Beberapa tahun terakhir, Indonesia terus berada dalam jajaran negara paling dermawan di dunia. Walaupun tidak lagi menyandang posisi pertama pada 2025, peringkat Indonesia masih berada di atas rata-rata negara di Asia Tenggara. Menurut World Giving Report 2025, Indonesia berada di peringkat ke-21 dari total 101 negara yang disurvei.
Capaian ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih cukup konsisten dalam melakukan donasi. Di antara masyarakat yang berdonasi, salah satu kelompok yang dominan di dalamnya berasal dari masyarakat muslim.
Sebagai agama dengan jumlah penganut terbesar di Indonesia, warga muslim memiliki peran yang cukup sentral dalam mengumpulkan dan memobilisasi donasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Lantas bagaimana pola perilaku masyarakat muslim Indonesia saat berdonasi?
Institute For Demographic And Poverty Studies (IDEAS) melakukan survei mengenai perilaku berdonasi masyarakat muslim Indonesia dalam publikasinya bertajuk Potret Kedermawanan Muslim Indonesia. Survei ini dilaksanakan pada 25 Februari hingga 6 Maret 2025 dengan melibatkan 1.233 responden dari 36 provinsi di Indonesia dengan metode kuantitatif.
Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa masyarakat muslim Indonesia berdonasi dalam beberapa kategori, meliputi donatur religius, donatur skeptis, donatur kedekatan, donatur investor, donatur balas budi, dan donatur sosialita.
Data menunjukkan bahwa kategori donatur religius tercatat sebagai yang paling tinggi mencapai 39,01%. Donatur religius adalah mereka yang berdonasi atas motivasi agama.
Dalam agama Islam, perintah untuk berbagi telah banyak termuat baik dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam maupun hadist. Hal inilah yang memotivasi kategori donatur religius untuk tergerak memberikan donasi. Mereka biasanya berdonasi secara langsung melalui lembaga keagamaan.
Berikutnya, donatur skeptis jadi yang kedua tertinggi dengan angka 23,53%. Publik dengan kategori ini lebih berfokus pada kinerja dan performa dari lembaga yang menghimpun dan menyalurkan donasi. Visi, transparansi, laporan keuangan, manajemen pengelolaan, dan dampak yang dihasilkan adalah beberapa pertimbangan utama publik sebelum pada akhirnya memutuskan untuk berdonasi.
Selanjutnya, pada urutan ketiga, terdapat kategori donatur kedekatan dengan persentase 12,57%. Publik dalam kategori ini berdonasi atas dasar kesamaan latar belakang yang dimiliki. Contohnya adalah donasi yang diberikan karena adanya kesamaan suku dan budaya, hobi atau kesukaan, kedekatan daerah asal dan tempat tinggal, dan lainnya. Fenomena ini menggambarkan sifat alamiah manusia yang cenderung mampu memahami situasi sesamanya jika terdapat kesamaan satu sama lain.
Berdonasi nyatanya terkadang bermanfaat untuk meningkatkan kesan dan nama baik bagi seseorang atau organisasi. Manfaat inilah yang kemudian menjadi motivasi bagi 12,25% publik yang tergolong dalam donatur investor. Selain untuk membantu pihak yang membutuhkan, dibalik itu, donatur investor memiliki keinginan agar namanya dipandang baik oleh masyarakat secara luas.
Lebih lanjut, dua kategori terakhir adalah donatur balas budi dan donatur sosialita. Donatur balas budi adalah mereka yang berdonasi karena sebelumnya pernah mendapatkan bantuan atau donasi serupa. Persentasenya sebesar 6,41%.
Kategori donatur sosialita mungkin tidak sefamiliar kategori yang lain. Donatur sosialita adalah mereka yang senang dengan kegiatan berdonasi. Terlebih melalui aktivitas donasi, mereka bisa menambah dan memperkuat relasi dengan orang lain. Mereka menjadikan rangkaian aktivitas donasi seperti penggalangan dana sebagai sarana untuk bisa berkumpul bersama rekan sejawat. Persentase untuk kategori ini adalah 6,24%.
Preferensi Penyaluran Program Donasi
Dalam berdonasi, tiap publik pastinya memiliki prioritas yang berbeda satu sama lain. Perbedaan preferensi penyaluran terjadi karena adanya perbedaan pada latar belakang budaya dan sosial yang dimiliki.
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas publik berdonasi untuk program kemanusiaan dan kebencanaan dengan persentase 40%. Dalam proporsi ini, sebanyak 45% dari total donasi ditujukan untuk membantu saudara muslim yang berada di Palestina.
“Kita juga membuat paket, mudah-mudahan dalam proses penggalangan ini, kita bisa menggalang sekitar US$200 juta sebagai satu tahap Insyaallah untuk Palestina,” tutur Wakil Menteri Luar Negeri RI Anis Matta dalam sambutannya di Kantor Kementerian Luar Negeri, mengutip MetroTVNews, Rabu (26/2/2025).
Kemudian penyaluran donasi terbesar kedua adalah pada program pendidikan dengan persentase mencapai 27%. Hal ini menandakan bahwa publik juga mempunyai prioritas dan kepedulian yang tinggi terhadap keberlanjutan masa depan anak-anak bangsa.
Lalu persentase penyaluran donasi yang juga terhitung besar ada pada program sosial dan dakwah beserta pemberdayaan ekonomi dengan besaran yang sama yakni 17%. Lebih lanjut, sisanya sebesar 4% dan 1% ditujukan untuk program kesehatan dan lingkungan.
Baca Juga: Indonesia Tak Lagi Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia
Sumber:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-8041713/survei-world-giving-report-2025-indonesia-bukan-lagi-negara-paling-dermawan
https://ideas.or.id/2025/03/29/potret-kedermawanan-muslim-indonesia/
https://www.metrotvnews.com/read/k8oCVw10-indonesia-targetkan-rp3-2-triliun-untuk-palestina-fokus-pada-bantuan-dan-rekonstruksi
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor