Pemerintah Kejar Target Swasembada Gula 2028, Bagaimana Strateginya?

Konsumsi gula di Indonesia tercatat mencapai lebih dari 7 ton, sedangkan produksi gula dalam negeri hanya 2,4 juta ton. Mampukah swasembada gula 2028 terwujud?

Pemerintah Kejar Target Swasembada Gula 2028, Bagaimana Strateginya? Ilustrasi gula pasir | Jcomp/Freepik

Gula adalah salah satu komoditas bahan pangan pokok strategis yang penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun industri makanan dan minuman. Meski demikian, pemenuhan konsumsi gula di Indonesia masih berasal dari impor.

Tercatat, Indonesia mengimpor gula sebanyak 4,6 juta ton pada tahun 2023 lalu. Kuota impor gula tersebut terdiri dari 3,6 juta ton gula mentah bahan baku industri rafinasi, 991 ribu ton gula kristal putih, serta 50 ribu ton gula untuk kebutuhan khusus.

Sementara, kebutuhan konsumsi gula dalam negeri sendiri mencapai 7,8 juta ton pada 2022/2023 berdasarkan laporan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Bahkan, angka konsumsi gula nasional meningkat sebesar 200 ribu metrik ton dari 2021/2022 yang mencapai 7,6 juta metrik ton. Padahal menurut data dari ID FOOD, produksi gula dalam negeri hanya mencapai 2,4 juta ton saja.

Negara dengan angka konsumsi gula terbesar di dunia | Goodstats

Menanggapi persoalan defisit produksi gula nasional, pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2028 dan industri pada 2030. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai urgensi swasembada gula di tengah pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.

Di samping itu, Presiden RI Joko Widodo juga mengambil posisi dengan mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati. Ini menunjukkan komitmen pemerintah yang serius untuk mewujudkan swasembada gula.

Pembentukan Peta Jalan (roadmap)

Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan ID FOOD juga menyiapkan peta jalan guna mendukung upaya pemerintah untuk mencapai target swasembada gula. Diketahui, ID FOOD memiliki peran besar dalam mendukung tercapainya swasembada gula konsumsi 2028 dan swasembada industri gula serta peningkatan produksi bioetanol pada 2030.

Melansir Antaranews.com, Frans Marganda Tambunan selaku Direktur Utama ID FOOD mengungkap bahwa pihaknya akan menjalankan langkah strategis, di antaranya ialah percepatan penerapan digitalisasi dan mekanisme industri gula on farm maupun off farm.

“ID FOOD telah menyiapkan peta jalan pengembangan teknologi industri gula untuk mendukung terwujudnya swasembada gula 2030 yang terbagi secara on farm dan off farm,” katanya.

Lebih lanjut, Frans memaparkan perseroan bakal fokus untuk mengoptimalisasi penggunaan mobile planter, memperluas penggunaan boom sprayer, monitoring drone untuk memetakan dan menganalisis lahan, penataan varietas, hingga penerapan aplikasi lelang gula ID FOOD. Langkah-langkah tersebut merupakan tahap awal yang akan dilaksanakan pada 2024 sampai 2025.

Sementara pada 2026-2028, perseroan akan meningkatkan fitur mobile planter, big data industri tebu, juga perluasan mekanisme pertanian. Lalu pada 2029-2030, Frans menargetkan semua industri gula ID FOOD sepenuhnya melakukan implementasi Co-Gen (Kogenerasi) untuk penyerapan secara optimal energi yang dihasilkan pabrik gula.

Frans menyebut, ID FOOD juga sudah menerapkan beberapa inovasi teknologi dalam menerapkan peta jalan pengembangan teknologi industri gula, yakni Pertanian Presisi, Geospatial Information System (GIS), dan Teknologi Informasi Smart Farming ID FOOD (Safari).

Upaya Peningkatan Produksi Tebu

Dalam mewujudkan target swasembada gula konsumsi 2028, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Sarmuji mendorong pemerintah agar dapat mengembangkan varietas tebu dan meningkatkan produksi gula. Tak sampai di situ, Komisi VI juga mendorong perbaikan tata kelola pertanian tebu agar target swasembada bisa tercapai.

“Kita dorong supaya ada varietas baru yang bisa ditanam dengan hasil yang lebih baik. Tata kelola pertaniannya juga diperbaiki serta para petani diedukasi bagaimana mengelola lahan yang baik untuk jangka panjang,” ujar Sarmuji dalam siaran persnya.

7 provinsi produsen tebu terbesar di Indonesia pada tahun 2023 | Goodstats

Adapun, produksi tebu nasional pada 2023 mencapai 2,27 juta ton atau naik 5,42% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Tercatat, Jawa Timur menjadi provinsi penghasil tebu terbesar dengan volume mencapai 1,12 juta ton atau setara dengan 49,34% dari total produksi tebu nasional di tahun 2023. Meski demikian, tercatat dari total 38 provinsi di Indonesia, hanya 12 provinsi yang berhasil memproduksi tebu di tahun lalu.

Sementara menurut Sarmuji, terdapat beberapa permasalahan on-farm maupun off-farm dalam mewujudkan swasembada gula. Masalah utama di sisi on-farm ada pada kualitas pertanian tebu yang menurun dan bibitnya tidak sebagus dulu. Sedangkan dari sisi off-farm, diperlukan adanya perbaikan fasilitas pabrik gula.

“Kalau tidak dilakukan (perbaikan) dengan mesin yang lama itu pasti (kualitas) rendaman tebu itu pasti akan terpengaruh oleh pabrik yang menggunakan fasilitas lama. Karena itu perlu ada perbaikan-perbaikan guna merealisasikan target yang ingin dicapai,” paparnya.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Adu Kuat Anies vs Jokowi Effect di Pilgub Jakarta 2024

Jelang pencoblosan, Anies tampak memberikan endorsement pada Pram-Doel, sedangkan Jokowi pada RK-Suswono. Lantas, mana yang lebih bisa menarik suara rakyat?

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook