Dalam laporan terbarunya, Bank Indonesia (BI) merilis hasil skor Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) untuk bulan November 2025. Indeks ini adalah skor yang merepresentasikan optimisme publik terhadap jumlah dan ketersediaan lapangan kerja. Jika skor berada di atas 100, artinya warga merasa optimis dan jika berada di bawahnya, warga merasa pesimis.
BI melaksanakan survei ini terhadap 4.600 rumah tangga responden yang secara spesifik tersebar di beberapa kota mencakup Jakarta, Bandung, Bogor, Depok, Bekasi, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon, dan Banten.
Baca Juga: Hanya 64% Pemuda RI yang Bekerja Sesuai Tingkat Pendidikan
IKLK Lulusan Pascasarjana Turun Drastis
Berdasarkan survei, publik lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) tampak masih berpandangan netral terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja di Indonesia, capaiannya tepat 100 poin pada November 2025, naik 1,8 poin dari bulan sebelumnya. Meski demikian, setidaknya perolehan ini telah membawa publik dari fase pesimis menuju fase yang lebih netral atau stabil.
Kemudian, lulusan akademi atau diploma menunjukkan optimisme yang cukup tinggi sebesar 110,1 poin, naik tipis sebanyak 0,6 poin dari bulan Oktober.
Optimisme juga datang dari publik lulusan sarjana dengan skor 112,8. Walau optimis, nyatanya perolehan indeks ini menurun dari periode sebelumnya yang mencapai 113,3 poin.
Di sisi lain, publik lulusan pascasarjana mencatatkan kondisi yang jauh berbeda dengan tingkat pendidikan lainnya. Di saat semua jenjang pendidikan bersikap netral dan optimis, para lulusan pascasarjana justru merasa pesimis dengan capaian indeks sebesar 99,9. Penurunannya bahkan menjadi yang terbesar dengan total 23,1 poin dibanding bulan sebelumnya, menandakan bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak selalu membuat publik aman dari kekhawatiran akan ketersediaan lapangan kerja.
IKLK Menurut Kelompok Usia
Menurut kelompok usianya, IKLK terbesar diraih mereka yang berusia 20-30 tahun dengan perolehan indeks 108,9 poin. Setelahnya, pada rentang usia 31-40 tahun, optimisme publik berada pada skor 103,7 poin, dan terus turun pada usia 41-50 tahun menjadi sebesar 102,4.
Namun, pada golongan usia lanjut, publik cenderung merasa pesimis dengan kondisi lapangan kerja di Indonesia. Masyarakat dengan usia 51-60 tahun memperoleh skor 96,1. Sementara itu, warga berusia 60 tahun ke atas jadi kelompok yang paling pesimis dengan besaran IKLK hanya mencapai 87,8.
Jika diamati lebih lanjut, perolehan IKLK sifatnya menurun seiring pertambahan umur, mengindikasikan bahwa batasan usia masih menjadi salah satu isu utama dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia.
Baca Juga: 10 Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Pemuda Terendah 2025
Sumber:
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/SK-November-2025.aspx
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor