan pemerintah ini dapat mempengaruhi opini dan citra internasional terhadap Indonesia. Akibat terburuknya adalah potensi keguncangan ekonomi, penarikan dana investor, bahkan pada beberapa kasus ditakutkan dapat mempengaruhi nilai mata uang negara.
Dampak buruk di atas jelas bukan merupakan hal yang diharapkan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah ke depannya harus lebih bijak dan penuh perhitungan dalam segala keputusan yang diterbitkan. Terlebih di tengah era media modern kini, penyebaran media informasi sangat cepat dan masyarakat semakin kritis serta paham akan kondisi negaranya.
Baca Juga: Indeks Demokrasi Indonesia Beri Nilai Sempurna Indikator Ini!
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor