Pendidikan sering kali dijadikan sarana untuk memperoleh pekerjaan yang bagus. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi pula posisi pekerjaan yang diimpikan. Pendidikan yang tinggi dianggap mampu mendekatkan masyarakat pada tujuan karier yang diinginkan.
Oleh karena itu, setiap orang beramai-ramai menempuh pendidikan setinggi-tingginya di berbagai jurusan atau studi. Harapannya setelah lulus nanti, mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keterampilan. Lalu, bagaimana kesesuaian pekerjaan dan kualifikasi pendidikan warga RI saat ini?
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasinya bertajuk Mismatch Pendidikan-Pekerjaan Pemuda Indonesia telah memaparkan gambaran kesesuaian pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh pemuda 2024.
Status kesesuaian dibagi menjadi tiga, yakni overeducated, matched, dan undereducated. Overeducated adalah kondisi di mana pemuda memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi dari persyaratan kerja. Lalu matched ialah mereka yang telah bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Terakhir, undereducated merupakan fenomena ketika publik memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih rendah dari syarat kerja.
Angka Mismatch Masih Cukup Tinggi
Hasil survei menyatakan bahwa 64,64% publik telah bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Angka ini mendominasi kategori lainnya, menandakan mayoritas publik pemuda telah menyalurkan potensinya secara tepat.
Kemudian, 22,36% masuk kategori overeducated. Contoh kasus dari fenomena ini adalah ketika seorang sarjana melamar dan bekerja pada posisi yang mensyaratkan pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA).
Hal ini terjadi karena adanya ledakan jumlah sarjana yang tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan kerja. Situasi ini menciptakan persaingan yang begitu ketat. Akibatnya, angka pengangguran di kalangan sarjana makin tinggi dan membuatnya terpaksa bekerja di posisi dengan kualifikasi pendidikan rendah.
Lebih lanjut, terdapat 13% pemuda dengan status undereducated. Kondisi ini terjadi saat seseorang memiliki jenjang pendidikan yang lebih rendah dibanding kualifikasi yang dibutuhkan pekerjaannya. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka putus sekolah pada berbagai jenjang.
Jika ditinjau, total proporsi pemuda yang mengalami kondisi mismatch mencapai 35,36%. Angka ini terhitung cukup besar dan memerlukan solusi tepat agar kompetensi publik bisa tersalurkan dengan efektif demi kemajuan pembangunan bangsa.
Pemerintah Hadirkan Beberapa Solusi
Hingga sekarang, pemerintah terus berupaya mengurangi fenomena mismatch ini lewat ragam program yang diluncurkan.
Program pertama adalah Sekolah Rakyat yang telah berlangsung sejak Juli 2025 lalu. Program ini bertujuan untuk mengatasi tingginya angka putus sekolah, terutama karena faktor ekonomi. Akses pendidikan gratis yang diberikan diharapkan mampu mengatasi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Selanjutnya, untuk mengimbangi ketersediaan jumlah lapangan kerja, pemerintah tengah membuka kesempatan magang bagi fresh graduate dalam program bernama Magang Hub. Dalam pelaksanaanya, program ini dijalankan oleh Kementerian Tenaga Kerja yang kemudian bekerja sama dengan berbagai mitra perusahaan. Harapannya, program ini bisa membuka peluang pemuda dalam membangun karier profesional sesuai jenjang pendidikan.
Baca Juga: Ironi, Angka Sarjana Menganggur Kian Naik
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/10/31/c35e3066258c837175d3b097/cerita-data-statistik-untuk-indonesia---mismatch-pendidikan-pekerjaan-pemuda-indonesia--implikasi-bagi-bonus-demografi.html
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor