Kondisi kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus terutama pada usia remaja dewasa yang masih menyandang status sebagai pelajar, dipicu akibat adanya tekanan dari faktor pendidikan, keluarga, pertemanan, dan faktor lain.
Gangguan kesehatan mental dinilai dengan Self-Reporting Questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Pada penelitian yang dilaporkan oleh BKPK, SRQ ini digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
Pertanyaan SRQ diajukan oleh pewawancara kepada anggota rumah tangga (ART) berusia 15 tahun ke atas yang mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, tanpa diwakili. Pertanyaan yang diajukan memiliki pilihan jawaban ya atau tidak, dan responden diharuskan untuk menjawab semua pertanyaan. Apabila terdapat minimal 6 jawaban ya yang diberikan, maka terdapat indikasi masalah kesehatan jiwa pada responden yang bersangkutan.
Prevalensi Penduduk yang Ingin Akhiri Hidup Berdasarkan Usia
Berdasarkan data di atas, prevalensi penduduk yang mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup tertinggi ditemukan pada penduduk berusia 15 hingga 24 tahun dengan persentase 0,39%.
Proporsi responden berusia 15-24 tahun dengan indikasi gangguan depresi yang pernah berpikir untuk mengakhiri hidup dalam satu bulan terakhir tercatat 36 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gangguan depresi dan tidak pernah terpikirkan untuk mengakhiri hidup.
Prevalensi Menurut Pekerjaan
Munculnya pikiran untuk mengakhiri hidup pada seseorang juga berkaitan dengan status pekerjaan mereka. Mengejutkannya, tingkat tertinggi dengan persentase 0,41% ditemukan pada mereka yang masih berstatus sekolah.
Sangat disayangkan bahwa ada pemuda Indonesia yang memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup pada usia produktif, di mana seharusnya mereka dapat fokus pada pendidikan, dan masa depan karier mereka.
Adanya pikiran untuk mengakhiri hidup pada penduduk yang berstatus masih sekolah dapat didorong oleh faktor tekanan akademik dengan jadwal yang padat.
“Akibat dari perubahan sistem pendidikan, dan beban akademis yang intens dapat meningkatkan stress seorang pelajar," tutur psikolog Edward Andriyanto Soetardhio.
Masalah keuangan juga dapat menjadi faktor yang mengakibatkan mereka yang masih sekolah mengalami tekanan hingga memunculkan pikiran untuk mengakhiri hidup mereka.
Prevalensi Menurut Pendidikan
Prevalensi penduduk yang mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup dalam satu bulan terakhir pada 2023 berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah yang tidak atau belum pernah sekolah dengan 0,38%.
Di posisi kedua dan ketiga dengan persentase yang sama yakni 0,28% adalah penduduk yang telah menamatkan SLTP dan tidak tamat SD, disusul dengan penduduk yang menyelesaikan Sekolah Dasar dengan persentase 0,27%.
Penulis: Vhebedyzarel Putri
Editor: Editor