Gelombang omicron kini sudah terlihat mereda di seluruh belahan dunia. Beberapa negara juga mulai mempercepat peralihan gaya hidup mereka untuk bertahan berdampingan dengan virus ini.
Media Bloomberg pada Februari 2022 lalu melakukan survei tingkat ketahanan negara dalam merespons pandemi Covid-19 terhadap 53 negara di dunia. Survei ini bertujuan untuk mengukur seberapa efektif sebuah negara dapat menangani pandemi Covid-19.
Penilaian survei ini dinilai berdasarkan beberapa kategori yakni di antaranya penahanan virus, kualitas perawatan kesehatan, cakupan vaksinasi, kematian secara keseluruhan, dan perkembangan untuk memulai kembali perjalanan.
Uni Emirat Arab peringkat pertama
Dalam survei yang dipaparkan oleh Bloomberg, Uni Emirat Arab berada di peringkat pertama dengan skor 76,2 poin. Hal ini dikarenakan terdapat 259.1 dosis vaksin per 100 orang.
Negara ini juga berkinerja baik dalam hal pengawasan rute 412 perjalanan dan telah mempertahankan jumlah kasus yang memiliki angka penurunan selama sebulan terakhir, bersama dengan jumlah kematian keseluruhan yang sangat sedikit.
Adapun 3 besar diisi Irlandia dengan skor 75,5 poin dan Saudi Arabia dengan skor 74,1 poin. Keduanya menjadi tempat yang paling baik dalam menangani pandemi. Terlihat dari rendahnya data masyarakat mengalami gangguan sosial dan ekonomi.
Kemudian peringkat 4 diisi Norwegia dengan skor 72,8 poin naik 7 peringkat dibanding dengan sebelumnya. Australia juga menunjukkan kehebatan yang sama yakni naik 42 peringkat 5 dengan perolehan skor 71,7 poin.
Spanyol berhasil naik satu anak tangga untuk menempati peringkat 6 sebagai negara penanganan Covid-19 terbaik dengan perolehan skor 69,2 poin. Sementara itu, Finlandia turun 4 peringkat menjadi peringkat 7 dengan perolehan skor 67,9 poin.
Indonesia masuk peringkat 10 terendah
Dalam survei ini disebutkan bahwa Indonesia masih bertahan di peringkat 44 dengan capaian skor 55,8 poin. Tercatat bahwa Indonesia memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang cukup, yakni sebesar 125,9 dosis vaksin per 100 orang.
Indonesia berdiri mengalahkan Peru (55,4 poin), Afrika Selatan (55,3 poin), Vietnam (54,8 poin), Romania (54,4 poin), Polandia (52,4 poin), Filipina (51,8 poin), Rusia (50,2 poin), Hong Kong (50,1 poin), dan Pakistan (49,8 poin).
Pakistan berada di peringkat terakhir dari 53 negara karena diakibatkan oleh tingkat inokulasi yang rendah, kurangnya pembatasan ketat kepada masyarakat yang belum divaksinasi, serta lemahnya kualitas infrastruktur kesehatan.
Sementara itu, Hong Kong yang berada pada tingkat dua terakhir disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah pusat untuk melakukan kebijakan ketat "tanpa toleransi" seperti yang dilakukan Cina untuk meredam wabah. Kebijakan ini melibatkan karantina pengunjung yang masuk, penguncian total, pelacakan kontak ekstensif, dan pengujian Covid-19 secara massal untuk jutaan orang.
Rusia masuk pada urutan ke-51 sebagai negara dengan ketahanan Covid-19 terendah. Hal ini dikarenakan wabah yang terjadi di Rusia mengamuk besar hingga membebani aktivitas sosial dan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya.
Omicron melandai, WHO ingatkan jangan dulu abai
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan lonjakan kasus Covid-19 sudah mulai melambat di sebagian besar dunia. WHO menyebut kasus baru di seluruh dunia mulai menurun 19 persen dari pada pertengahan bulan Februari 2022.
Namun, di tengan kasus yang mulai melandai WHO mulai mengawasi sub varian yang baru saja muncul dari varian Omicron yaitu varian BA.1. Menurut WHO, sub varian ini tampaknya terus meningkat dan semakin dominan dibeberapa negara Asia, termasuk China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Filipina.
Meski belum ada bukti yang menyatakan varian BA.2 ini lebih mematikan dari varian Omicron yang asli, WHO tetap mengingatkan bahwa sub varian ini sudah muncul di seluruh belahan dunia.
Sejatinya, tren penurunan kasus Covid-19 secara global belum bisa dikatakan sepenuhnya menjadi kabar baik. Pimpinan teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove menyebut, tren penurunan kasus terjadi karena adanya penurunan tingkat pengujian Covid-19 di seluruh dunia.
View this post on Instagram
Artinya, jumlah kasus global yang dilaporkan saat ini mungkin tidak mencerminkan seberapa jauh penyebaran virus Covid-19 yang sebenarnya. WHO masih terus meningkatkan kemunculan varian ini bukanlah tanda dari akhir pandemi. Kini kita hidup dalam kondisi yang serba tidak pasti. Diharapkan masyarakat dunia tetap dapat bersiap untuk menghadapi varian Corona berikutnya.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya