Mengulik Hasil PISA 2022 Indonesia: Peringkat Naik, tapi Tren Penurunan Skor Berlanjut

Siswa usia 15 tahun di Indonesia catat kenaikan 5-6 peringkat dan penurunan skor 12-13 poin pada subjek kemampuan membaca, matematika, dan sains di PISA 2022.

Mengulik Hasil PISA 2022 Indonesia: Peringkat Naik, tapi Tren Penurunan Skor Berlanjut Siswa/i menengah pertama | iStock/Mangkelin

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merilis hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 pada Selasa (5/12). Ini merupakan edisi ke-8 dari asesmen pendidikan yang diselenggarakan 3 tahun sekali itu.

PISA pertama kali diluncurkan oleh OECD pada tahun 2000; sebuah program asesmen berskala internasional yang menguji dan mengukur tingkat pengetahuan, keterampilan, kesejahteraan, dan kesetaraan pada siswa usia 15 tahun.

Imbas pandemi Covid-19, PISA edisi ke-8 yang mulanya direncanakan pada tahun 2021, ditunda hingga 2022. Pada edisi 2022 ini, asesmen dilakukan terhadap sekitar 690 ribu siswa usia 15 tahun dari 81 negara.

Indonesia, sebagai negara mitra OECD, selalu catatkan partisipasi pada tiap edisi penyelenggaraan penilaian PISA. Akselerasi tes PISA 2022 terhadap populasi siswa usia 15 tahun di Indonesia berada di angka 84,9%, sama seperti edisi sebelumnya tahun 2018.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim dalam acara perilisan PISA 2022, Selasa (5/12), menyampaikan bahwa peringkat Indonesia naik 5-6 posisi dibanding PISA 2018.

“Untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi,” jelas Nadiem dalam keterangan resminya.

Namun demikian, meski terjadi kenaikan peringkat pada PISA 2022, Indonesia catat penurunan skor pada masing-masing subjek penilaian kemampuan membaca, matematika, dan sains. Hasil ini pun memperpanjang tren penurunan skor dari edisi sebelumnya.

Pada subjek kemampuan membaca, Indonesia catatkan skor rata-rata 359, terpaut 117 poin dari skor rata-rata global di angka 476, dan turun 12 poin dari edisi sebelumnya. Selain itu, penurunan skor pada subjek ini juga jadi yang paling signifikan dalam 5 edisi terakhir.

Selanjutnya pada subjek kemampuan matematika, yang menjadi topik utama pada PISA 2022, skor rata-rata Indonesia turun 13 poin menjadi 366, dari skor di edisi sebelumnya yang sebesar 379. Angka ini pun terpaut 106 poin dari skor rata-rata global.

Penurunan skor rata-rata sebesar 13 poin juga dicatatkan pada subjek kemampuan sains. Pada PISA 2022, Indonesia memperoleh skor rata-rata 383 di subjek ini, terpaut 102 poin dari skor rata-rata global. Hasil ini kembali menyamai torehan skor pada PISA 2009.

OECD mengelompokkan kemampuan siswa ke dalam 6 level. Level 2 dipertimbangkan sebagai standar kompetensi minimum yang harus dicapai siswa usia 15 tahun yang sedang berada di akhir jenjang pendidikan formal kedua (sekolah menengah pertama).

Pada level 2 siswa dikategorikan memiliki kemampuan dasar, secara praktikal, mampu menginterpretasikan teks sederhana, menggunakan algoritma perhitungan dasar, serta pengetahuan ilmiah sederhana.

Di Indonesia, persentase siswa yang telah mencapai setidaknya level 2 pada subjek kemampuan membaca berada di angka 25,46 persen, jauh di bawah rata-rata negara OECD di angka 73,75 persen.

Pada subjek kemampuan matematika, persentasenya hanya 18,35 persen, terendah di antara ketiga subjek penilaian. Angka ini terpaut 50 persen di bawah rata-rata negara OECD yang sebesar 68,91 persen.

Sementara persentase siswa yang telah mencapai level 2 pada subjek kemampuan sains jadi yang paling tinggi di antara subjek lainnya dengan angka 34,16 persen. Namun, persentase ini juga masih jauh di bawah rata-rata negara OECD yang sebesar 75,51 persen.

OECD juga menggolongkan status sosioekonomi siswa ke dalam 5 bagian kuintil. Siswa di kuintil ke-1 digolongkan sebagai siswa berskala sosioekonomi kurang mampu (disadvantaged) dan siswa di kuintil ke-5 digolongkan sebagai siswa berskala sosioekonomi mampu (advantaged).

Di Indonesia, sebanyak 43,21 persen siswa berada di kuintil terbawah berdasarkan skala sosioekonomi pada PISA 2022, terbesar di antara kuintil lainnya. Secara global, proporsi siswa Indonesia di kuintil ini merupakan yang terbesar ke-4 setelah Kamboja, Maroko, dan Guatemala.

Skor yang diperoleh siswa Indonesia di kuintil terbawah juga menjadi yang terendah dibanding siswa pada kuintil lainnya. Pada subjek kemampuan membaca, matematika, dan sains, rerata skor yang diperoleh secara berturut-turut yakni 345, 354, dan 372.

Sementara proporsi siswa di kuintil teratas berdasarkan skala sosioekonominya, berjumlah 3,39%. Siswa di kategori ini juga mencatatkan rerata skor tertinggi pada tiap subjek penilaian, yakni skor membaca sebesar 429, skor matematika sebesar 421, dan skor sains sebesar 439.

Menanggapi narasi pemerintah soal kenaikan peringkat Indonesia di PISA 2022, dilansir Kompas.id, Rabu (6/12), pengamat dan praktisi pendidikan, Indra Charismiadji menegaskan bahwa yang menjadi target pada PISA adalah skor, bukan peringkat, sebagaimana yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2019-2024.

”Dalam pengukuran PISA Indonesia, jelas di RPJMN targetnya bukan peringkat, melainkan skor. Faktanya skor kita turun, masih jauh dari target,” ujar Indra.

Sementara itu, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Standar Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menyatakan, survei PISA 2022 yang dilakukan pada Mei-Juni 2022 lalu itu, tidak bisa dijadikan cerminan kondisi pendidikan Indonesia saat ini, karena dilaksanakan tepat setelah masa pandemi.

"PISA 2022 bukan cermin dari kualitas pendidikan kita saat ini. Itu cermin dari dua tahun yang lalu, ketika kita selesai menutup sekolah Jadi betul-betul mencerminkan dampak dari pandemi," jelasnya, dikutip Kompas.com, di acara Media Gathering, Kamis (7/12).

Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Sederet Isu Ini Harus Jadi Perhatian Bagi Pemenang Pilkada Jakarta 2024 Nanti

Sebagian besar masyarakat Jakarta mengkhawatirkan masalah tingginya harga bahan pokok, susahnya mencari pekerjaanm dan banjir.

Kontribusi Dana Kampanye Atas Suara Rakyat di Battle Ground Jakarta

Dana kampanye pasangan calon Pramono-Rano menjadi yang tertinggi di akhir.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook