Pekerja Indonesia Merasa Memiliki Hubungan yang Sehat dengan Pekerjaan Mereka

Sebanyak 38% pekerja intelektual Indonesia (knowledge worker) merasa hubungan mereka dengan pekerjaannya cukup sehat.

Pekerja Indonesia Merasa Memiliki Hubungan yang Sehat dengan Pekerjaan Mereka Ilustrasi pekerja intelektual (knowledge worker)│pressfoto/Freepik

Kondisi dan iklim dalam tempat kerja sangat memengaruhi kualitas kinerja para pekerja. Iklim kerja yang buruk, tekanan kerja yang tinggi, tetapi dengan apresiasi yang minim dapat membuat kualitas kinerja para pekerja menjadi kurang. Iklim kerja yang kurang sehat biasanya terjadi karena ketidakselarasan prinsip antara atasan dengan para pekerja. Gesekan prinsip antara atasan dan  pekerja juga dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental keduanya.

Sebuah temuan terbaru menunjukkan sekitar separuh (48%) pekerja di dunia mengaku terkuras secara emosional dan fisik karena pekerjaan mereka. Angka tersebut merujuk pada temuan Work Relationship Index 2023 yang dipublikasikan oleh Hewlett-Packard (HP).

Survei yang diikuti 15.624 responden dari 12 negara: AS, Prancis, India, Inggris, Jerman, Spanyol, Australia, Jepang, Meksiko, Brasil, Kanada, dan Indonesia itu lebih lanjut mengungkap, hanya sekitar seperempat (27%) dari para pekerja intelektual (knowledge worker) di dunia yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan mereka.

Perlu diketahui, dari total 15.624 responden, knowledge worker dalam survei ini hanya sekitar 12 ribu responden, sedangkan 3.600 responden merupakan pengambil keputusan di bidang TI, dan 1.200 orang lainnya adalah pemimpin bisnis.

Dari 27% pekerja intelektual di dunia yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan mereka, sebagian besar klaim tersebut justru berasal dari negara-negara berkembang.

Melihat dari data statistik tersebut, India menjadi negara dengan indeks kualitas hubungan kerja yang sehat tertinggi. Sekitar 50% pekerja intelektual di India merasa memiliki hubungan yang sehat dengan iklim pekerjaan mereka.

Meski demikian, HP mencatat, persentase angka tertinggi dalam statistik tersebut yang hanya mencapai 50% pun tidak terlalu menyenangkan. Angka tersebut justru merupakan sebuah peringatan agar perusahaan dapat memperbaiki dalam segala aspek. Hal ini mengingat bahwa hubungan yang tidak sehat dalam pekerjaan tidak hanya akan berdampak buruk bagi karyawan, tetapi juga memberikan efek yang buruk bagi bisnis atau perusahaan.

Untuk dapat meningkatkan kualitas hubungan yang sehat dengan para pekerja, perusahaan setidaknya mengevaluasi enam poin utama, yakni hak para pekerja (fulfillment), gaya kepemimpinan (leadership), sistem pengambilan keputusan (people-centricity), peluang pekerja untuk meningkatkan kemampuan (skills), teknologi penunjang kerja (tools), dan ruang kerja yang nyaman (work space).

Sementara itu, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan pekerja yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan mereka. Sebanyak 38% pekerja intelektual Indonesia mengatakan demikian. Angka tersebut kemudian disusul Brazil dengan persentase pekerja 37% dan Mexico sebesar 34%.

Keempat negara tersebut menjadi negara dengan skor Indeks Hubungan Kerja (HWI) yang nilainya di atas rata-rata. Artinya, para pekerja, setidaknya sebagaimana yang diungkapkan para responden, merasa hubungan mereka dengan pekerjaannya cukup sehat.

Sementara itu, kualitas hubungan kerja di dua negara, Amerika Serikat dan Inggris berada di level rata-rata. Skor HWI di Amerika Serikat mencapai sekitar 28% sedangkan di Inggris hanya 25%. Ini artinya, hanya 28% pekerja Amerika Serikat dan 25% pekerja Inggris yang merasa iklim pekerjaan mereka sehat.

Jepang menjadi negara dengan skor HWI terendah. Hanya 5% (50 dari 1000) pekerja yang menjadi responden merasa hubungan mereka dengan pekerjaan mereka sehat.

Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Finlandia Jadi Negara yang Penduduknya Paling Banyak Tinggal Sendiri

Finlandia jadi negara dengan proporsi penduduk yang tinggal sendiri tertinggi di dunia, mencapai 32%.

Dominasi Bahan Bakar Fosil: Mengapa Dunia Masih Bergantung pada Sumber Energi Tak Terbarukan?

76,54% energi primer yang dikonsumsi oleh dunia secara global dihasilkan dari bahan bakar fosil, sumber energi tak terbarukan yang mencemari lingkungan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook